Alona gadis introvert yang mulai merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya ketika bertemu dengan Vier pemuda tegas yang cuek di tempat tugasnya didaerah terpencil. Di daerah perbatasan Indonesia dan Kalimantan.
Apakah cinta seorang dokter spesialis penyakit dalam dengan seorang perwira angkatan darat yang tegas dan cuek bisa terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisye Titiheru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Konflik Perbatasan
Selama tiga hari Kapten Vier dirawat, selama itu juga Sherly dan Priska datang merawat Vier. Makanan yang dibawa oleh mereka diberikan kepada anggota yang berjaga. Kesehatan Vier sudah mulai membaik, infus sudah dilepas. Alona menganjurkan agar Vier beristirahat dahulu. Permintaan ini bukan sekedar saran dokter, namun kekasih yang begitu kuatir akan keadaan pacarnya.
"Aku tahu kamu kuatir, tetapi percayalah aku akan jaga diriku baik - baik." Karena diruangan hanya mereka berdua. Vier memberi kecupan di kening pacarnya. Ternyata aksi kapten Vier, dilihat oleh ners Zaki.
"Dokter, jujur apakah kamu dengan kapten Vier sudah pacaran?" Ners Zaki yang penasaran langsung menanyakan ini kepada dokter Alona saat Kapten Vier sudah di posko mereka. Alona tersenyum kearah Zaki, yang menjawab bahwa mereka sudah pacaran sambil melihat cincin pemberian Kapten Vier. Ners Zaki melompat - lompat mendengar kabar sukacita itu.
Karena ini masih rahasia, Alona meminta Ners Zaki untuk tidak memberitahukan kepada yang lain. Sore hari kembali ada insiden kecil diantara dua orang perempuan yang mau merebut hati Vier. Siapa lagi kalau bukan bu guru Priska dan Sherly anak kepala desa.
"Kamu ibu guru, namun terlihat gampangan."
"Maksud kamu apa?"
"Ya, bagaimana muridmu kalau melihat ibu gurunya mengemis cinta kepada Kapten Vier, apa tidak malu."
"Bagaimana dengan kamu sendiri sayang. Sadar diri juga, kamu malah menjatuhkan harga dirimu demi mendapat Kapten Vier."
"Dan apa kalian sadar, apakah Kapten Vier pantas perpacaran dengan perempuan seperti kalian berdua?" Sersan Ahmad langsung menyerang Priska dan Sherly yang selalu membuat mereka pusing. Sedangkan mereka sedang pusing mengatur strategi dalam menangkap perompak yang mencuri hasil kebun warga serta yang membuat keributan di posko perbatasan tepatnya dekat kebun sawit.
Kedua gadis yang tidak punya malu itu seketika langsung menundukan kepala mereka sambil berjalan meninggalkan posko. Ners Zaki yang melihat kejadian itu hanya tertawa.
"Kapok, jadi cewek kok ngak ada harga diri sih. Masa mau saingan dengan dokter Alona." Kejadian didepan posko militer, bukan hanya diperhatikan oleh ners Zaki , namun bidan Cila juga memperhatikan bagaimana sersan Ahmad menegur Priska dan Sherly. Begitu kagetnya Cila waktu mendengar Zaki.
"Zaki jujur, apa betul Dokter Alona berpacaran dengan Kapten Xavier?" Zaki langsung menutup mulut Cila.
"Jangan comel mulutnya."
"Ngak kamu harus jujur." Sambil Cila mengancam Zaki dengan matanya yang sudah melotot kearah Zaki.
"Iya (Cila kaget). Tetapi ini rahasia."
"Oke ,oke. Aku senang dengarnya. Mereka memang jodoh kok. Satu cantik satunya lagi ganteng. Terus mereka sama - sam pintar." Cila bersenandung menuju ke rumah dinas karena dia akan menyiapkan makan siang, melewati dokter Ivan dan ners Silas.
Semalam Vier sudah menghubungi Alona lewat handphone, bahwa besok pagi tidak usah olah raga lari. Karena mereka mau menjalankan misi penangkapan perompak. Karena pasukan dari kota sudah dalam perjalanan.Mereka berbicara muka dengan muka yang berjarak lima puluh meter. Karena posisinya Vier ada di depan posko sedang melihat Alona di depan rumah dinas sedang menerima telephone darinya. Sesekali Vier memajukan bibirnya tanda dia memberikan ciuman jarak jauh dan direspon dengan tertawa kecil dari Alona.
"Ingat sayang lukanya belum sembuh benar ya."
"Coba ulangi lagi kata - katanya?"
"Yang mana? Ingat lukanya belum sembuh."
"Bukan itu dek?"
"Ooooo... Sayang."
"Iya yang itu ulangi lagi dek."
"Ngak mau."
"Ayo dek ucapin lagi. Please." Suara memohon Vier sangat merdu dan manja. Membuat Alona tersenyum.
"Sayang, sayang hati - hati ya." Vier langsung tersenyum.
