Sinopsis:
Tertidur itu enak dan nyaman hingga dapat menjadi kebiasaan yang menyenangkan bagi banyak orang, namun jika tertidur berhari-hari dan hanya sekali dalam sebulan terbangun apakah ini yang disebut menyenangkan atau mungkin penderitaan..
Sungguh diluar nalar dan hampir mustahil ada, tapi memang dialami sendiri oleh Tiara semenjak kecelakaan yang menewaskan Ibu dan Saudaranya itu terjadi. Tidak tanggung-tanggung sang ayah membawanya berobat ke segala penjuru Negeri demi kesembuhannya, namun tidak kunjung membuahkan hasil yang bagus. Lantas bagaimanakah ia dalam menjalani kehidupan sehari-harinya yang kini bahkan sudah menginjak usia 16 tahun.
Hingga pertemuannya dengan kedua teman misterius yang perlahan tanpa sadar membuatnya perlahan pulih. Selain itu, tidak disangka-sangkanya justru kedua teman misterius itu juga menyimpan teka-teki perihal kecelakaan yang menewaskan ibu dan saudaranya 3 tahun yang lalu.
Kira-kira rahasia apa yang tersimpan..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca4851c, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
(Hari ke-3 Setelah Bangun)
Kupandangi pantulan bayangan diriku yang ada di depan cermin. Hari ini surai hazel bergelombang ini Kubiarkan tergerai sepinggang yang hanya berhiaskan penjepit berbentuk bunga di kedua sisi ponny tail milikku. Sedangkan gaun panjang yang menjuntai di atas tanah bewarna cream senada dengan tas selempang yang Kukenakan. Serasa sudah rapi, Aku pun melangkah ke luar kamar dengan nuansa merah muda ini dan berjalan menuruni tangga hingga sampai di depan dapur. Nampak bayang-bayang seseorang Wanita yang sedang memasak sembari berkacak pinggang. Yah siapa lagi kalau bukan Bu Ratna. Dengan langkah santai Aku mendekatinya dan duduk di salah satu kursi yang ada di dapur.
" Bu Rat, kok sepi..Papa kemana?", sapaku padanya.
"Bapak ket wau injing pon mangkat Nduk", (Papa sedari tadi pagi sudah berangkat Nak) jawab Bu Rat yang masih tetap berkutik dengan peralatan memasaknya.
"Oalah gitu..", balasku.
"Habis ini Stephani mau ke sini njemput Ara buat main", seruku padanya. Bu Ratna yang tadinya terfokus pada masakannya kini memandangku dengan serius.
" Stephani, yogane rencang e Bapak niku?", (Stephani, itu yang Anaknya temannya Papa) selidiknya padaku.
"Iya Bu Rat", jawabku padanya dengan nada memelas.
"Sebenere Kulo mboten tego Pean dolan ten njawi Nduk, tapi Bapak pon setuju nggeh Kulo saget nopo", (Sebenernya Saya tidak tega kamu bermain di luar nak, tapi Papamu sudah setuju maka Saya bisa apa) dengus Bu Rat dengan raut khawatir.
"Tidak mengapa Bu Rat, jangan khawatir. Ara sudah besar, lagian di sana juga ada Stephani yang bisa menjaga Ara", seruku menenangkan Bu Rat.
"Nggeh pon rapopo tapi sing ati-ati", (Yasudah tidak mengapa yang penting hati-hati) sahut Bu Rat.
"Iya Bu Rat, yaudah Ara berangkat dulu", pamitku padanya seraya meraih dan mencium punggung tangan kanannya.
Aku pun segera berlalu dari hadapan Bu Rat dan berjalan ke depan Rumah yang ternyata sudah terparkir sebuah mobil bewarna merah. Kulirik ke sana ke mari namun tak kunjung Kutemukan orang itu, hingga pandanganku berhenti pada sebuah Pos satpam.
Di sana nampak Pak Jono sedang berbincang-bincang dengan seorang Perempuan. Ku hampiri mereka dan benar saja Perempuan itu adalah Stephani yang tampil cantik dan elegan dengan balutan dress merah mudanya yang selutut, belum lagi sebuah bando berbentuk boneka yang juga bewarna merah muda semakin membuatnya terlihat sangat imut. Ku amati dia dari ujung kaki hingga ujung kepala, nampak rapi sekali Dia hari ini bahkan terkesan lebih formal dari biasanya.
Mungkin, ini merupakan hal yang normal dilakukan oleh kebanyakan orang jika ingin bertemu Teman-temannya kali. Akhirnya tanpa berlama-lama Kami berdua pun memutuskan untuk segera pergi karena barusan Stephani ditelpon Temannya yang katanya sudah pada datang.
Begitu mobil merah yang dikendarai Stephani melaju begitu cepat meninggalkan pekarangan Rumah ini, diantara Kita tidak ada obrolan sama sekali. Mungkin masih awal kenal juga, lagian Kulihat Stephani juga tampak berkutik dengan pikirannya sendiri. Sekeluar dari pekarangan rumahku, Kami melewati jalanan besar dengan begitu banyak kendaraan yang berlalu lalang. Berbagai macam Kios, Swalayan, Restauran, dan cafe yang berjajar rapi di pinggiran jalan telah Kami lalui.
