Tidak direstui mertua dan dikhianati suami, Latisha tetap berusaha mempertahankan rumah tangganya. Namun, kesabarannya runtuh ketika putra yang selama ini ia perjuangkan justru menolaknya dan lebih memilih mengakui adik tirinya sebagai seorang ibu. Saat itu, Latisha akhirnya memutuskan untuk mundur dari pernikahan yang telah ia jalani selama enam tahun.
Sendiri, tanpa dukungan siapa pun, ia berdiri menata hidupnya kembali. Ayah kandung yang seharusnya menjadi sandaran justru telah lama mengabaikannya. Sementara adik tirinya berhasil merebut kebahagiaan kecil yang selama ini Latisha genggam.
Perih? Tentu saja. Terlebih ketika pria yang pernah berjanji untuk mencintainya seumur hidup hanya terdiam, bahkan saat putra mereka sendiri lebih memilih wanita lain untuk menggantikan sosok ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memaafkan
Latisha berjalan menyusuri trotoar untuk menuju restoran yang akan ia kunjungi. Ia sudah sangat lapar karena belum mengisi perutnya sejak pagi tadi. Ia tak sempat sarapan tadi karena harus menyuapi Agharna yang terus saja memanfatkan rasa bersalah Agharna. Sedangkan sekarang pria itu malah berdebat dengan Langit hingga membuat Latisha pusing. Akhirnya ia pun memutuskan keluar untuk makan siang sendiri. Kini tak ada Solene yang menemaninya karena wanita itu telah resign beberapa hari yang lalu.
Saat Latisha baru saja akan memasuki restoran tiba-tiba tangannya dicekal seseorang dari belakang refleks Latisha pun melirik pria itu yang ternyata adalah Drakara. Latisha pun mengerutkan keningnya melihat keberadaan Drakara. Latisha berusaha menepis tangannya dari cekalan pria itu.
"Ada apa?" tanyanya dengan ketus.
"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin makan siang denganmu." Jawab Drakara.
Latisha pun hanya mendengus mendengar jawaban pria itu. Ia tak lagi menghiraukan Bara. Latisha melanjutkan langkahnya memasuki restoran itu, di ikuti Drakara di belakangnya. Latisha memilih duduk di pojok restoran tersebut setelah ia memesan makanannya. Drakara pun terus mengikuti wanita itu dan kini ia pun sudah duduk manis dihadapan Latisha, wanita yang masih mengisi hatinya itu.
Drakara menatap Latisha yang terlihat lelah.
Sebenarnya ada apa dengan mantan istrinya itu?
"Kamu kenapa? Sepertinya kamu lelah. Bukankah sudah kukatakan pada mu untuk berhenti bekerja, aku akan menafkahimu seperti biasa." ujar Drakara.
Latisha sama sekali tak menggubris apa yang dikatakan Drakara. Ia menyesap minuman nya yang baru saja waiters bawa untuknya.
"Dengarkan aku sayang, kembalilah ke rumah dan kita bisa melanjutkan hidup kita bersama seperti dulu." Ujar Drakara lagi sambil menggenggam jemari Latisha, namun wanita itu segera melepaskan tangan Drakara dan menatap pria itu dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Sudahlah, Jangan lagi menggangguku, aku sudah lelah karena kamu terus saja datang dan mengganggu. Lebih baik sekarang kamu urusi Radmila. Bukankah dia tengah mengandung anak mu?" Ujar Latisha.
Drakara pun terkejut saat mendengar perkataan Latisha. Apa saat ini Latisha tengah cemburu karena mengetahui Radmila tengah hamil? Jika Latisha cemburu, itu artinya wanita itu msih mencintainya. Dan Drakara senang mengetahui hal itu. Ia yakin Latisha memang masih mencintainya.
"Apa maksudmu ?apa kamu tahu Radmila hamil?" Tanya Drakara.
"Ya tentu saja karena dia dan orang tuaku datang ke apartemen ku mereka memintaku untuk membantu Radmila untuk membujukmu agar kamu mau bertanggung jawab pada kehamilan Radmila. Jadi sekarang lebih baik kamu nikahi Radmila. Kasian bayinya kalau kamu lepas tanggung jawab.. Aku tak mau anak itu lahir tanpa seorang ayah." ujar Latisha.
"Tidak, aku tidak mungkin menikahi Radmila karena aku tidak mencintainya dan aku yakin bayi yang sedang ia kandung itu bukan bayiku. Aku bukan yang pertama bagi Radmila. Aku yakin dia pun telah berhubungan dengan pria lain saat berhubungan denganku. Lagipula sejak awal aku hanya bermain-main dengannya. Ia hanya wanita penghibur bagiku. " ujar Drakara tak tahu malu. Tentu saja perkataannya itu membuat Latisha mual.