"Terima kasih kata - kata ini menjadi penyemangat buat aku. Selamat tidur dokter cintaku."
"Selamat bertugas nanti. Tuhan memberkati."
Malam itu Alona tidur dengan nyenyak ada sedikit kekuatiran namun janji yang Vier berikan bahwa dia akan berhati - hati membuat Alona sedikit lega.
Pukul satu dini hari pasukan dua truk sudah tiba, dan sudah siap untuk melakukan pengepungan. Tenaga medis juga sudah siap di Puskesmas. Ada tentara yang berjaga disana. Vier sedikit legah setidaknya ada orang yang ditugaskan menjaga puskesmas. Alona bangun, dia mendengar bunyi mobil yang sudah mulai bergerak. Dalam hatinya dia berdoa buat keselamatan orang yang dia cintai. Pukul tiga dini hari terdengar bunyi tembakan, anggota yang berada dipuskesmas juga siaga.Sedangkan tenaga medis masih tetap dirumah dinas mereka siap saja jika ada yang harus mereka tolong.
Bunyi suara ban mobil yang berhenti tiba - tiba dan tak lama suara orang berlari serta teriakan meminta tolong. Dokter Iwan, Dokter Alona, Ners Soni, Ners Zaki sert Ners Silas sudah berlari menuju ruangan IGD. Bidan Cila juga sudah berada diruangan itu. Tiba - tiba terdengar suara tembakan yang semakin mendekat kampung. Dalam kegugupan mereka menolong Jefry yang mengalami luka tembak dipaha kirinya. Operasi pun terjadi untuk mengangkat selongsong peluru di paha Jefry. Alona sedang membersihkan ruangan dibantu oleh Cila. Sementara Latnan satu Jefry Wijaya sedang didorong keluar menuju ruangan rawat.
Waktu yang singkat tentara yang berjaga di mulai ditangkap. Perompak berhasil menahan Ners Soni, sementara dokter Iwan, Ners Zaki dan Silas bersama pasien Jefry berhasil di amankan anggota lain ke posko. Puskesmas di kuasai oleh perampok yang terdiri dari sebelas orang, tuga diantara mereka mengalami luka tembak yang parah.
Dokter Alona, Ners Soni dan Bidan Cila sudah disandra. Perompak tidak dengan kejamnya menodong senjata dikepala tiga tenaga medis.
"Siapa yang dokter disini. Jawab!" Cila dan Soni mengedipkan mata bahwa jangan mengaku, namun Alona yang tidak menghiraukan rekan - rekannya langsung mengangkat tangan.
"Saya." Alona langsung ditarik paksa disertai dengan suara teriakan Cila yang ketakutan. Sementara itu Xavier yang kecolongan karena sebagian dari perompak masuk ke perkampungan. Mereka yang masuk ke kampung, karena pimpinan mereka terluka parah.
"Jangan ada yang berani masuk, kalau tidak kami akan meledakan gedung ini bersama dokter dan nersnya." Cila yang ketakutan sampai kencing celana karena tampang perompak sangat kejam.
"Saya akan melakukan tidakan, tetapi tolong lepaskan rekan saya. Dia ketakutan." Cila sudah sangat pucat seperti mayat hidup.
"Siapa yang akan membantu kamu?"
"Saya yang membantu, karena saya perawat. Rekan kami ini bidan yang menolong orang melahirkan." Terdengar suara merintih sakit dari rekan perompak yang tertembak.
"Cepat lakukan tindakan."
"Iya akan kami lakukan." Cila sudah pingsan. Kepala perompak di dorong keruangan khusus. Alona dibantu Soni melakukan tidakan operasi mengangkat selongsong peluru di dada kiri atas. Hampir mengenai, organ vital. Operasi berjalan lancar. Pasien sudah keluar dari ruangan operasi.
"Kapan sadarnya?"
"Bisa dua puluh menit lagi. Tergantung dari daya tahan tubuh pasien."
"Jawab jujur!!!" Alona kembali dibentak. Kali ini paling jahat karena dibentak disertai menampar pipi dokter. Cila yang sudah sadar melihat kekerasan yang diterima dokter Alona kembali pingsan lagi. Salah satu anggota perompak yang kesal dengan keadaan Cila, mengangkat pistolnya dan mau menembaki Cila, namun Alona berdiri dan memohon.
"Jangan, aku mohon jangan."
"Kalau begitu urus dia, kalau terjadi lagi saya pasti tembak."
Mereka menyadarkan Cila dengan berbagai aroma terapi. Seketika Cila membuka mata.
"Kamu harus kuat, kamu tidak sendiri ada aku dan Soni." Cila langsung memeluk Alona.
"Dokter aku takut."
"Sama aku juga. Tetapi kita harus tenang dan kuat."
Karena di puskesmas ada baju baru yang mereka siapkan buat pasien beserta pakaian dalam. Maka Cila dijinkan ke kamar mandi menganti pakaiannya yang berbau kencing.