Nadira Keisha Azzura pertama kali co-ass di rumah sakit ternama, harus mengalami nasib buruk di mana Bapaknya masuk UGD tanpa sepengetahuannya akibat tabrakan, lalu tak lama meninggal dan sebelumnya harus mendengar ijab kabul mengatasnamakan dirinya di kamar Bapaknya di rawat sebelum meninggal. Pernikahan itu tanpa di saksikan olehnya sehingga dia tidak mengetahui pria tersebut.
Sedangkan dia hanya memiliki seorang Bapak hingga dewasa, dia tidak mengetahui keberadaan kakak dan Ibunya. Dia di bawa pergi oleh Bapaknya karena hanya sosok pria miskin dan mereka hanya menginginkan anak laki-laki untuk penerus.
Bagaimana nasib Nadira selanjutnya? akankah dia hidup bahagia bersama suaminya? akankah Nadira bisa menerima siapa suami dan siapa yang telah menabrak Bapaknya? Akankah dia bertemu dengan keluarganya?
Yu saksikan ceritanya hanya di novel 'Suami Misteriusku ternyata seorang Dokter'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 ~ Kepedulian
Hingga akhirnya Nadira pun tertidur di bahu Kendrick.
Kendrick pun tersentak kaget karena bahunya dengan seketika terguncang oleh kepala Nadira, hingga membuat kedua matanya terbuka dan memicingkan matanya ke arah samping.
Ternyata kau tertidur, tidurlah aku akan menemanimu. batin Ken dengan senyuman yang merekah.
Tangannya pun terulur memeluk bahu Nadira yang sedang tertidur lelap di atas bahunya.
Entah kenapa Kendrick merasa ada kenyamanan tersendiri ketika bersama dengan Nadira, padahal dia selalu merasa kesal saat bekerja dengan Nadira, wanita koas ini yang sangat lemot saat disuruh olehnya hingga membuatnya selalu naik pitam.
Namun kini rasa emosi dan segala hal yang terdapat dalam diri Kendrick tentang Nadira itu pun seakan lenyap, dia merasakan ada sesuatu dibalik hatinya saat berada di dekatnya.
Akhirnya Kendrick pun tertidur dengan lelap dengan memegang bahu Nadira, namun ketika subuh menjelang sebelum adzan berkumandang tangan Kendrick pun terlepas begitu saja dan tak lama dari itu Nadira pun terbangun bersamaan dengan Adzan subuh berkumandang.
Ketika Nadira terbangun dia kaget karena dia telah tertidur di bahu Kendrick, dengan posisi Kendrick sedari malam tidak berubah. Nadira pun dengan segera berdiri dari duduknya kemudian keluar dari ruangan itu hanya untuk mengambil wudhu.
Nadira pun kembali memasuki ruangan kemudian melaksanakan salat subuh dalam ruangan tersebut. Saat setelah selesai shalat Nadira pun menangis mendoakan Bapaknya yang masih dalam berbaringannya yang belum sadarkan diri.
Kendrick yang mendengar suara tangisan itu pun langsung terhenyak kaget, namun saat hendak terbangun tiba-tiba lehernya seakan kaku dan terasa sangat nyeri, "Aduh ...! "Ringis Kendrick dengan memegang lehernya.
Nadira yang mendengar suara Kendrick pun dengan cepat menyelesaikan doanya dan menghapus air matanya dengan segera, kemudian membuka mukenanya dan melipat sajadahnya.
"Bapak tidak apa-apa?" Nadira dengan panik mendekati Kendrick.
"Kamu sendiri bisa melihatnya bukan? kenapa harus bertanya?" Kembali Kendrick berbicara dengan nada juteknya.
"Bapak ini, saya kan bertanya baik-baik, tidak bisakah bapak berbicara dengan lembut?, selalu aja ketus kepada saya, Apa salah saya sih?" Protes Nadira dengan menjauhi Kendrick.
Kendrick mendengar keluhan Nadira tentang dirinya, namun dia menghiraukan omongan Nadira. Karena Kendrick merasakan sakit di lehernya, dan terus mencoba menggerak-gerakan lehernya ke kiri dan ke kanan namun sungguh Dia merasakan kebas, hingga sulit sekali untuk di gerakkannya.
Bagaimana ini, kalau leherku seperti ini terus? aku akan sangat kesulitan sekali untuk bekerja!. Batin Kendrick dengan tangannya yang terus memegang lehernya.
"Ini Pak gunakan salep ini, Semoga ini bisa membantu bapak!" Ujar Nadira dengan memberikan sebuah salep hangat yang dapat mengobati leher sang Dokter.
Kendrick pun langsung mengoleskan lehernya dengan salep tersebut, Kendrick langsung terdiam karena sangat terasa sakit untuk menggerakkannya. Namun tanpa terasa obat itu meresap ke dalam kulit lehernya hingga akhirnya tanpa dia sadari dia pun dapat menggerakkan kedua lehernya.
Kendrick tersenyum dan penuh rasa syukur dalam hatinya. "Ini salepnya terima kasih," ucap Kendrick dengan langsung berjalan menuju arah pintu.
Nadira pun mengerutkan keningnya sambil menatap sang Dokter keluar dari ruangan tersebut.
Nyebelin banget itu Dokter Ken, nggak ada manis-manisnya sedikitpun. Kesel banget gue liat mukanya, nggak bisa apa dia senyum sedikit? karena gue ... dia bisa menggerakkan lehernya. protes Nadira dengan penuh rasa kesal terhadap Dokter Ken.
