Second Marriage With Young Master

Pagi itu, saat Stefan tak melihat sang istri berada di meja makan. Ia jadi semakin kesal. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi sarapan di paviliun belakang di mana Roselyn berada.

"Tuan Stefan!" Seru Roselyn semangat sambil berlari menghampiri Stefan dengan senyum cerah.

"Jangan berlari Rose. Kakimu kan baru saja sembuh." Ucap Stefan penuh perhatian. Baru seminggu yang lalu gips di kaki Roselyn dilepas.

"Hehe, saya sudah baik-baik saja kok tuan. Anda tak perlu khawatir lagi." Jawab Roselyn dengan senyum lebar. Senyum yang bisa memikat orang untuk ikut tersenyum bersamanya, termasuk Stefan saat itu.

"Apa yang kamu lakukan pagi-pagi seperti ini?" Tanya Stefan yang melihat sisa-sisa air di tangan serta baju gadis di depannya itu.

"Saya hanya sedang menyirami bunga-bunga itu tuan. Mereka sangat cantik."

"Sejak kapan kamu melakukan pekerjaan pelayan seperti itu?" Tanya Stefan bingung. Ia segera mengambil sapu tangan dari sakunya dan mengelap tangan Roselyn dengan lembut.

"Baru beberapa hari ini saja kok tuan. Saya merasa tak enak hati kalau hanya diam saja." Jawab Roselyn sambil menundukkan kepalanya.

"Kamu tak perlu melakukan itu Rose. Aku yang membawamu kemari, kamu adalah tamuku. Jadi, kamu tak perlu melakukan pekerjaan apapun." Ucap Stefan dengan lembut sembari menepuk puncak kepala Roselyn.

Dapat Stefan lihat mata bulat gadis di depannya itu langsung berbinar senang. Pipinya yang merona juga langsung terangkat karena bahagia.

"Benarkah saya boleh melakukan itu tuan?" Tanyanya polos.

"Tentu saja. Aku adalah pemilik kediaman ini. Aku yang berkuasa atasnya." Seru Stefan membanggakan diri. Roselyn pun mengangguk dengan senyum lebar yang masih tersungging di wajah cantiknya.

Melihat senyum gadis itu, menimbulkan desiran aneh di dalam dada Stefan. Baginya selama ini selain ibu kandungnya, hanya Nayla lah wanita yang ia yakini bisa membuatnya bahagia. Namun, setelah bertemu dan berkenalan dengan Roselyn beberapa waktu belakangan ini, membuatnya candu. Kepolosan dan keceriaan gadis muda itu membuatnya ikut merasa hidup sepenuhnya.

"Sekarang berhenti melakukan aktivitas itu, dan ayo sarapan bersamaku." Ajak Stefan sambil memberikan lengannya pada Roselyn seakan memberinya isyarat untuk memeluknya. Dengan senang hati, gadis itu menurut dan langsung memeluk manja lengan Stefan.

Keduanya berjalan menuju ke meja makan. Banyak mata pelayan yang mengamati kejadian itu. Namun, mereka tak bisa melakukan apapun. Mereka hanya bisa memendam rasa ketidak sukaan dan rasa ibanya pada nyonya mereka, Nayla.

Setelah Stefan dan Roselyn duduk, beberapa pelayan segera menyiapkan menu pagi itu. Salah satu dessertnya, ada kue coklat. Bisa Stefan lihat mata gadis di depannya itu berninar senang menatap kue coklat itu.

"Kamu harus makan berat dulu, sebelum makan kue coklat itu Rose ..."

"Baik tuan." Jawab Roselyn cepat. Ia segera makan dengan lahap sampai di mulutnya belepotan.

Hal itu cukup menarik dan lucu bagi Stefan. Selama ini, ia hanya melihat Nayla dengan cara makan anggunnya. Dulu ia merasa itu terlihat elegan. Namun, setelah bertemu dengan Roselyn, menurutnya gaya makan Nayla terlihat sangat membosankan.

"Makanlah perlahan. Aku tak akan mengambil kuemu. Bahkan, kamu bisa memakan kue bagianku juga." Ujar Stefan sambil menyeka ujung bibir Roselyn dengan penuh perhatian.

"Wah, terima kasih tuan. Anda benar-benar baik hati ... Anda tau, semenjak tinggal di sini begitu banyak makanan enak yang bisa saya makan karena belum pernah saya coba sebelumnya. Saya merasa sangat senang. Terima kasih sekali lagi tuan Stefan." Kata Roselyn dengan senyum lebar seperti anak-anak yang bahagia karena mendapatkan mainan baru.

Lagi-lagi Stefan tanpa sadar membandingkan Nayla dengan gadis di depannya ini. Dulu sewaktu kecil, seingat Stefan Nayla juga sering bersikap antusias seperti itu. Namun, semakin dewasa, Nayla semakin pintar memendam perasaannya. Sudah sangat lama Stefan tak melihat sisi manis dari istrinya itu. Dan kini saat ia melihat Roselyn ia merasa kerinduannya seakan terobati.

"Ada apa tuan? Kenapa anda menghela nafas seperti itu?" Tanya Roselyn penasaran.

"Tidak apa-apa. Hanya saja aku baru teringat istriku. Dia sangat berbeda denganmu Rose. Dia tak begitu ekspresif dan terkesan sangat dingin termasuk padaku. Bukan hanya soal makanan, tapi tentang apapun yang aku berikan padanya."

