Anugrah adalah anak laki-laki yang miskin dengan kehidupan yang pas pasan dari ayah yang kenah PHK dan akhirnya menjadi pengemudi becak Mesin sedangkan ibunya sudah lama meninggalkannya sejak dia Sekolah Dasar. Kehidupan serba susah membuat dirinya terus di ejek dan di bully oleh kawan-kawan sekolahnya apalagi ketika dapat beasiswa bersekolah di sekolah elit di kotanya hingga caci maki bahkan bully terus dia terima dan dia terima dengan kuat dengan pembuktian dia tidak gampang menyerah hingga suatu hari semuanya berubah ketika dia tanpa sadar di bawa ke alam astral yang mempertemukan dengan arwah ibunya yang membuka takbir siapa dirinya sesungguhnya yang memiliki kemampuan luar biasa sebagai penguasa langit yang di takuti semua orang namun kehidupan belum berhenti ketika dia harus membuktikan jatih dirinya dan mengangkat martabat keluarganya dengan segala pembuktian kemampuannya, sanggupkah Anugrah membuktikan dirinya? Sanggup kah Anugrah mengangkat Martabat keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANA SUPRIYA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Kenang-kenangan Persahabatan
Anugrah merasakan getaran perasaan yang tidak enak di hatinya yang sudah dia pikirkan sebelumnya karena dia juga merasakan hsl ini namun kenapa saat ini begitu menyakitkan hatinya hingga dia mau lari saja sedangkan Azka melihat semua perubahan itu seakan turut merasakan apa yang dirasakan sahabat barunya ini hingga dia memegang bahunya sambil bicara
"Ikut aku"
"Kemana?"
"Kita keluar barisan bentar"
"Iya"
Anugrah hanya bisa mengiyakan kata-kata Azka dan tidak tahu apa maksudnya hingga dia harus mengikutinya dan dia percaya dengan kata-kata sahabat barunya ini namun sebelum dia keluar dari barisan tiba-tiba ada yang mengganjal sepatunya hingga dia mau terjatuh
"Adu...."
Semua orang tertawa melihat Anugrah yang mau terjatuh karena mereka merasa lucu melihat wajah Anugrah dengan kepanikannya sedangkan Azka yang melihat hal itu langsung balik kebarisan dan melihat Anugrah yang hampir terjatuh
"Siapa yang mengganjal kakinya?"
Azka begitu marah kepada barisan para cewek-cewek yang tertawa ngakak yang rata-rata dia kenal karena mereka pernah satu Sekolah Dasar di Yayasan Mandiri ini juga namun sebagian dia tidak kenal tapi Azka tidak peduli hingga dia membentak mereka
"Ih siapa yang mengganjal?, orang dia mau terjatuh sendiri"
"Iya ni baper alias bawan perasaan"
"Benar tu"
"Kalau mau marah jangan sama kami tapi marah tu sama kawan mu itu yang matanya tidak di pakai"
"Huuuuuu"
Sorakan dari para cewek-cewek mulai terdengar sementara itu Mirza dan kedua kawannya tersenyum melihat semua ini karena mereka yang melakukan tanpa sepengetahuan orang-orang hingga mereka ikut tertawa keras dan hebatnya tidak ada yang tahu kalau mereka yang sudah melakukannya hingga mereka begitu senang ketika cewek-cewek marah ketika Azka bertanya pada mereka seolah-olah mereka jadi tertuduh sampai-sampai suasana barisan ribut namun untungnya belum ada perintah untuk baris dari sekolah dan hal ini merupakan aksi spontanitas dari siswa-siswi baru sedangkan siswa-siswi kelas 8 dan 9 belum ada satu pun yang berbaris jadi sebenarnya Azka dan Anugrah bisa keluar sebentar dari barisan yang mulai tidak kondusif sedangkan Anugrah tidak ingin Azka di benci karena membela dirinya
"Ayo kita keluar saja Ka, mungkin aku yang salah"
"Baiklah, tapi kau tidak apa-apa kan"
"Iya tidak apa-apa"
Kini Azka dan Anugrah berjalan bersama keluar dari barisan meninggalkan keributan yang baru terjadi hingga akhirnya mereka sampai di bangku-bangku taman sekolah yang tidak jauh dari lapangan
"Kita duduk di sini, menunggu supir yang sudah ku Chat WA untuk kemari"
"Untuk apa?"
"Tenang saja tapi Anugrah jangan marah ya kalau aku memberi sesuatu padamu"
"Beri apa?"
"Yang penting jawab dulu pertanyaan ku kalau ternyata Anugrah tidak mau maka aku akan tidak lanjutkan lagi tapi kalau mau menerima pemberian dari ku sebagai kenang-kenangan persahabatan kita"
"Kenang-kenangan persahabatan kita"
"Iya mau kan?"
