NovelToon NovelToon
"Blade Of Ashenlight"

"Blade Of Ashenlight"

Status: sedang berlangsung
Genre:Dunia Lain
Popularitas:393
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di tanah Averland, sebuah kerajaan tua yang digerogoti perang saudara, legenda kuno tentang Blade of Ashenlight kembali mengguncang dunia. Pedang itu diyakini ditempa dari api bintang dan hanya bisa diangkat oleh mereka yang berani menanggung beban kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Api Yang Terbelah

Sejak malam pengkhianatan, markas Api Penjaga berubah sunyi. Rowan nyaris tidak pernah bicara kecuali untuk memerintah pengawal. Lyra semakin sering berdoa, hampir seperti ingin menenggelamkan telinganya dari kenyataan.

Miriel makin lemah. Batuknya kerap bercampur darah, tapi ia menolak berbaring. “Kalau aku berhenti, api ini berhenti juga,” katanya dengan senyum pucat.

Edrick berusaha memimpin, tapi ia tahu benar: kepergian Darius adalah luka yang belum sembuh. Luka itu tidak hanya di lingkaran mereka, tapi juga di mata rakyat.

 

Kerumunan mendatangi markas hampir setiap hari. Mereka menuntut makanan, keamanan, jawaban.

“Kami mendengar salah satu dari kalian sudah berkhianat!” teriak seorang lelaki tua.

“Kalau kalian tidak bisa menjaga saudara sendiri, bagaimana kalian bisa menjaga kami?” sahut yang lain.

Rowan berusaha membungkam mereka dengan gertakan. “Diam! Kami bertarung untuk nyawa kalian!”

Tapi kata-kata itu malah menyulut kemarahan. Batu kembali melayang, pintu markas dihantam, dan teriakan bergaung sepanjang malam.

Lyra menangis setelah kerumunan bubar. “Mereka mulai membencimu, Edrick. Mereka tidak percaya lagi.”

Pangeran muda itu hanya menatap Ashenlight, yang nyalanya redup. “Kalau kepercayaan adalah api, maka kita harus terus menyalakannya, meski dengan darah kita sendiri.”

 

Di sisi lain kota, Lady Corvane menghadap Dewan Agung.

“Gudang terbakar, rakyat gelisah, dan Hale kehilangan salah satu pengikutnya. Api Penjaga mulai runtuh dari dalam. Saat ini, satu dorongan kecil saja bisa menjatuhkan mereka.”

Lord Thalric menunduk, wajahnya muram. “Dan kalau Hale jatuh? Rakyat tidak akan duduk diam. Mereka akan marah, dan amarah itu bisa meluap ke kita.”

Corvane menoleh, suaranya tajam. “Lebih baik menghadapi amarah rakyat daripada memberi tahta pada seorang anak dengan pedang biru. Amarah bisa dipadamkan dengan darah. Tapi api Hale? Itu bisa menyalakan pemberontakan yang takkan pernah padam.”

Sebagian dewan mengangguk. Retakan semakin jelas: ada yang ingin menghancurkan Hale, ada yang mulai ragu pada Corvane.

 

Malam itu, sekelompok orang tak dikenal menyerbu markas Api Penjaga. Mereka berpakaian seperti rakyat biasa, tapi gerakannya terlalu terlatih.

Rowan memimpin perlawanan, darahnya mendidih. “Mereka bukan rakyat, mereka tentara bayaran!”

Pertempuran pecah di halaman. Api Ashenlight menyala, menembus kegelapan dengan kilatan biru.

Edrick bertarung habis-habisan, tapi ia sadar: serangan ini bukan hanya ujian, tapi pesan. Seseorang ingin menunjukkan bahwa Api Penjaga bisa ditembus.

 

Setelah serangan berhasil dipukul mundur, korban bergelimpangan di halaman markas. Beberapa rakyat yang mereka lindungi juga mati terkena panah nyasar.

Jeritan duka menggema. “Kalian tidak bisa melindungi kami! Lebih baik kami menyerahkan diri pada dewan!”

Rowan, penuh amarah, hampir menebas salah satu dari mereka kalau bukan karena Lyra menghalangi dengan tubuhnya.

“Tidak, Rowan! Kalau kau melukai mereka, kita sama saja dengan kabut!”

Rowan menatap Edrick, matanya penuh amarah. “Lihat? Kau terlalu lunak! Kau mengusir Darius, kau membiarkan rakyat menghinamu, dan sekarang kita dihancurkan dari dalam! Kalau kau tidak mau membuat keputusan keras, maka aku yang akan membuatnya!”

Sunyi menelan halaman markas. Rowan menatap Edrick seperti menantang, seolah ada pisau tak terlihat yang mulai terangkat di antara mereka.

 

Malam itu, Edrick berdiri sendirian di kapel kecil. Ashenlight menancap di altar, nyalanya hanya bergetar samar.

Ia berlutut, berbisik pada dirinya sendiri.

“Ayah… kalau aku gagal, apakah api ini akan padam selamanya?”

Nyala pedang tidak menjawab. Tapi di luar, Rowan meninggalkan kapel dengan wajah gelap, sementara Lyra berdoa lebih keras dari sebelumnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!