Bagi Fahreza Amry, hinaan dan cemoohan ayah mertuanya, menjadi cambuk baginya untuk lebih semangat lagi membahagiakan keluarga kecilnya. Karena itulah ia rela pergi merantau, agar bisa memiliki penghasilan yang lebih baik lagi.
Namun, pengorbanan Reza justru tak menuai hasil membahagiakan sesuai angan-angan, karena Rinjani justru sengaja bermain api di belakangnya.
Rinjani dengan tega mengajukan gugatan perceraian tanpa alasan yang jelas.
Apakah Reza akan menerima keputusan Rinjani begitu saja?
Atau di tengah perjalanannya mencari nafkah, Reza justru bertemu dengan sosok wanita yang pernah ia idamkan saat remaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Ketahuan
Dunia Reza seolah runtuh dalam sekejap, semua harapannya dan impian tentang malam spesial itu telah musnah. Reza menggelengkan kepala, menolak untuk percaya bahwa istrinya yang ia cintai bisa berubah begitu drastis dan menusuknya dari belakang dengan kebohongan.
Rinjani bergegas keluar kamar dan berlari ke luar rumah. Wanita itu menghampiri Reza dan berusaha meraih tangan suaminya.
Namun, Reza yang sudah terlanjur kecewa justru mundur selangkah. Kue tart serta buket bunga yang berada tangannya pun ia jatuhkan dengan sengaja, sehingga terhempas begitu saja ke lantai seperti hatinya yang saat ini telah hancur dan remuk.
"Kenapa...? Apa ini alasanmu berubah? Tidak adakah yang ingin kamu jelaskan padaku?" tanya Reza seraya menatap Rinjani, dengan rasa kecewa dan sakit hati yang mulai menyelimutinya saat ini.
Rinjani berdiri terpaku di tempatnya. Kehadiran Reza yang tiba-tiba cukup membuatnya terkejut. Ia menarik napas dalam, lalu mengeluarkannya perlahan.
"Mas Re-za... Ini-- tidak seperti yang kamu pikirkan," ucap Rinjani dengan lembut, tetapi sangat menyakitkan di telinga Reza.
"Aku sama Mas Farhan-- Hubungan kami hanya sebatas adik kakak. Iya... Adik kakak, karena dia adikmu jadi aku pikir nggak ada salahnya jika aku juga menganggapnya seperti adikku sendiri," Rinjani berusaha mengemukakan alibinya.
"Lalu apa artinya semua ini? Sejak kapan kamu pandai berbohong, Rinjani?" Reza bertanya.
"Apa aku begitu bodoh, sehingga tidak bisa membedakan mana cinta dan mana persaudaraan?" kata Reza dengan nada sinis, tidak percaya dengan penjelasan Rinjani.
"Aku sudah melihat semuanya, Jani. Aku bahkan mendengar dengan jelas ucapan Pak Bondan, dan kamu masih mau mengelak?" lanjutnya dengan tatapan mengintimidasi.
Merasa sudah kepalang basah, Rinjani pun memilih untuk mengakuinya. "Baiklah kalau memang begitu. Karena kamu memaksaku bicara jujur, maka aku akan mengatakan yang sebenarnya," kata Rinjani dengan tenang.
"Apa yang sudah kamu lihat memang tidak salah, Mas. Tanpa bertanya pun seharusnya kamu sudah tahu dan bisa menyimpulkannya," imbuhnya melanjutkan. Tak ada gurat rasa bersalah dari wajah cantiknya, meski tahu perbuatannya sudah pasti sangat melukai hati suaminya.
"Aku memang mencintai Mas Farhan, dan aku juga tahu bahwa perasaanku itu tidak salah, karena cinta tidak bisa memilih kepada siapa dia akan bermuara." Rinjani menatap Reza dengan berani, siap menghadapi konsekuensi dari pengakuannya.
Pemuda itupun mendekat, lalu merengkuh Rinjani dengan mesra, seolah ingin menunjukkan pada semua bahwa wanita itu adalah miliknya.
Reza tersenyum getir. Dia menggelengkan kepala, berusaha keras menolak kenyataan yang sulit ia terima.
'Rinjani berkhianat?' batinnya merintih perih. Ia merasa seakan ditampar oleh kenyataan, dan tidak bisa menerima bahwa istrinya telah mencintai pria lain.
"Astaga...nggak nyangka, ya. Rinjani yang selama ini terlihat alim dan santun, ternyata sesuatu...," bisik salah seorang tetangga yang melihat ribut-ribut.
"Makanya jangan lihat dari tampilan luarnya saja...tapi hatinya belum tahu," sahut yang lain.
"Sebenarnya aku sudah curiga sama mereka. Tapi ya...aku memilih diam. Takut dibilang biang gosip... Hihihihi!"
"Iya, sih. Waktu itu aku lihat Rinjani ditegur sama Rani, eeeh... malah dia nuduh si Rani ada main sama Reza."
"Kasihan banget si Reza. Mana orangnya baik dan tekun gitu, tapi malah diselingkuhi."
"Sudah jangan ngobrol sendiri, lihat noh, pertunjukannya kayaknya bakalan seru."
Sekumpulan ibu-ibu itupun kembali menonton apa yang akan terjadi selanjutnya.