Tak terasa waktu bekerja pun telah di mulai, Kendrick dan Nadira telah bersiap untuk bekerja. kebetulan mereka pun kembali bekerja dengan bersama-sama.
Namun Kendrick melihat wajah Nadira, yang masih bersedih dan terlihat tidak begitu bersemangat untuk bekerja.
"Jika bekerja itu, belajarlah untuk profesional!" Seru Dokter Kendrick dengan nada yang sudah tidak asing terdengar oleh Nadira.
"Bagaimana saya bisa tenang?, Bapak di sana tidak ada yang menjaga selain saya," protes Nadira dengan menahan air matanya.
Kendrick terdiam sesaat, hatinya terenyuh. "Kerjakanlah dahulu pekerjaanmu ini!" Seru Kendrick dengan penuh ketegasan, lalu berjalan menjauhi Nadira.
Dengan berdecak kesal Nadira pun mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh Kendrick.
Kendrick pun meninggalkan Nadira, dan ketika Nadira selesai bertugas, dia pun keluar dari ruangan tersebut.
Nadira pun terdiam sejenak, saat ada perawat yang mendorong brankar melewati Nadira tepat dihadapannya.
"Bapak?" Tanya Nadira dengan segera mengikuti arah para perawat itu yang sedang membawa Bapaknya.
Tak lama dari itu, Nadira pun terdiam mematung, saat Bapaknya memasuki sebuah ruangan.
"Kenapa berhenti? kamu menghalangi jalanku!" Seru Kendrick yang menyadarkan Nadira.
"Pak tunggu!" Nadira pun memegang tangan Dokter Kendrick yang hendak melangkahkan kakinya.
Ken pun menoleh kepada Nadira tanpa mengatakan sepatah kata pun.
"Pak, kenapa Bapak bawa Bapakku ke ruangan ini? saya tidak akan mampu membayarnya," keluh Nadira dengan menatap sang Ayah ke dalam ruangan.
"Sengaja agar kamu bisa bekerja dengan fokus, dan dapat memantau Bapakmu kapan saja!" Ucap Ken sambil berusaha melepaskan tangannya yang sedari tadi Nadira menahan tangannya.
"Ta-tapi Pak-" sanggah Nadira yang terpotong karena Ken yang terus melangkahkan kakinya menjauhi dirinya.
Dokter kurang asem, gue lagi ngomong malah terus jalan kaya gitu, ga ada dikit aja menghargai gue? sumpah nyebelin banget. Batin Nadira dengan geram.
Tak lama dari emosinya itu, Nadira pun melangkahkan kakinya memasuki ruangan VIP tersebut.
Sumpah dari mana gue bisa bayar ini ruangan? makan aja gue bingung apalagi mesti bayar ruangan segede gaban ini. Batin Nadira saat matanya memindai seisi ruangan tersebut.
"Ken, gimana?" Tanya Thomas secara tiba-tiba saat memasuki ruangan tersebut, yang membuat Nadira terlonjak kaget dan tersadar dari lamunannya.
"Eh Dira, kenapa? kaya kaget gitu? apa aku buat kamu kaget? sorry ya!" sapa Thomas dengan bersahabat.
"Eh i-" kembali Nadira berbicara terpotong oleh Ken.
"Ada apa gimana?" Tanya Ken sambil mengecek kondisi Bapaknya Nadira.
"Pasien ini, amankan di bawa ke sini?" Tanya Thomas.
"Aman!" sahut Ken singkat.
"Gimana kondisinya?" Tanya Thomas.
"Masih sama," jawab singkat Ken.
"Mau ke mana?" Tanya Thomas.
"Ke ruangan," sahut Ken singkat.
"Si singkat ngomong, ga bisa apa kalau ngomong aga panjang dikit," kelakar Thomas dengan tawa ringannya.
"Bener kaga Ra?" Tanya Thomas sambil memandang ke arah Nadira mencoba menghiburnya.
"Hehe Dokter ini, ada-ada saja," sahut Nadira dengan senyum ramahnya.
"Ngomong-ngomong udah makan belum?" Tanya Thomas kembali.
"Makan yu temani gue!" ajak Thomas.
"Terimakasih Dok," sahut Nadira dengan senyuman.
Greget gue, sama senyum lo. Batin Thomas.
"Ya udah gue pergi dulu ya, ini cacing udah meronta-ronta minta di isi," pamit Thomas dengan melambaikan tangannya.
Thomas pun keluar dari ruangan tersebut, dan di perjalanan dia bertemu dengan Ken.
"Eh lo, mau ke mana?" Tanya Thomas pada Kendrick penuh rasa kepo yang menggelora.
"Idih di tanya kaga di jawab, udah kaya kereta aja lo," protes Thomas sambil nyengir kuda lalu melanjutkan langkahnya.
Thomas pun sampai di tukang nasi goreng,
"Hai Pak," sapa Thomas pada si tukang nasi goreng dengan duduk di bangku.
"Eh Dokter Thomas, pesan biasa Dok?" Tanya sang penjual yang sudah hapal akan pesanan Thomas.
"Iya, biasa jangan terlalu pedas, jangan pake sayur ijo," jawabnya dengan santai.
"Siap, di kira tadi Dokter Ken pesan 2 buat Dokter Thomas, eh ternyata bukan, Dokter Thomas ternyata ke sini juga." Penjual nasi sambil memasukkan telur dan lainnya ke dalam wajan.
"Ken beli nasi 2 Bungkus, Tumben? buat siapa?" Tanya Thomas dengan mengerutkan keningnya.
Bersambung ...