NovelToon NovelToon
Sistem Rune Master

Sistem Rune Master

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sistem / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan / Penyelamat
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: krist junior.

kembali hilang setelah peperangan usai namun ketidakadilan senantiasa datang untuk merobohkan kedamaian

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon krist junior., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Di balik celah batu reruntuhan, Kiwang duduk bersila, matanya terpejam, napasnya teratur. Udara sekitar hangat, meski matahari belum sepenuhnya naik. Lingkaran di tanah yang sebelumnya bersinar kini hanya menjadi jejak samar—seperti bekas mimpi yang nyaris hilang. Namun dalam dirinya, sesuatu mulai bergejolak.

[Status Rune Spiral:

Warna aktif: PELANGI (Primer – Tidak Stabil)

Potensi warna tersedia: MERAH (Api)

Syarat aktivasi: Pengendalian emosi – Kemarahan]

Kiwang menatap notifikasi itu dengan bingung. "Kemarahan? Aku harus... marah untuk mengaktifkannya?"

Dia berdiri. Tanah di bawah kakinya lembap, rerumputan menghijau, damai. Sulit membayangkan api muncul dari tempat seperti ini. Tapi sistem tak memberi pilihan lain. Jika ingin tahu siapa dirinya—dan mengapa ia memiliki sistem yang tak satu pun pernah diajarkan—maka dia harus menguasai warna-warna itu, satu demi satu.

Ia mengepalkan tangan.

“Kemarahan…”

Namun tak ada yang muncul.

Ia mencoba mengingat tatapan sinis Damar. Suara tetua yang menolak mengakui keberadaannya. Bisikan-bisikan warga. Tapi semua itu seperti nyala korek di tengah badai. Sekejap, lalu padam.

[Emosi tidak stabil. Progres: 3%]

“Argh!”

Ia menendang batu, namun hanya menghasilkan rasa nyeri. Tidak cukup. Emosinya terlalu terkunci. Ia terlalu terbiasa memendam semuanya, terlalu terlatih untuk diam dan bertahan.

Suara ranting patah terdengar.

Refleks, Kiwang memutar badan.

Seorang pemuda berdiri di tepi reruntuhan. Rambut perak, pakaian asing, wajah datar namun penuh penilaian.

“Jadi ini kau.”

Kiwang menegap. “Kau dari kemarin…”

Pemuda itu mengangguk. “Namaku Lys. Aku anggota Pengamat Spiral.”

“Pengamat… Spiral?” Kiwang belum pernah mendengar organisasi itu.

“Tak penting sekarang,” kata Lys. “Yang penting adalah kau menyentuh reruntuhan yang seharusnya tersegel. Dan kau membangkitkan sesuatu yang seharusnya tak muncul.”

“Aku tak sengaja. Tapi… aku tak akan menyerahkannya.”

Lys menatapnya dengan dingin. “Kau pikir kau cukup kuat untuk mempertahankannya?”

Tanpa peringatan, Lys melesat maju.

Kiwang hanya bisa menangkis secara naluriah. Tapi kekuatan Lys berbeda. Gerakannya cepat, dan dalam sekali pukulan, Kiwang terlempar ke tanah.

“Kemarahanmu tak cukup kuat bahkan untuk membakar sebatang rumput,” kata Lys pelan.

Darah merembes dari sudut bibir Kiwang. Tapi ia bangkit.

Kemarahan...

Tangan Lys terangkat. Rune biru menyala di telapak tangannya. Air melingkar, membentuk cambuk. Ia mengayunkannya, menyambar udara, tapi Kiwang melompat mundur, berguling, dan melempar tanah basah ke arah Lys.

Gerakan itu bukan teknik rune. Hanya insting.

Lys tampak sedikit terkejut, tapi tetap tenang. “Kau belum layak. Tapi… mungkin rasa sakit bisa memaksa warna pertamamu keluar.”

Ia melangkah maju lagi.

Kiwang menggertakkan gigi. Dadanya panas, bukan karena serangan. Tapi karena rasa tertindas. Rasa diremehkan. Rasa kehilangan—ayah, harga diri, dan haknya sebagai manusia di desa.

[Emosi meningkat – Kemarahan: 38%

Warna aktif: MERAH (tidak stabil)]

“Kenapa... aku harus selalu diam?! Kenapa aku harus disingkirkan?!” teriaknya.

Lys berhenti sejenak. Lalu tersenyum samar.

“Bagus. Sekarang bakar itu.”

Kiwang mengangkat tangannya, dan udara di sekelilingnya bergetar.