Reza mengepalkan kedua tangannya dengan rahang mengeras. Ia langsung menghampiri pemuda itu-- menarik kerah baju bagian depan lalu mencengkeramnya dengan kuat.
"Sejak kapan kalian bermain api di belakangku, br*ng*ek!" maki Reza dengan suara keras.
Si pemuda yang tak lain adalah Farhan-adik kandung Reza sendiri, orang yang ia percaya untuk menjaga Rinjani selama dirinya bekerja di rantau, nyatanya dengan tega menikamnya dari belakang.
Kerabat Rinjani yang sejak tadi memilih diam dan hanya mengintip dari balik jendela itupun mulai berbisik-bisik. Sampai akhirnya mereka keluar dari dalam rumah.
Atmosfer udara di sekitar mereka seolah berhenti berputar, terganti oleh ketegangan yang seolah menghimpit napas semua orang yang berada di sana. Suasana yang tadinya hangat dan meriah kini berubah menjadi dingin dan mencekam.
Semua orang diam tercekat dengan mata membeliak, seakan menunggu sesuatu yang akan terjadi selanjutnya. Waktu berlalu dengan perlahan, tetapi ketegangan yang terasa kian memuncak.
Farhan tampak tersenyum remeh pada sang kakak dan berusaha menyingkirkan tangan Reza, tetapi cengkeraman itu begitu kuat.
Rinjani yang melihat itu berinisiatif membantu Farhan dengan mendorong Reza hingga pria itu hilang fokus. Lalu berdiri tegak di depan Farhan membuat pemuda itu merasa besar kepala karena Rinjani lebih membelanya.
"Cukup, Mas!" teriak Rinjani dengan lantang.
Reza terhenyak mendengar ucapan keras Rinjani. Selama hidup berumah hampir lima tahun tak pernah sekalipun dia meninggikan suaranya pada sang istri. Akan tetapi, wanita yang sangat dicintainya itu kini membentaknya demi pria lain.
Reza menatap Rinjani dengan ekspresi tak terbaca. Dia begitu terluka dengan perasaan campur aduk antara kesedihan dan kekecewaan.
Kesempatan itu pun digunakan Farhan untuk membalas sang kakak dengan melayangkan tinjunya ke muka Reza.
Reza terhuyung ke belakang dengan wajahnya tertoleh ke samping. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya.
Reza seketika tertawa, tawanya terdengar sumbang, penuh luka dan rasa kecewa yang berat. Ia menatap Rinjani tak percaya.
"Pantas, akhir-akhir ini kamu sangat sulit dihubungi," celetuk Reza, tawanya masih ada, tetapi matanya mulai berkaca-kaca. Reza mengusap wajahnya kasar. "Ternyata kamu sengaja menghindariku karena dia?!" Tunjuk Reza kasar pada Farhan yang dari tadi tetap berada di sisi istrinya dengan tidak tahu malunya.
"Ya...itu benar! Kamu mau tahu, kenapa? Karena aku sudah bosan sama kamu, Mas. Aku sudah bosan dengan segalanya tentang kamu," jawab Rinjani tanpa perasaan.
Reza tersentak mendengar jawaban Rinjani yang frontal. 'Bosan...? Dia sudah bosan denganku?' kata-kata itu seakan terus berputar di kepalanya.
"Kenapa...? Kamu mau marah? Bukankah kamu sendiri juga menjalin hubungan dengan wanita lain di belakangku," tuduh Rinjani tak beralasan.
"Aku... menjalin hubungan dengan wanita lain?" tanya Reza terkejut dengan tuduhan yang dilontarkan oleh Rinjani padanya.
"Tuduhan macam apa itu, Jani? Apa kamu berusaha menggiring opini seolah aku yang bersalah di sini?" Reza menatap tajam ke arah Rinjani.
"Asal kamu tahu, aku bekerja keras di sana, bahkan aku sampai minta lembur. Semua demi siapa!" Reza berteriak dengan geram.
"Semua aku lakukan demi kalian, agar tidak pernah kekurangan. Supaya aku bisa mewujudkan impianmu seperti yang ayahmu inginkan. Jangankan untuk bersenang-senang, hidupku di sana hanya untuk bekerja dan bekerja."
"Bukankah itu semua memang tanggungjawabmu? Tapi, aku tidak pernah memintamu untuk bekerja di luar, kan? Toh, semua itu inisiatifmu sendiri," elak Rinjani seolah menolak semua yang telah dilakukan Reza untuknya.
Reza tertawa dengan suaranya yang keras seperti orang gila. Namun, tawanya terdengar begitu ironis, seolah dia menertawakan atas kebodohannya yang tidak bisa melihat kenyataan. Reza terlambat menyadari bahwa Rinjani-istrinya, telah berpaling kepada orang lain.
Tak terasa air mata Reza mulai mengalir, membasahi wajahnya yang penuh kesedihan dan kekecewaan.
"Ternyata kalian berdua pengkhianat!" Suara Reza terdengar lemah dan putus asa.
masih mending Sean berduit, lha Farhan?? modal kolorijo 🤢
Siapa yg telpon, ibunya Farhan, Rinjani atau wanita lain lagi ?
Awas aja kalau salah lagi nih/Facepalm/
maap ya ibuu🙈🙈
Rinjani....kamu itu hanya dimanfaatkan Farhan. membuang Reza demi Farhan dan ternyata Farhan sudah mencari mangsa yang lain😂