NovelToon NovelToon
KAIL AMARASANA

KAIL AMARASANA

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:657
Nilai: 5
Nama Author: Yusup Nurhamid

Di negeri Amarasana, tempat keajaiban kuno disembunyikan di balik kehidupan sederhana, Ghoki (17), seorang anak pemancing yatim piatu dari Lembah Seruni, hanya memiliki satu tujuan: mencari ikan untuk menghidupi neneknya.
Kehidupan Ghoki yang tenang dan miskin tiba-tiba berubah total ketika Langit Tinggi merobek dirinya. Sebuah benda asing jatuh tepat di hadapannya: Aether-Kail, sebuah kail pancing yang terbuat dari cahaya bintang, memancarkan energi petir biru, dan ditenun dengan senar perak yang disebut Benang Takdir.
Ghoki segera mengetahui bahwa Aether-Kail bukanlah alat memancing biasa. Ia adalah salah satu dari Tujuh Alat Surgawi milik para Deva, dan kekuatannya mampu menarik Esensi murni dari segala sesuatu—mulai dari ikan yang bersembunyi di sungai, kayu bakar ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusup Nurhamid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjalanan ke Aethelgard & Puncak Imajinasi

​Tim Ghoki segera berkumpul kembali untuk merencanakan perjalanan ke Aethelgard, Dimensi Mimpi dan Imajinasi. Elara dan Nenek Mina memberikan semua sumber daya yang mereka miliki.

​Ghoki tahu bahwa Aethelgard akan berbeda dari dimensi fana atau Sanctum Aetherius.

​"Di sana, realitas ditenun oleh imajinasi kolektif," jelas Ghoki, menggunakan pengetahuan Kanon Takdir. "Apa pun yang kita yakini, bisa menjadi kenyataan. Kita tidak bisa bergantung pada logika atau gravitasi."

​Lysandra, sang ahli bayangan dan ilusi, merasa paling bersemangat. "Ini adalah dimensi Esensiku. Kita bisa menggunakan kekuatan Tongkat Ilusi untuk menenun realitas kita sendiri, Ghoki!"

​Fitria memberikan peringatan. "Jika imajinasi kita lepas kendali, kita bisa terjebak dalam ilusi yang tidak berujung. Kita harus memiliki jangkar Kebenaran dan Keseimbangan yang sangat kuat."

​Ghoki memfokuskan Gada Semesta. Ia mengaktifkan Cermin Kebenaran dan Mata Para Deva.

​"Ini akan menjadi jangkar kita," kata Ghoki, menunjuk orb Mata Para Deva yang berputar. "Mata Para Deva adalah Esensi Kebenaran Realitas yang absolut. Kita akan selalu tahu mana Benang Takdir yang nyata dan mana yang ditenun dari imajinasi."

​Jebakan Aethelgard

​Ghoki menyadari bahaya lain: The Silencers.

​"Jika mereka mencari Kunci Sentral di sana, mereka pasti memiliki cara untuk menembus ilusi. Siapa mereka?" tanya Ghoki.

​Vox, yang masih memproyeksikan Esensinya di Nexus, menjawab. "The Silencers adalah entitas yang lahir dari Kelelahan Kosmik dan keinginan untuk mengakhiri semua Esensi. Mereka adalah ahli Penetrasi Realitas dan mereka dipimpin oleh The Echoes—makhluk yang menyerupai masa lalu yang traumatis untuk mengikat Benang Takdir."

​Ghoki merencanakan rute mereka. Kunci Sentral tersembunyi di Puncak Imajinasi Aethelgard.

​Ghoki menggunakan Aether-Kail untuk memancing Esensi Portal Aethelgard yang stabil. Ia harus membuka Gerbang lagi, tetapi kali ini, Gerbang yang jauh lebih rapuh dan tidak teratur.

​Dengan bantuan Nenek Mina dan Elara, Ghoki membuka Gerbang Aethelgard. Gerbang itu memancarkan warna-warna yang sangat cerah, seperti lukisan yang bergerak.

​Ghoki menatap timnya, yang kini siap menghadapi dimensi baru. "Ingat, di sana, keraguan adalah senjata yang paling mematikan. Kita harus yakin pada setiap tenunan Takdir kita."

​Ghoki dan timnya melangkah ke dalam Gerbang yang penuh warna, meninggalkan dunia Esensi yang familiar menuju dimensi di mana pikiran adalah satu-satunya realitas. Babak kedua Sang Pemancing Takdir telah dimulai.

Ghoki dan timnya melangkah keluar dari portal dan mendarat di Aethelgard, Dimensi Mimpi dan Imajinasi.

​Realitas di sini terasa lunak dan cair. Langit adalah gradasi warna pastel yang terus berubah, dan tanah di bawah kaki mereka terasa seperti karpet beludru tebal. Pohon-pohon di kejauhan berbentuk spiral, dan bunga-bunga menyanyikan nada yang tidak terdengar.

​"Rasanya... damai, tapi tidak stabil," bisik Fitria, menggunakan Esensi Keseimbangan untuk menstabilkan persepsinya.

​Ghoki mengaktifkan Gada Semesta yang diselimuti Esensi Mata Para Deva. Orb di Gada itu berputar cepat, memancarkan cahaya yang membedakan Benang Takdir yang Nyata (Benang utama yang menopang dimensi) dari Benang Takdir Imajinasi (tenunan yang dibuat oleh penghuni atau pengunjung).

