NovelToon NovelToon
Forget Me Not

Forget Me Not

Status: tamat
Genre:Single Mom / Janda / Romansa / Cintamanis / Tamat
Popularitas:35.7k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Karena sebidang tanah, Emilia harus berurusan dengan pemilik salah satu peternakan terbesar di Oxfordshire, yaitu Hardin Rogers. Dia rela melakukan apa pun, agar ibu mertuanya dapat mempertahankan tanah tersebut dari incaran Hardin.

Hardin yang merupakan pengusaha cerdas, menawarkan kesepakatan kepada Emilia, setelah mengetahui sisi kelam wanita itu. Hardin mengambil kesempatan agar bisa menguasai keadaan.

Kesepakatan seperti apakah yang Hardin tawarkan? Apakah itu akan membuat Emilia luluh dan mengalah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 4 : Pria dari Kota

“Jangan mengada-ada, Bee,” tegur Emilia salah tingkah. “Sebaiknya, kau segera masuk. Cuci tanganmu sampai bersih. Granny sudah membuat jus apel yang sangat enak,” suruhnya, berusaha menutupi malu atas celetukan Blossom.

Sementara itu, Hardin hanya mengulum senyum mendengar ucapan polos Blossom. Dia menyodorkan telapak tangan, membiarkan putri semata wayang Emilia tersebut meletakkan cacing yang diberi nama Stacey. “Akan kujaga dia dengan baik,” ucapnya kalem.

“Carikan Stacey kekasih, Paman,” sahut Blossom, seraya menoleh. Dia tak kuasa melawan, ketika Emilia menuntunnya masuk dengan sedikit memaksa.

Hardin mengangguk samar, meskipun Blossom tak melihatnya karena sudah masuk ke rumah. Sesaat kemudian, sang pemilik Rogers Farm tersebut mengalihkan perhatian pada cacing di telapak tangan. “Baiklah, Stacey. Akan kucarikan kau kekasih,” gumamnya, diiringi embusan napas pelan dan dalam.

Berhubung Emilia sudah masuk dan dirasa tak akan keluar lagi untuk melanjutkan perbincangan, Hardin memutuskan kembali menunggang kuda dan meninggalkan tempat itu. Tak lupa, dia membawa Stacey bersamanya.

“Kau benar-benar keterlaluan, Bee! Kenapa kau mengatakan aku seperti cacing ketika sedang mandi?” Emilia begitu kesal atas celetukan sang putri. Tak ayal, itu membuatnya sangat malu di hadapan Hardin.

“Aku pernah melihatmu bergerak seperti cacing saat sedang mandi, Bu,” ujar Blossom yakin.

“Aku tidak pernah seperti itu,” bantah Emilia. Dia berusaha melindungi harga diri, meskipun raut wajahnya terlihat sangat tidak nyaman, seakan ada sesuatu yang ditutupi.

“Kau pembohong, Bu. Aku masuk ke kamar mandi waktu itu, saat kau berdiri sambil bersandar pada dinding. Kau bergerak seperti Stacey dan ___"

“Hentikan, Bee!” Emilia tak kuasa menahan diri lagi, menanggapi ucapan Blossom.

“Ya, ampun. Ada apa ini?” Meredith yang mendengar kegaduhan antara Emilia dan Blossom, datang menghampiri mereka.

“Aku hanya mengatakan bahwa ibu seperti ___”

“Cepat cuci tanganmu, Bee,” suruh Emilia, segera menyela ucapan Blossom. Dia tak akan membiarkan gadis kecil itu mempermalukannya sekali lagi di depan orang lain. Emilia memberi isyarat dengan mata, menandakan tidak menerima bantahan dari sang putri.

“Ibu menyebalkan!” Blossom cemberut, kemudian berlalu ke dapur. Dia sudah dilatih dan terbiasa melakukan hal-hal sederhana seorang diri.

Setelah hanya berdua dengan Emilia, Meredith kembali bertanya kepada sang menantu. “Kenapa kau berselisih dengan Bee? Apakah dia berbuat nakal atau ….”