"Astaga, kamu pria brengsek yang pernah aku kenal. Beruntungnya aku telah bercerai denganmu. Bagaimana mungkin kamu berkata seperti itu? Bukan kah selama ini kamu memperlakukannya bak ratu dihatimu? Kamu bahkan pernah menampar ku karena lebih membelanya. Lalu kenapa sekarang kamu malah mengarang cerita dan tak mau bertanggung jawab?'' Latisha mendengus kesal.
"Aku tidak mengarang cerita karena itulah faktanya. Aku memang tak pernah berkomitmen dengannya. Aku selalu membayar nya setiap dia selesai melakukan tugasnya. Bagiku Radmila hanya lah wanita penghibur dikala kamu sudah tak lagi mau melayaniku." Ujar Drakara.
"Masalah tamparan itu, aku minta Maaf. Aku hanya kesal karena kamu selalu saja membuat onar di depan putra kita. Andai saja saat itu kamu mau aku sentuh, tak akan aku menyentuh Radmila.'' Ujar Drakara lagi.
''Jangan menimpakan kesalahan padaku. Aku tak mungkin mau lagi kamu sentuh setelah aku melihat dengan mata kepala sendiri saat kamu bertukar peluh dengan wanita lain. Aku tak sudi dan aku jijik karena kamu sudah membagi tubuhmu dengan wanita lain." Ujar Latisha mengungkapkan unek-uneknya selama ini.
"Aku selama ini bertahan hanya karena Sageon. Aku sebenarnya sudah tahu kamu telah menjalin hubungan dengan Radmila sejak awal karena Radmila yang selalu memberi tahuku apa aja yang sedang kamu lakukan dengannya. Sejak saat itu rasaku sudah mati untukmu, tapi aku berusaha bertahan karena Sageon. Tapi saat putra ku sendiri sudah tak menginginkan kehadiranku, maka aku pun langsung mundur dari pernikahan toxic yang aku jalani selama ini." jelas Latisha.
Drakara pun terdiam mendengar perkataan Latisha yang membuatnya sadar sedalam apa ia telah melukai Latisha. Bukan hanya dirinya tetapi Sageon juga telah menorehkan luka dihati Latisha. Sungguh Drakara menyesal. Mungkin akan sulit baginya meminta Latisha kembali karena luka yang begitu dalam telah ia berikan untuk wanita yang hingga saat ini masih sangat ia cintai.
"Maafkan aku atas semua perbuatan yang telah aku lakukan padamu, aku sadar aku telah begitu jahat dan kejam padamu." Ujar Drakara sambil menggenggam jemari Latisha, mata pria itu mulai berkaca-kaca, ia tak bisa membayangkan bagaimana jika Latisha tahu bahwa Sageon bukan putra kandung mereka? Apa mungkin Latisha akan semakin membencinya?
"Aku sudah memaafkanmu, Karena itulah sekarang aku ikhlas berpisah denganmu." Ujar Latisha sambil melepaskan tangan Drakara yang menggenggam tangannya.
"Lebih baik kita hidup masing-masing dan jangan saling mengganggu, aku tak ingin lagi membencimu karena kamu terus saja berada di sekitarku, hubungan kita hanya sebagai orang tua dari Sageon saja, selebihnya kamu jangan mengharapkan sesuatu yang tak akan mungkin terjadi, sampai kapanpun aku tak akan mau kembali padamu karena luka itu sudah sangat dalam menyakitiku." Ujar Latisha.
"Tak bisakah kamu memberiku satu kesempatan lagi? aku akan memperbaiki semuanya. Aku tak akan lagi melakukan kesalahan yang sama, kita akan hidup bahagia bersama seperti dulu." ujar Drakara memohon kepada Latisha.
"Maafkan aku, aku tak mau lagi hatiku terluka.
Aku tak sanggup untuk kembali denganmu, bukankah sudahku katakan bahwa luka yang kamu berikan kepada ku itu belumlah sembuh? Dan rasanya akan sangat sulit untuk ku menyembuhkannya. Lebih baik sekarang kita hidup berdampingan agar Sageon tak mengalami dampak buruk dari perpisahan kita ini." Ujar Latisha sambil menggelengkan kepalanya. Ia tak mungkin lagi bersama dengan Drakara setelah semua yang terjadi dalam hidupnya. Saat ini Latisha malah tengah menggenggam api kebencian kepada Drakara dan keluarganya. Dan Latisha bersumpah akan membalas setiap kesakitan yang ia rasakan.
Sementara itu, Nurcelia hampir saja jatuh pingsan saat ia mendapatkan paket yang berisi sesuatu yang bisa menghancurkan hidupnya.
bagaimana respon mu