​"Kanon Takdirku bergetar," kata Ghoki. "Realitas di sini ditenun setiap saat. Kita harus berhati-hati dengan apa yang kita yakini."

​Perangkap Imajinasi

​Mereka mulai bergerak menuju arah yang ditunjukkan oleh kristal Vox: Puncak Imajinasi, sebuah gunung kristal yang tampak menembus langit mimpi.

​Tiba-tiba, jalan di depan mereka berubah. Lysandra melihat sebuah desa Lembah Seruni, persis seperti yang ia kenal.

​"Lihat! Kita kembali!" seru Lysandra, matanya berbinar. "Nenek Mina ada di sana!"

​Lysandra mulai berlari ke desa itu. Ghoki segera menangkapnya dengan Aether-Kail.

​Aku memancing... Esensi Fokus Absolut pada Lysandra!

​Ghoki menarik, memaksa Lysandra untuk fokus pada Kebenaran Realitas yang ditunjukkan Mata Para Deva. Desa itu berkedip dan menghilang, digantikan oleh padang rumput beludru Aethelgard.

​"Itu adalah ilusi yang ditenun oleh keinginanmu, Lysandra," jelas Ghoki. "Aethelgard tahu apa yang paling kau inginkan, dan mencoba mengikat Benang Takdirmu di sana."

​"Aku hampir saja terjebak," kata Lysandra, wajahnya pucat. "Kekuatan di sini jauh lebih licik daripada Tongkat Ilusi."

​Kaelen menghadapi jebakan yang lebih berbahaya: sepasukan Kaelinore yang mengejarnya, lengkap dengan Magister Tanah. Kaelen mulai mengambil posisi bertahan, tetapi Ghoki menghentikannya.

​"Itu imajinasimu tentang rasa bersalah dan pengejaran, Kaelen! Jangan lawan mereka!"

​Ghoki mengaktifkan Esensi Ketenangan Murni dari Jubah Eter ke arah Kaelen. Seketika, pasukan Kaelinore itu membeku, lalu hancur menjadi confetti warna-warni.

​Ghoki menatap timnya. "Di sini, Aether-Kail tidak hanya memancing, tetapi juga menenun Kebenaran. Mata Para Deva adalah jangkar kita. Jangan pernah ragu pada apa yang ditunjukkan Mata itu."

​The Echoes

​Mereka melanjutkan perjalanan. Ghoki merasakan Benang Takdir di sekitar mereka menjadi tegang. The Silencers sudah dekat.

​Tiba-tiba, dari Puncak Imajinasi, muncul dua entitas. Mereka tidak memiliki bentuk yang tetap; mereka adalah awan Esensi gelap yang menyerupai bayangan memori yang menyakitkan. Mereka adalah The Echoes.

​Salah satu Echo melesat ke arah Ghoki, mengambil bentuk yang membuat jantungnya mencelos: Ayah Ghoki, yang memancing bersamanya di Sungai Limana.

​"Ghoki," bisik Echo itu, suaranya dipenuhi penyesalan. "Kau gagal. Kau menghancurkan kedamaian yang aku cari. Kau harus berhenti memancing Takdir dan biarkan semua kembali ke kehampaan."

​Jangkar Ghoki goyah. Keraguan merayap masuk. Visio-Sonar berkedip: Benang Takdir Ayahnya, meskipun telah mati, masih memiliki Esensi yang kuat.

​Echo yang kedua melesat ke arah Kaelen, mengambil bentuk Magister Tanah Kaelinore yang pernah ia bunuh dalam pertarungan.

​"Kau pembunuh!" raung Echo itu. "Darahmu menodai Kanon Takdir. Kau pantas dibungkam!"

​Kaelen, didorong oleh rasa bersalah, melompat maju untuk bertarung.

​Ghoki tahu ini adalah ujian terberat.

​"Itu Kebohongan Imajinasi!" teriak Ghoki, mengaktifkan Mata Para Deva. "Mereka bukan nyata!"

​Ghoki mengayunkan Aether-Kail ke arah Echo Ayahnya. Ia tidak memancingnya, tetapi ia menenun Esensi Penerimaan Diri ke Ayah Echo.

​Aku menenun... Esensi Penerimaan Takdir ke dalam Ilusi Ayahku!

​Echo Ayah Ghoki tidak melawan; ia tersenyum, lalu hancur menjadi Benang Takdir yang lembut. Ghoki telah menerima masa lalunya dan mematahkan ikatannya.

​Ghoki segera membantu Kaelen. Kaelen masih bertarung dengan Echo Magister Tanah.

​"Kaelen! Penerimaan! Dia hanyalah bayangan rasa bersalahmu!" seru Ghoki.

​Ghoki mengarahkan Aether-Kail ke Echo Kaelen dan menenun Esensi Pengampunan Diri ke dalamnya. Echo itu hancur menjadi debu.

​The Echoes yang tersisa, melihat kegagalan mereka, melarikan diri menuju Puncak Imajinasi.

​"Mereka mencoba mengikat kita dengan masa lalu agar kita tidak bisa maju," kata Fitria, Esensi Keseimbangan-nya semakin kuat.

​Ghoki menatap Puncak Imajinasi yang kini tampak lebih dekat. "Kunci Sentral ada di sana. Dan di sana juga menunggu The Silencers yang sebenarnya. Kita harus bergerak. Kita harus mengamankan Kunci Sentral dan melindungi Kanon Takdir kosmik."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!