Camelia mengulurkan tangannya untuk Raisa, ketika mereka masih kecil. Camelia meminta orang tuanya mengadopsi Raisa, menjadi kakaknya, karena Raisa sudah menjadi yatim piatu akibat kehilangan kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan.
Sayangnya setelah dewasa, keduanya jatuh cinta pada pria yang sama. Raisa yang merasa iri dengki pada Camelia yang mendapatkan segalanya. Bahkan tega meracuni kedua orang tua Camelia, juga Camelia. Bahkan membakar rumahnya.
Setelah itu, Raisa melakukan operasi plastik persis seperti wajah Camelia. Rayyan yang baru kembali dari luar negeri, membawa Camelia palsu ke rumahnya, menikahinya.
Tanpa dia tahu, Camelia yang asli tengah berjuang antara hidup dan mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Kecil-kecil Drama
Camelia yang sedang makan di temani oleh pengasuhnya karena memang kalau siang hari ayah dan ibunya pasti sibuk kerja di rumah sakit, bertanya pada pengasuhnya itu.
"Bibi Uni. Sekarang jam berapa?" tanya Camelia sambil mengunyah makanannya.
Uni yang berada di sebelah Camelia. Membantu gadis kecil itu memotong sayuran dan daging yang ukurannya masih terlalu besar ingin bisa di makan dalam satu suapan segera melihat ke arah jam tangan di pergelangan tangannya.
"Jam 1 nona, kenapa nona bertanya jam? nona mau nonton film kartun Smurfs kesukaan nona itu ya? atau Upin dan Ipin?" tanya Uni yang memang setiap harinya setelah makan siang menemani nona kecilnya itu menonton film kartun televisi.
Karena setelah makan, Vania selalu mengatakan pada Uni. Agar Camelia jangan langsung tidur. Harus duduk bersandar dulu, atau berdiri paling tidak satu jam. Itu akan sangat baik untuk menjaga asam lambung tidak naik.
Namun mendengar pertanyaan dari pengasuhnya itu, Camelia kecil menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Tidak bibi Uni, kakak meminjam boneka panda milikku, hadiah yang kemarin diberikan oleh nenek. Kata kakak hanya satu jam. Tadi, dia pinjam saat ibu belum berangkat kerja. Sampai sekarang, bukannya sudah satu jam ya bibi Uni. Aku rasa lebih dari satu jam!"
Camelia terlihat berpikir dengan keras. Karena sebenarnya dia merasa kalau memang waktu berjalan begitu lama, dan dia yakin kalau waktu itu lebih daripada satu jam.
Uni yang mendengar perkataan Camelia, dan selama 5 tahun dia bekerja di tempat ini. Camelia memang tidak pernah bicara bohong. Segera menghela nafas panjang.
"Non, kenapa non Caca meminjamkan boneka itu pada nona Raisa. Bukannya saat nyonya besar Vivian, memberikan boneka itu kemarin. Nyonya sudah bilang jangan berikan pada siapapun, jangan biarkan siapapun mengambilnya..."
"Caca tidak berikan bibi, kakak bilang pinjam. Kakak bilang kalau Caca tidak kasih pinjam. Itu artinya Caca pelit. Kakak bilang, kalau Caca pelit nanti Ibu akan sangat kecewa dan marah pada Caca" jelas Camelia kecil dengan mata berkaca-kaca.
Uni sampai tidak tega. Uni segera mengusap punggung Camelia yang terlihat sedih.
"Ya sudah, nona habiskan makanannya ya. Biar bibi Uni yang ambil bonekanya. Yang putih hitam itu kan?" tanya bibi Uni yang langsung diangguki penuh semangat oleh Camelia.
Uni pun pergi ke kamar Raisa. Dan Camelia melanjutkan makannya dengan lebih semangat. Karena dia akan segera bertemu dengan Miao-Miao kesayangannya itu lagi.
Uni meraih gagang pintu kamar Raisa. Tapi pengasuh Camelia itu terkejut. Karena kamar Raisa di kunci. Camelia saja tidak pernah mengunci kamarnya.
Kening Uni sedikit mengernyit. Lalu wanita yang usianya sekitar 35 tahunan itu segera mengetuk pintu kamar Raisa itu.
Tok tok tok
"Non, non Raisa!" panggil Uni.
Di dalam kamarnya, Raisa yang sedang melakukan eksperimen mengenaskan pada boneka panda Camelia terkejut bukan main mendengar suara pengasuh Camelia.
Raisa pun segera mengangkat boneka itu dan membawanya ke arah jendela kamarnya.
Raisa meletakkan boneka itu di bawah, membuka pintu kamarnya dan melemparkannya dari kamarnya yang ada di lantai dua ke bawah.