Hingga sampai di persimpangan jalan, lalu belok ke kiri memasuki sebuah Perumahan yang nampak berjajar rapi. Dan tiba-tiba saja Stephani menghentikan mobilnya di depan salah satu Rumah yang tampak lebih besar daripada Rumah-rumah lainnya.
"Yuk, Keluar", ujar Stephani yang menyadarkanku dari lamunanku.
"Okey", jawabku sembari membuntutinya yang keluar dari mobil merahnya kemudian memasuki Rumah yang pintunya terbuka itu.
Meski rasa heran memenuhi seluruh isi kepalaku karena Kukira Dia bakalan membawaku menemui teman-temannya, eh ternyata Dia membawaku ke Rumah ini yang sepertinya Rumahnya.
Aku terus mengekor padanya melewati ruang tamu dan beberapa bilik yang tertutup. Suasana di Rumah ini tampak begitu sepi, lebih sepi dari suasana di Rumahku.
"Ste, dimana Orang tuamu?", tanyaku memecahkan keheningan diantara kami.
"Mama di luar Negeri, sedangkan Papa sudah biasa mengurusi kerjaan ke luar kota", jawabnya singkat.
"Jadi kamu selama ini tinggal sendiri?", keningku sedikit berkerut.
"Tidak juga, di sini ada Mbok Nah yang biasanya mengurusi segala pekerjaan rumah. Tapi kali ini Dia sedang pulang kampung", jelasnya.
"Ooh begitu", jawabku penuh prihatin, karena kehidupannya hampir tak jauh beda denganku yang juga sering kesepian.
Hingga tiba di depan sebuah pintu besar yang sepertinya menjadi penghubung rumah ini dengan halaman belakang, Stephani langsung membuka pintu itu.
'Woww'
Banyak bunga di yang menghiasi dinding-dinding belakang Rumah, dan tak lupa pula ada banyak balon yang tertata rapi di lantai membentuk beberapa pola seperti bunga, love, dan bintang. Di tengah-tengah halaman ini terdapat sebuah kolam yang dikelilingi oleh banyak lilin aroma terapi.
"Ste, jangan-jangan..", seruku sedikit menerka-nerka.
"Ulang tahunku ", serunya singkat padat dan jelas seolah-olah mengerti tanda tanya dalam benakku.
"Waduhh, kenapa kamu tidak bi-", ucapku terpotong.
"Happy birthday to you, happy birthday to you. Happy birthday happy birthday..Happy birthday to you"
Sontak saja Aku dan Stephani menoleh ke belakang yang ternyata sudah banyak orang. Mereka berjalan menghampiri Aku dan Stephani, yang pasti dengan tujuan utama Stephani lah.
Beberapa Gadis yang ada di barisan paling depan datang dengan membawa sebuah kue yang lumayan besar dengan bentuk love. Hingga tiba di depan Stephani, adegan yang paling ditunggu-tunggu yakni 'wish' kemudian tak lama setelah itu Stephani meniup sebuah lilin yang berbentuk huruf S di tengah-tengah kuenya.
"Yeyyyy", sorak semuanya serentak.
Kejadian itu berlalu begitu cepat, hingga kini Aku tengah terduduk di salah satu dari deretan kursi yang ada di samping kolam. Begitu banyak orang yang berlalu lalang sembari bersenda gurau, namun tidak ada satu pun dari Mereka yang Kukenal selain Stephani. Sedangkan Dia saat ini mungkin sedang bersama teman-temannya.
Aku pun mencari kesibukan lain dengan meneguk segelas orange juice sembari mengamati kolam yang telah dihiasi dengan banyak bunga apung.
"Permisi, boleh numpang duduk di sini", ujar Seseorang yang mengagetkanku.
Lantas, Aku pun menoleh ke samping dan Kudapati seorang Laki-laki jangkung yang tengah berdiri menatapku. Aku pun gelagapan, namun secepat kilat ku coba meminimalisirnya.
" Silahkan..", ujarku tanpa menatapnya.
Lalu Ia pun duduk di sebuah kursi yang berhadapan denganku. Namun detak jantung ini semakin berdetak tidak karuan.
"Namamu siapa?", tanyanya memecahkan keheningan diantara Kami. Sontak Aku pun menoleh ke arahnya tanpa sadar.
Tatapannya setajam elang, dengan hidung mancung dan senyum manis diantara kedua lesung di pipinya. Surai hitamnya Ia biarkan sedikit acak-acakan, namun tetap tidak mengurangi sedikitpun keindahan yang ada dalam dirinya, diantara tampan dan cantik yang menjadi satu. Apalagi jika dilihat-lihat kulitnya tampak begitu pucat, seperti Vampir-vampir yang ada dalam komik yang sering Kubaca.