pertemuan yang membuat jatuh hati perempuan yang belum pernah mendapatkan restu dari sang ayah dengan pacar-pacar terdahulunya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Laila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Ponsel Maharani berdenting, menampilkan notifikasi chat.
...Kak Baskara...
^^^Ara^^^
^^^Gua otw kantor lo ya^^^
Notif chat dari Baskara yang langsung dibalas dengan “*iya hati-hati kak. Kabarin kalo udah sampe ya*.”
Gadis itu kembali melanjutkan sedikit pekerjaannya sebelum membereskan ipad dan berkas-berkas yang ada di mejanya. Mengambil ponsel dan melirik ke cermin kecil yang ada di meja kerjanya. Memoleskan sedikit lipstick yang sudah pudar di bibirnya.
Ponsel Maharani kembali berdenting. Dia melihat dari layarnya pesan dari Baskara.
Gua di depan.
Maharani langsung meluncur ke parkiran dan mendapati motor vario hitam dengan pria yang ia kenal duduk diatasnya. Sudah 3 bulan mereka jadi lunch mate atau teman kulineran.
“Yuk.”
“Jadi ke Mama rossy?” tanya Baskara memberikan helm pada Maharani.
“Yes. Tapi beneran traktiran kan?”
“Iyaaa,” jawabnya sambil tersenyum lebar.
Di jalan Maharani menceritakan kalau tadi pagi dia sangat terburu-buru sampai tak sempat sarapan karena ada janji meeting. Sejak pagi hanya ice chocholate yang mengisi perutnya selain air putih. Mendengar itu membuat Baskara rewel ke teman yang lebih muda 6 tahun darinya itu.
“Udah sih, jangan gitu mukanya,” kata Maharani begitu mereka duduk berhadapan.
“Lo tuh. Sibuk sampe gak makan.”
“Iya. Stock camilan gua di kantor juga pas lagi abis. Terus ya udah, gak kepikiran mau order makanan atau minta tolong ob beli makan.”
“Habis ini kita mampir minimarket ya.”
“Mau beli es krim ya?”
“Lo mau es krim?”
“Mau.”
“Ya udah nanti sekalian beli es krim sama stock camilan buat lo.”
“Iih baik banget.”
“Katanya mesti lembur hari ini.”
“Haaaaaah iya,” bahu Maharani turun mengingat banyaknya kerjaan dia hari ini.
Maharani dan Baskara memesan makan siang mereka dan mengembalikan buku menu pada waitress.
“Jadi lagi sibuk apa sampe gak sempet makan?”
“Tengah tahun gini ada acara ke panti. Acara taunan kantor.”
“Oh ya? Ngapain aja acaranya?”
“Main, ngedongeng, kita bikin puppet dari kertas nanti. Terus belajar bahasa inggris. Sekalian ngasih donasi.”
“Cool. Ide lo?” Maharani mengangguk.
“Jadi dari pas gua ngerancang Hera, emang udah dibikin buat menyumbangkan 10% keuntungan yang Hera dapet. Berbagi sama adek-adek yang kurang beruntung. Tujuan utamanya panti asuhan, tapi kadang ke tempat anak-anak penyandang cacat atau anak-anak yang berjuang cancer. Kalo lo lagi sibuk apa, Kak?”
“On going resto yang waktu itu gua certain. Jadi paling gua atau temen gua bolak balik cek site sama beberapa project yang lain. Project yang cottage yang di Tanjung Bira juga baru kemaren finalisasi konsep dan berlangsung ke tahap design.”
“Yang bikin interior apart itu gimana?”
“Hem? Udah masuk tahap pengerjaan kok. Habis ini gua mau site visit. Terus ngelanjutin buat ngajuin tender apartment di Ciawi.”
“Jauh. Terus apa lagi?”
“Makasih, Mas,” kata Baskara langsung menyesap minuman dinginnya, “Raghamy baru aja menang tender buat ngerjain postpartum center. Baru banget tadi pagi. Thanks to you.”
“Oh ya? wwwiiiih keren-kereeen,” Maharani bertepuk tangan. Dia ikut tersenyum senang mendengar berita bahagia itu. “Tapi jadi makin sibuk ya.”
“Biar bisa bayar karyawan. Oh, kantor gua udah pindah loh ke daerah Antasari sini.”
“Oh ya? Makin deket. Kalo lo lagi lowong, bisa gua gangguin ajak makan.”
“Lo tuh seneng bener ngajakin gua makan.”
“Ya lo juga seneng makan juga kan?”
“Ya suka. Kalo gak makan entar gua laper, Ra,” guyonnya, “Nanti lo dateng ya. Gua mau bikin selametan kecil-kecilan di kantor.”
“Boleh dateng gua?”
“Kan gua undang, Ra. Boleh dong.”
Dengan senyuman yang merekah lebar, Maharani menjawab, “thank you for invitation, Kak.”
Selesai makan siang, mereka mampir ke minimarket, Baskara memenuhi keranjang dengan berbagai macam camilan yang ada. Dari keripik singkong, keripik ketang, biskuit, coklat bar, roti, berbagai macam susu dan ice cream yang sudah dibawa oleh gadis muda itu. Membayar semua jajanan untuk stock teman barunya di kantor. Entah sejak kapan dia merasa nyaman berteman dengan gadis muda itu.
...♥...