Kilatan merah muncul di sekitar tubuhnya, seperti percikan bara. Tanah di bawah kakinya mulai menghitam. Suara ledakan kecil terdengar, dan lidah api merah menari di atas telapak tangannya.

Api pertama.

[Rune Merah – Aktivasi 12%

Energi api tersedia: 1 bar (level dasar)]

Namun, tubuh Kiwang mulai gemetar. Api itu tidak stabil. Menari tak menentu. Panasnya bukan hanya luar, tapi dari dalam—seolah melelehkan pikirannya.

Lys mengangkat tangan. "Cukup. Hentikan sekarang atau kau terbakar sendiri."

Tapi Kiwang tidak mendengar.

"Semua orang... menganggapku tak berarti!" raungnya.

Api itu meledak keluar. Sebuah semburan kecil menyapu ke depan, membuat Lys melompat mundur. Batu-batu kecil meleleh.

Tapi Kiwang roboh. Tubuhnya kejang, napas tercekat.

[Rune Merah – Tidak terkendali.

Risiko kerusakan jiwa: 76%]

“Aku harus menyegel ini!”

Lys berlari, meletakkan kedua telapak tangan ke dada Kiwang. Air dari rune birunya menyebar, mendinginkan, menekan api.

Suara api mendesis, mengecil… lalu padam.

Tubuh Kiwang gemetar, lalu pingsan.

Saat terbangun, Kiwang berada di pondok kecil di dalam hutan. Bau herbal menguar di udara. Kepalanya berat. Dadanya masih panas, tapi tidak menyakitkan.

Lys duduk di dekat jendela, membaca gulungan tua.

“Kau hampir membakar dirimu hidup-hidup,” katanya tanpa menoleh.

Kiwang mencoba bangkit, tapi tubuhnya lemas.

“Aku... kehilangan kendali.”

“Itu normal. Rune Merah selalu liar di awal. Apalagi jika dibangkitkan bukan melalui batu, tapi emosi mentah,” kata Lys. “Kau berbeda. Sistem dalam tubuhmu… tak pernah dicatat dalam sejarah pengendali mana pun.”

Kiwang menatap tangannya. “Aku tak ingin jadi senjata. Aku hanya ingin… tahu siapa aku sebenarnya.”

Lys menutup gulungan. “Maka kau harus belajar. Dan cepat. Karena jika kamu tidak menguasai dirimu sendiri, sistem itu akan menguasaimu.”

Keesokan harinya, Lys mengajarkan Kiwang teknik dasar pernapasan rune. Tapi berbeda dari latihan formal para pengguna rune biasa, metode ini lebih… internal. Meditasi sambil melepaskan emosi sedikit demi sedikit, membentuk jalur energi dari hati menuju pusat rune di dada.

Hari demi hari berlalu. Kiwang mulai mengendalikan api kecil di tangannya. Belajar menyulutnya saat emosi tepat. Memadamkannya saat tenang. Ia jatuh, terbakar, gagal. Tapi ia juga bangkit.

Dan pada hari ketujuh, ia berhasil mengendalikan semburan api stabil dari telapak tangannya.

[Rune Merah – Aktivasi 73%

Keterampilan baru: Lidah Api (Level Dasar)

Stabilitas jiwa: Memadai]

Lys mengangguk. “Kau siap. Warna berikutnya akan lebih sulit.”

“Warna berikutnya?” tanya Kiwang.

“Ya. Sistem Spiral membuka jalan satu per satu. Setelah api, akan datang yang lebih berat.”

Kiwang menatap langit. “Apa semua warna... punya emosi berbeda?”

“Benar. Dan di puncaknya... dua rune yang bahkan sejarah pun enggan mencatatnya.”

“Rune Waktu dan Rune Ruang,” Kiwang menyebutnya lirih, seolah nama-nama itu muncul dalam mimpinya.

Lys menatapnya lama. “Kau bahkan tahu nama mereka… kau lebih berbahaya dari yang kuduga.”

1
Fachri Mamonto
kata katanya tolong jangan dicampur dengan inggris seperti flame mirage kan bisa pakai bahasa indo menjadi bayangan api
krist junior: makasih masukanya
total 1 replies
Davide David
lanjut
Achewalt
Duh, ga nyangka ini bagus banget!
🥔Potato of evil✨
Nggak cuma ceritanya saja yang menghibur, karakternya juga sangat asik. Aku jadi terbawa-bawa suasana. Ciyeee haha
Eirlys
Keren abis, pengen baca lagi!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!