"Iya"
Anugrah mengangguk sambil mengiyakan kata-kata sahabat barunya namun dia berpikir dengan apa yang akan di berikan sahabatnya kepada dirinya hingga dia harus dibawa kemari dan kenapa harus secepat ini dan memang harus ada sesuatu yang di beri sedangkan dia tidak punya sesuatu untuk di beri hingga tiba-tiba dia memegang kalung di lehernya
"Apa ini?, tapi ini tidak mungkin karena kalung ini merupakan satu-satunya kenang-kenangan dari ibunya"
Anugrah tidak bisa memikirkan sesuatu yang akan di berikan pada Azka sebagai hadiah kenang-kenangan hingga tiba-tiba dia tersadar ketika Azka menerima telepon
"Iya om di sini, saya di bangku taman om dekat lapangan sekolah, cepat ya"
Azka menutup telepon dan beberapa saat kemudian datang seseorang laki-laki berusia 30 tahunan membawa kotak dan memberikan kepada Azka
"Ini tuan muda"
"Makasih ya Om, Om di sini dulu bentar"
"Baik tuan muda"
Azka terlihat tersenyum ketika dia memegang kotak yang baru dia terima dari supir pribadinya ini dan langsung memberikan kepada Anugrah
"Ini kenang-kenangan dari ku, terima ya dan hari ini juga harus kamu pakai"
"Apa ini Ka?"
"Yang penting kamu sudah janji dan mau menerima kenang-kenangan dari ku"
Anugrah terdiam melihat sebuah kotak yang sepertinya baru di bungkus dari kertas koran dan asal bungkus namun hatinya jadi deg degan dengan apa isi hadiah dari sahabat barunya ini hingga dia sayang untuk membukanya namun Azka meminta dia untuk membukanya
"Ayo Nugrah buka segera sebelum kita baris dan tidak surprise lagi kalau sesudah kita baris"
"Iya ya tapi aku tidak ada yang bisa ku beri padamu Ka sebagai kenang-kenangan buat mu"
"Sudah jangan pikirkan itu Nugrah, yang penting buat ku kamu mau menerima kenang-kenangan dari ku dan kamu mau memakainya ketika kita bersekolah"
"Oh begitu ya, baiklah"
Anugrah langsung membuka kertas koran yang membungkus kotak pemberian dari Azka hingga terlihat wujudnya seperti kotak sepatu
"Ini ini se sepatu ya?"
"Buka dulu dan jangan asal tebak nanti tidak sesuai ekspektasi kamu"
"Oh iya ya"
Anugrah mengiyakan kata-kata sahabatnya hingga dia langsung membuka kotak itu dengan hati-hati dan benar apa yang dia pikirkan
"Ini sepatu buat aku ya Azka"
Anugrah terdiam dan tidak bisa bicara apa-apa selain air mata yang tidak tahan keluar dari matanya yang kini membasahi pipinya karena dia ingat ayahnya membelikan sepatu ketika dia kelas 3 SD sebelum ibunya meninggal yang pada saat itu sepatunya kebesaran namun kata mamanya
"Tidak apa-apa ya nak, nanti bisa di pakai sampai tamat"
Kata-kata itu terngiang di telinganya hingga dia terus mempertahankan memakai sepatunya itu karena memang tidak ada yang lagi bisa membelikan sepatu buat dirinya karena pada saat itu ibunya terakhir dia lihat sedangkan ayahnya seperti hidup apa adanya dan dia juga tidak mau menyusahkan ayahnya dengan banyak permintaan hingga kini
"Oh Tuhan... "
Anugrah menatap Azka yang begitu baik padanya padahal baru satu hari dia mengenalnya namun sudah seperti sahabat lama yang begitu perhatian pada dirinya hingga dia mendengar Azka kini bicara
"Ingat ya, Anugrah sudah janji akan menerima kenang-kenangan dari ku"
Anugrah tertunduk seakan menahan gejolak bahagianya dengan pemberian sahabatnya ini yang begitu tulus dan lebih dari itu arti persahabatan yang dia buat tanpa mau menyinggung perasaan dirinya hingga dia di minta untuk berjanji duluan sebelum menerima hadiah darinya hingga Anugrah harus berterimakasih padanya
"Terimakasih ya Azka"
"Ya sudah di pakai sekarang ya biar kita kembali baris"
"Iya saya pakai"
Anugrah langsung mencoba sepatu baru pemberian kawannya ini dengan melepaskan sepatu lamanya namun sebelum dia pakai sepatunya ada yang mengganjal di dalam sepatu barunya itu
"Apa ini?"
"Oh itu kaos kaki, kamu ganti kaos kaki Anugrah dengan yang baru"
Anugrah hanya bisa menganggukan kepalanya sambil melepaskan kaos kaki lamanya yang sudah tidak layak pakai lagi karena sudah banyak bolong hingga dia semangat memakai kaos kaki hitam yang baru dan memakai sepatu hitam yang baru pemberian dari Azka ini
"Ini pas sekali, tidak kecil walaupun kebesaran dikit tapi enak di pakai"
Anugrah bicara sendiri merasakan sepatu baru pemberian sahabat barunya ini hingga dia berdiri dan merasakan betapa enaknya sepatu ini
"Inilah rasanya memakai sepatu mahal itu ya"
Anugrah bicara sendiri sambil merapikan sepatu lamanya dan memasukan ke kotak sepatu barunya bersama kaos kaki lamanya dan mau menyimpannya di tas kain celananya
"Tidak usah di simpan di dalam tas mu Anugrah, kemarikan sepatu lamamu untuk ku"
"Mak mak maksudnya apa?"
ttp semangat yaa💪💪😍