"Hm, mungkin kakak ... Ah, maksud saya nyonya sudah terbiasa dengan hal itu. Nyonya Nayla kan juga dari keluarga kaya dan berkuasa. Pasti semua hal sudah ia miliki. Dan itu sangat berbeda dengan kehidupan saya tuan. Hal kecil yang anda berikan pada saya, itu adalah hal yang sangat berarti bagi saya." Ucap Roselyn, sambil menyentuh tangan Stefan dengan lembut.

Mendengar itu, Stefan membalasnya dengan senyum hangat sambil menepuk puncak kepala Roselyn dengan lembut.

...

Sudah 2 bulan semenjak Roselyn tinggal di kediaman Saverio. Dan kedekatan antara Stefan dan gadis itu juga semakin dekat. Bahkan, saat ini Stefan sudah berani terang-terangan menunjukkan kemesraannya dengan Roselyn. Sehingga, semua orang di kediaman mereka tau, gadis itu bukan lagi hanya dianggap sebagai tamu saja seperti yang selalu di klaim oleh Stefan selama ini.

Namun, walau sudah begitupun. Stefan tak membiarkan siapapun menyebut Roselyn sebagai pelac*r atau simpanan. Stefan mengklaim kalau Roselyn adalah kekasihnya. Mendengar itu, Nayla hanya bisa tertawa hambar. Ia tak menyangka suaminya akan berakhir tergila-gila pada seorang wanita asing yang bahkan tak jelas asal-usulnya.

Tentu saja Nayla merasa marah dan sakit hati atas pengkhianatan serta penghinaan Stefan itu. Tapi, ia berusaha memendam semua itu. Ia berusaha mengacuhkan semuanya karena bagaimanapun ia tahu, kalau pernikahannya dengan Stefan dilandaskan pernikahan politik.

Nayla sudah harus siap menerima itu. Ia berusaha mengabaikan drama perselingkuhan suaminya itu. Asalkan orang di luar kediaman tak ada yang mengetahuinya. Itulah satu-satunya harga diri yang ingin ia pertahankan.

Dan untungnya Stefan juga memiliki pendapat yang sama untuk itu. Ia juga tak sebodoh itu membiarkan publik tau kalau dia sudah berselingkuh dari istrinya. Terlebih Nayla juga memiliki pengaruh yang besar hampir dengan seluruh kolega bisnisnya.

"Haahhh" Nayla menghembuskan nafas panjang sambil memijat pelipisnya. Saat itu ia sedang berada di ruang kerjanya.

Persiapan event akhir tahun yang begitu melelahkan semakin membebaninya saat perselingkuhan suaminya kembali terlintas di benaknya. Semua pelayan di rumahnya pun juga merasa iba pada Nayla. Di saat Nayla bekerja dengan keras demi nama baik keluarga Saverio, sang pemimpin keluarga malah asyik bermain dengan wanita lain.

Nayla tau semua orang tengah mengkhawatirkannya. Jadi, ia terus berusaha menguatkan dirinya. Walaupun terluka, ia tak akan membiarkan dirinya hancur, hanya karena suaminya dalam pernikahan politik ini telah mencintai wanita lain.

...

Nayla baru saja sampai di kamarnya setelah bekerja seharian itu. Ia duduk di kursi santainya sambil memejamkan mata sejenak.

"Anda pasti lelah nyonya. Saya akan memijat bahu anda." Ucap Ana yang sudah mulai memijat lembut bahu majikannya itu. Nayla merasa nyaman dengan itu.

"Terima kasih Ana. Pijatanmu memang yang terbaik." Puji Nayla denga senyuman.

Di saat yang sama ia mendengar suara kertas berjatuhan. Nayla segera membuka matanya dan melihat Lisa yang tak sengaja menjatuhkan beberapa berkas dari dalam map yang ia bawa dari kantor sebelumnya.

"Ah, maafkan saya nyonya. Saya tak sengaja menjatuhkannya." Seru Lisa merasa bersalah.

"Aku tak apa Lisa. Bereskan secara perlahan saja. Kamu harus menenangkan dirimu oke. Aku tak bisa selamanya melindungimu." Kata Nayla mengingatkan.

Belakangan ini Lisa salah satu pelayannya itu memang dalam suasana hati yang buruk. Ia sangat kesal dan terusik dengan keberadaan Roselyn. Baginya wanita itu adalah sampah yang sudah menghancurkan kebahagiaan majikannya.

Tak ada hari yang terlewat bagi Lisa untuk terus melayangkan cacian pada simpanan tuanya itu. Nayla memang tak menegurnya, karena Lisa hanya melakukan itu di depannya. Namun, ia juga khawatir kalau itu dilakukan terus menerus, Lisa sendiri yang akan dalam bahaya. Bagaimanapun, tuan di rumah itu bukan hanya dirinya namun juga sada Stefan.

"Saya hanya tak bisa menahan rasa kesal saya nyonya. Saat anda lelah bekerja seperti ini tuan malah selalu pulang cepat demi bisa makan malam bersama pelac*r itu. Ini semua tak adil nyonya!" Seru Lisa gemetar menahan marah.

"Terima kasih, karena sudah terus mendukungku. Aku tak akan kalah dan hancur dengan mudah. Bagiku sekarang, keberadaan wanita itu juga Stefan sudah seperti tak ada." Ucap Nayla dengan senyuman.

Para pelayan kesayangannya pun juga ikut tersenyum puas melihat betapa tegar dan kuatnya nyonya mereka itu. Mereka semua berjanji akan terus mendukung dan berada di pihak Nayla.

"Dalam kesedihan ini, setidaknya masih ada yang berpihak padaku ..."

.

.

.

Bersambung ...