Dominic, sang maestro kejahatan, telah menawarinya surga dunia untuk menutup mata atas bukti-bukti yang akan menghancurkan kerajaannya.
Yumi, jaksa muda bercadar itu, telah menolak. Keputusan yang kini berbuah petaka. Rumahnya, hancur lebur. Keluarga kecilnya—ibu, Kenzi, dan Kenzo, anak kembarnya—telah menjadi korban dalam kebakaran yang disengaja, sebuah rencana jahat Dominic.
Yumi menatap foto keluarga kecilnya yang hangus terbakar, air mata membasahi cadarnya. Keadilan? Apakah keadilan masih ada artinya ketika nyawa ibu dan anak-anaknya telah direnggut paksa? Dominic telah meremehkan Yumi. Dia mengira uang dapat membeli segalanya. Dia salah.
Yumi bukan sekadar jaksa; dia seorang ibu, seorang putri, seorang pejuang keadilan yang tak kenal takut, yang kini didorong oleh api dendam yang membara.
Apakah Yumi akan memenjarakan Dominic hingga membusuk di penjara? Atau, nyawa dibayar nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan pertemuan pertama
Suara tembakan menggema di ruangan, menciptakan suasana mencekam. Beberapa tubuh tergeletak berlumuran darah, korban dari aksi brutal Dominic.
Dengan tenang dan elegan, ia meniup ujung pistolnya, membersihkan sisa-sisa bubuk mesiu. Tatapan matanya dingin, tanpa sedikit pun penyesalan. Ia baru saja mengeliminasi anak buahnya sendiri yang dianggap berkhianat.
"Tuan, Nona Yumi berada di luar. Nona Yumi ingin bertemu dengan Anda," lapor Axel, salah satu anak buah kepercayaannya.
Ternyata Yumi kembali mendatangi kediaman Dominic, untuk meminta penjelasannya atas kejadian yang menyenangkannya baru-baru ini.
Dan karena tidak diizinkan masuk oleh para pengawal Dominic, wanita itu hanya bisa berdiri dengan wajah penuh kebencian menunggu di luar gerbang.
Sebuah senyum licik menarik sudut bibir Dominic. Wajahnya yang berlumuran darah terlihat semakin menyeramkan.
"Apa dia belum puas dengan kehancurannya?" suara dingin dan menusuk. Ia merujuk pada kebakaran yang menimpa Yumi. Namun, di balik kata-kata itu, tersimpan rasa penasaran dan mungkin sedikit kekaguman pada sosok Yumi yang tak kenal rasa takut.
"Suruh dia masuk," lanjut perintah Dominic. Ia ingin tahu apa yang diinginkan Yumi, apakah wanita itu ingin meminta pertanggungjawabannya? atau datang mencari sesuatu?
Tunggu saja detik pertemuan mereka.
"Baik, Tuan," jawab Axel, lalu bergegas melaksanakan perintah majikannya. Langkah kaki Axel terdengar semakin menjauh, meninggalkan Dominic yang masih berdiri di tengah ruangan berlumuran darah, menanti kedatangan Yumi. Suasana mencekam masih terasa, menunggu pertemuan antara dua individu yang nasibnya saling terkait.
"Selamat siang, Nona Yumi," sapa Axel, tanpa rasa bersalah oleh kehancuran wanita di hadapannya.
Yumi menatap Axel dengan tatapan tajam, matanya memancarkan api kemarahan yang tak terbendung. "Mana bajingan itu! Saya ingin bertemu langsung dengannya!" suaranya menggema, keras dan penuh amarah. Ia tak lagi takut, rasa kehilangan telah mengalahkan rasa takutnya. Ia haus akan keadilan.
"Tenang, Nona. Saya akan membawa Anda bertemu Tuan, tapi kondisikan dulu hati Anda," ujar Axel, mencoba menenangkan Yumi. Ia tahu, pertemuan ini akan penuh dengan emosi dan konfrontasi.
"Cih!"
"Mari, Nona," Axel mengajak Yumi masuk ke dalam kediaman Dominic.
Dengan langkah pasti dan penuh tekad, Yumi mengikuti Axel. Amarah dan keinginan untuk membalas dendam membara dalam hatinya. Ia tak sabar ingin berhadapan langsung dengan Dominic, pria yang telah merenggut nyawa orang-orang yang ia sayangi. Langkah kakinya semakin cepat, menunjukkan betapa besar hasratnya untuk bertemu dengan Dominic dan meminta pertanggungjawaban atas semua yang telah terjadi.
Yumi yakin, kebakaran yang menghancurkan rumah dan keluarga kecilnya, ada hubungannya dengan Dominic.
Ia melangkah menyusuri rumah mewah itu, setiap detailnya menunjukkan kekayaan dan kekuasaan Dominic. Rumah yang indah itu terasa mencekik, mengingatkannya pada tragedi yang telah menimpanya.
Beberapa menit kemudian, mereka tiba di sebuah pintu besar berwarna emas. Axel membukanya, mengungkapkan sosok yang berdiri membelakangi mereka. Sosok tinggi, tegak, gagah. Sorot mata tajam, alis tebal, rahang tegas, dan tubuh berotot yang nyaris sempurna—idaman semua wanita.
"Tuan, Nona Yumi sudah sampai," lapor Axel.
Yumi menatap punggung Dominic dengan tatapan penuh kebencian.
Ketika Dominic membalikkan badan, mata mereka bertemu.
Deg!
Yumi tersentak kaget. Karena ini bukan pertemuan pertama mereka. Ia pernah bertemu Dominic sebelumnya. Pertemuan dimana ia tak tahu, bahwa laki-laki itu adalah Dominic.
Sementara Dominic tidak mengenali dirinya karena Yumi mengenakan cadar.
Dan salam kenal para reader ☺️☺️😘😘