Jumat, 11 Juli 2021 siang, Raghamy menyiapkan acara syukuran kecil-kecilan atas pindahnya kantor mereka. Karyawan pun bertambah 7 orang. Dua orang untuk membantu Ghani di divisi interior, tiga orang di divisi arsitektur, dan dua orang drafter. Selain itu, untuk pekerjaan keuangan dan administrasi, Ghani dan Jemmy pun sudah mempunyai karyawan untuk membantu pekerjaan mereka itu, dan seorang resepsionis juga office boy. Masing-masing 1 orang untuk tiap divisi. Belum butuh terlalu banyak kalau kata Ghani dan Jemmy.
Jemmy memesan nasi kuning lengkap dengan ayam goreng, tempe-tahu, sambal, dan lalapannya. Ada es jeruk, dan es teh yang sudah berjejer ditata oleh karyawan perempuan selama para pria menjalankan sholat jumat. Selepas jumatan, Bang Udin OB kantor, datang membawa gorengan yang langsung dia tata di 2 buah piring.
...Maharani
...
Kak, gua udah sampe nih
^^^ Oke, gua ke bawah, Ra
^^^
“Mau kemana lo?” tanya Jemmy yang baru saja sampai di lantai 3 dengan nasi kuning pesanannya yang baru sampai.
“Ke bawah bentar,” katanya sambil menepuk bahu sahabatnya itu.
Baskara mendapati Maharani sudah berdiri di lobby sambil melihat-lihat sekeliling lobby kantor itu.
“Hai.”
“Ini Kak,” Maharani menyerahkan sekotak kue kepada Baskara.
“Apa nih?”
“Kue?” jawabnya sambil terkekeh, “celebration isn’t complete without cake, no?” tambah gadis itu mengikuti Baskara menaiki anak tangga. “tadinya mau pake papan bunga juga sih, Kak.”
“Gak. Gak ada papan bunga papan bungaan,” kata Baskara santai.
Maharani terkekeh dan berkata, “iya makanya gak jadi gua pesen. Lo pasti gak suka. Makanya gua pesennya taneman beneran aja,” Maharani menunjukkan foto pot tanaman janda bolong, “tadi gua cek, mereka udah di jalan sih, Kak.”
“Ya ampun, Ara.”
Pria itu membalikkan badan dan mendapati Maharani menyengir lebar. Merasa bangga dengan hadiah yang dia siapkan.
“Eh, Kak, abang-abang yang anter udah sampe di bawah,” ujarnya begitu sampai di lantai 3 baru mau turun lagi.
“Udah lo di sini aja. Gua minta tolong Bang Udin buat bawain tanemannya ke ruang kerja gua,” kata Baskara membuat Maharani tersenyum lebar.
Sebelum masuk ke ruang meeting yang ada di lantai 3, Baskara meminta tolong kepada Bang Udin untuk menerima kiriman tanaman yang ada di bawah.
“Lama amat deh lo, Bas,” protes Ghani melihat pria itu masuk ke ruang meeting.
“Eh lah, siapa tuh?” tanya Jemmy yang kaget sahabatnya datang bersama seorang wanita cantik yang menengakan dress lilac berbahan katun dan chiffon dari Hera yang panjangnya sampai di atas lutut dilengkapi blazer warna beige dari blzr.id, tas YSL jemmie medium in terry cloth berwarna tropical sand and coquille, dan white sneakers putih keds.
“Lo gak bilang mau bawa pacar, Bas,” kata Ghani asal.
Baskara tersenyum dan berkata, “Ngarang aja lo. Ini temen gua, Maharani. Nona ini yang kasih kita proyek cottage di tanjong bira, interior apartment, sama postpartum center itu," kata Baskara membuat Maharani kikuk dengan seluruh mata personil raghamy yang menatapnya.
“Bukan. Bukan gua yang punya proyeknya,” bantah Maharani terkekeh, “kebetulan kenalan gua punya project dan butuh arsitek. Oh kenalin, gua Maharani,” Maharani menyalami dan berkenalan satu persatu dengan personil Raghamy.
“Seneng bisa kenal sama lo, Maharani,” kata Jemmy yang terakhir bersalaman.
“Panggil Rani aja, Kak Jemmy,” ujar Maharani mengembangkan senyum cerahnya.
“Cake dari Maharani, Guys,” kata Baskara mengeluarkan cake coklat bertuliskan ‘Congratulation Raghamy’.
Suara terima kasih mengudara di ruang meeting itu.
“Mas Baskara, tanemannya udah di ruangan Mas ya,” kata Bang Udin yang terakhir masuk ke ruang meeting dan memulai acara syukuran Raghamy siang itu.
“Lo gak cerita lagi deket sama cewek,” bisik Jemmy saat mereka makan dan Maharani asik berbincang dengan yang lain.
“Temen, Jem,” Baskara menekankan.
“Lo gak pernah bawa temen cewek mana pun setelah yang lalu,” balasnya. “Lo bawa dia pasti bukan karena doi yang bantuin kita dapet 3 proyek itu, kan?” Baskara diam, “jujur sama gua.”
“Lo mau denger jawaban apa dari mulut gua?” tanyanya.
“Ya kalo emang lo lagi deket sama dia, gua cuma mau bilang good move, dude. Lo udah harus lepas dari masa lalu lo dan move on. Gitu aja, Bas. Udah setaun lebih loh,” ujar Jemmy santai.
“Belom ada ke sana. Gua belom lama kenal sama Maharani.”
“Tapi lo nyaman sama dia?” timpal Jemmy lagi yang tak dibantah Baskara. Pria yang ditanya hanya termenung dengan pikirannya sembari melihat tamunya yang sedang bercengkrama siang itu.
...♥
...