Dasha Graves, seorang ibu tunggal yang tinggal di Italia, berjuang membesarkan dua anak kembarnya, Leo dan Lea. Setelah hidup sederhana bekerja di kafe sahabatnya, Levi, Dasha memutuskan kembali ke Roma untuk mencari pekerjaan demi masa depan anak-anaknya. Tanpa disangka, ia diterima di perusahaan besar dan atasannya adalah Issa Sheffield, ayah biologis dari anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
Dasha baru menyadari bahwa ia tertidur. Ia melirik jam di meja samping tempat tidur dan mendesah pelan. Ia bahkan lupa mengirim pesan kepada Levi untuk memberitahukan bahwa ia sudah sampai di rumah staf sejak tadi. Maka ia pun mengetik pesan lewat WhatsApp.
Untuk Levi:
Aku sudah di rumah staf sejak tadi. Sebenarnya ini lebih mirip kompleks kecil untuk para staf. Aku beres-beres kamar dan... ya, akhirnya ketiduran.
Dari Levi:
Syukurlah kamu bisa istirahat. Hubungi aku kalau kamu butuh apa pun, oke?
Untuk Levi:
Siap, Lev 😜
Setelah itu, Dasha menelepon anak-anaknya.
Beberapa nada sambung, lalu seseorang mengangkat.
"Mima!" Suara nyaring Lea terdengar di seberang.
"Hai, putriku. Sedang apa?" tanya Dasha lembut.
"Kami di kamar, Mima. Kak Leo baru saja selesai dengan PR-nya, jadi dia bantu aku mengerjakan punyaku," jawabnya polos.
"Bagus sekali. Kalian sudah cuci muka dan ganti baju belum?"
"Sudah, Mima! Oh, tahu nggak? Kak Leo punya gebet--"
"Tidak benar!" potong Leo cepat-cepat. Dasha hanya terkekeh mendengar nada kesal putranya.
Mereka terus mengobrol hingga Dasha mendengar suara napas teratur dari ujung telepon. Sudah tertidur rupanya, pikirnya sambil tersenyum.
Ia menutup panggilan, tepat saat pintu depan rumah terbuka. Dasha pun memutuskan keluar dari kamar.
**
"Ciao!" seru seorang perempuan tinggi berkulit sawo matang yang baru masuk. "Kamu pasti Dasha? Aku Sera, by the way," ujarnya sambil tersenyum lebar.
"Halo! Panggil aku Dasha saja." Dasha mengulurkan tangan untuk berjabat, tapi perempuan itu malah memeluknya erat.
"Astaga! Akhirnya aku punya teman serumah juga! Aku sudah lama menunggumu, Dasha," katanya dramatis.
"Uhm... kamu sudah makan?" tanya Dasha, agak kikuk.
"Waaah! Hari ini aku merasa istimewa banget. Baru pindah aja udah ada yang perhatian," canda Sera.
"Aku baru bangun juga, jadi belum sempat masak. Lagipula aku masih belum berani pakai barang di dapur tanpa izin."
Bahunya langsung merosot.
"Kirain kamu masakin aku. Tapi sudahlah, ayo kita makan di luar!" katanya sambil menarik tangan Dasha keluar rumah.
**
Dasha tak bisa menahan rasa kagumnya. Setiap rumah di kompleks staf itu punya golf cart sendiri. Sera bilang, itu ide dari pemilik perusahaan.
"Hmm... aku tahu kamu lagi mikir kalau bos kita baik banget," kata Sera sambil melirik. "Jangan tertipu, bes!"
Ya, ia sudah memanggil Dasha "bes". Dasha hanya tersenyum; entah kenapa, bersama Sera suasananya terasa ringan. Mungkin memang sudah saatnya ia punya teman seperti ini.
"Dulu aku sempat naksir bos," lanjut Sera dengan wajah berbinar. "Ganteng banget soalnya! Tapi waktu itu aku kena semprot gara-gara salah ketik satu kata di laporan. Bayangin, cuma typo! Sejak itu aku trauma, bes. Takut aku mati muda kalau jadi istri dia."
Dasha hanya setengah mendengarkan. Hanya satu hal yang menancap di benaknya: Issa Sheffield.
Mungkinkah orang yang sama? Tapi siapa yang mau Dasha bohongi? Tentu saja itu dia...
Tanpa sadar, mereka sudah sampai di gerbang kompleks. Sera masih menarik Dasha menuju arah yang belum ia ketahui.
**
Mereka berhenti di sebuah warung kecil di dekat kompleks. Tak sampai sepuluh menit berjalan kaki.
"Makanannya enak banget di sini, apalagi ossobuco! Favoritku!" seru Sera gembira.
"Kamu bilang gitu cuma supaya aku yang traktir, ya?" sahut seorang wanita paruh baya yang muncul dari dapur.
"Enggak, Maya! Ini temanku, Dasha. Nih, aku pesenin kamu ossobuco, ya. Pasti suka," kata Sera cepat.
Dasha menurut saja. Benar saja, rasanya luar biasa.
"Enak banget!" seru Dasha spontan setelah suapan pertama.
"Kan udah aku bilang!" Sera tertawa. "Semua orang Sheffield Corporation sering ke sini kalau lembur. Maya ini penyelamat para pegawai yang kelaparan."
Nama Issa kembali terngiang di kepala Dasha.
Sera terus mengoceh sepanjang makan. Dasha hanya sesekali menimpali, berusaha menyembunyikan gejolak di hatinya.
Selesai makan, mereka pamit dan berjalan pulang. Malam mulai turun.
"Selamat malam, Dasha. Besok kita berangkat kerja bareng, ya?" kata Sera sambil melambaikan tangan.
"Selamat malam, Sera. Terima kasih sudah menerimaku dengan hangat," jawab Dasha tulus.