Raisa melihat boneka itu terjatuh ke bawah, dia tampak tersenyum lalu dengan cepat menutup jendela.
Uni yang berada di luar kamar menjadi tidak sabar.
'Apa nona Raisa tidur siang ya. Tapi harusnya dia bangun kan dengar ketukan pintuku. Aku sudah mengetuk pintu enam kali' gumamnya dalam hati.
"Non!"
Tok tok tok
Uni makin khawatir.
"Jangan-jangan pingsan..." ujarnya cemas.
"Non"
Ceklek
Melihat Raisa akhirnya membuka pintu. Dan melihat kondisi anak itu sepertinya baik-baik saja. Uni menghela nafas lega.
"Syukurlah, bibi kira non Raisa pingsan!"
Raisa tersenyum.
"Aku dari kamar mandi, bi!" jawabnya dengan ramah.
Gadis kecil itu sungguh pandai membuat alasan. Dia juga bisa merubah ekspresi wajahnya dengan sangat cepat. Sangat mengerikan.
"Oh begitu, oh ya non. Bibi kemari itu, mau ambil bonekanya nona Caca. Boneka panda nona Caca yang katanya nona Raisa pinjam!" kata bibi Uni dengan cepat.
Raisa mendengus kesal.
'Ck, untung aku sudah lempar boneka itu ke bawah!' batin Raisa.
"Bibi, tadi ada kucing masuk kamarku. Dan dia menarik boneka panda itu keluar jendela..."
Uni mengernyitkan keningnya. Kenapa dia merasa apa yang dikatakan gadis kecil di depannya itu janggal sekali. Mana ada kucing pernah masuk ke kamar anak-anak. Kamar anak-anak kan di lantai dua. Sedangkan kucing, ada di kandangnya yang berukuran 3 kali 3 meteran di halaman belakang tidak pernah dibiarkan lepas.
"Non, mana bisa si belang manjat. Kan si belang selalu di kandang!"
"Bibi tidak percaya padaku. Apa karena aku memang bukan anak kandung keluarga ini? aku hanya anak adopsi, makanya bibi merendahkan aku. Apa karena bibi pengasuh Camelia, makanya bibi pilih kasih dan tidak suka padaku hiks hiks!"
Raisa bisa membuat dirinya menangis dengan sangat cepat.
Uni sampai kebingungan. Dia tidak bermaksud membuat Raisa menangis. Dia hanya mengatakan kalau kucing rasanya tidak mungkin masuk kamar apalagi bisa membawa boneka yang ukurannya lebih besar dari tubuh kucing itu sendiri.
Gadis kecil di depannya malah mengatakan soal merendahkan, anak adopsi, soal pengasih yang pilih kasih. Uni yang bingung menghadapi anak di depannya itu. Segera mengusap wajahnya. Dia pikir, daripada meladeni drama anak di depannya itu. Lebih baik dia segera mencari boneka nona kecilnya.
"Ya ampun non, jangan menangis. Bibi sama sekali tidak merendahkan non. Kita ini sama lah non, manusia biasa. Siapa yang bisa merendahkan manusia lainnya. Ya sudah, bibi mau ke bawah, ambil bonekanya!" ucap Uni yang langsung pergi dari tempat itu.
Sementara Raisa segera menyeka air matanya dengan cepat. Bahkan setelah menangis seperti itu. Gadis itu bisa dengan cepat tersenyum.
"Ambil saja!" katanya yang mengisyaratkan makna lain di balik kata-kata itu.
Uni sudah berada di dekat kolam renang. Dimana jendela kamar anak-anak terlihat terbuka dari bawah.
Uni melihat boneka itu persis di bawah jendela kamar Raisa. Namun saat Uni mendekat, Uni dibuat kaget bukan main.
"Ya ampun, boneka non Caca! kenapa jadi kayak gini?" tanyanya cemas.
Masalahnya boneka itu sudah tidak utuh lagi. Matanya tinggal satu. Tangannya sudah putus sebelah, kakinya juga sudah tidak utuh lagi, sudah compang-camping. Bahkan dakron kualitas premium yang ada di dalam boneka itu sudah banyak keluar dari bagian ketiak, dari bagian perut dan leher. Lehernya juga nyaris putuss.
"Aduh, gimana ini? non Caca pasti sedih sekali. Masa iya sih, ini perbuatan kucing. Rasanya tidak mungkin!" keluh Uni yang merasa tidak mungkin seekor kucing bisa membuat kerusakan sebanyak itu pada boneka panda Camelia.
***
Bersambung...
m...
sulit berpaling dari pesona Camelia 🤭
hatinya Raisa kotor sekali ya, minta di Rinso sepertinya biar bersih tanpa noda 🤣🤣🤭🤭
kok jadi kayak gitu anaknya 🤭