“Tidak, Bu.” Emilia menggeleng pelan. “Ini bukan masalah besar. Aku hanya tak suka karena dia berbicara yang tidak-tidak di depan Tuan Rogers ….” Wanita bermata hijau zamrud itu tak melanjutkan kalimatnya karena sadar sudah keceplosan. Emilia kembali salah tingkah.

“Apakah Tuan Rogers datang kemari?” tanya Meredith penuh selidik.

Emilia mengangguk pelan. “Tapi, kurasa dia sudah pergi. Aku meninggalkannya di luar pekarangan.”

Meredith tidak menanggapi. Dia mendekat ke jendela kecil dekat pintu, lalu mengintip ke luar. Sesaat kemudian, wanita paruh baya itu mengalihkan perhatian kepada Emilia. “Sepertinya begitu. Aku tidak melihat ada siapa-siapa di luar.”

Meredith kembali ke hadapan Emilia. Rasa penasaran terpancar jelas dari sorot mata wanita berusia setengah abad lebih tersebut. “Apa lagi yang Tuan Rogers inginkan?” tanyanya.

“Tidak ada hal lain yang pria itu inginkan selain tanah milikmu, Bu. Dia mengajak kita berdiskusi lagi untuk tawar-menawar harga. Tuan Rogers akan membayar tanah ini lebih mahal dari tanah milik warga lain, yang sudah dirinya beli,” terang Emilia, kemudian melihat ke arah dapur karena Blossom belum juga kembali dari mencuci tangan.

Emilia berdecak pelan, lalu memeriksa apa yang sedang anak itu lakukan di dapur. “Astaga! Bee! kenapa kau ini?” Lelah, kesal, bercampur jadi satu. Emilia sedikit meninggikan suara, saat menegur sang putri yang tengah asyik bermain busa menggunakan sabun pencuci piring.

Sementara itu, Hardin tak langsung pulang ke rumah peternakan. Dia lebih dulu memantau lahan yang sudah mulai dikosongkan. Awalnya, Hardin hanya memperhatikan tanpa turun dari kuda, hingga ada seorang wanita yang datang menghampiri dan bicara padanya.

“Apakah Anda sengaja melewatkan rumah para janda?” tanya wanita berambut pirang, dengan nada agak ketus.

“Siapa maksudmu, Nona?” Hardin balik bertanya.

“Siapa lagi kalau bukan Nyonya Meredith Olsen dan menantunya, Emilia. Kulihat, rumah yang mereka tempati masih berdiri kokoh tanpa terganggu.”

“Kami masih bernegosiasi. Lagi pula, itu bukan urusanmu, Nona," ujar Hardin datar.

Wanita berambut pirang yang tak lain adalah Maria, tersenyum sinis menanggapi jawaban Hardin. “Keluargaku tidak menyusahkanmu, Tuan. Seharusnya, Anda memberikan sedikit penghargaan kepada kami.”

“Aku sudah membayar sesuai dengan kesepakatan. Aku juga memberikan batas waktu untuk berkemas. Apa lagi yang kau dan keluargamu inginkan?” Hardin turun dari kuda, meskipun tak ada niat untuk berlama-lama menanggapi perbincangan itu.

“Ibuku membutuhkan pekerjaan. Mungkin, Anda bisa membantunya, Tuan.”

Hardin tidak segera menanggapi. Dia juga tak memfokuskan diri kepada Maria. Perhatian pria 37 tahun tersebut justru tertuju pada beberapa pekerja, yang tengah membersihkan sisa-sisa bangunan.

“Anda tidak mendengarku, Tuan?”

“Apa pekerjaan ibumu sebelumnya?” Kali ini, Hardin mengarahkan perhatian penuh kepada Maria. Wanita berperawakan sedikit lebih kurus dibanding Emilia.

“Ibuku menanam bunga di halaman. Setiap musim panen, ada orang yang mengambil kemari. Setelah tidak tinggal di sini, kami harus memulai dari awal,” terang Maria.

Hardin menggumam pelan. “Baiklah. Akan kupikirkan untuk membuka lowongan pekerjaan bagi para wanita di desa ini. Tapi, tidak sekarang karena masih ada beberapa urusan yang harus kuselesaikan,” pungkasnya. Tak ingin terlibat dalam perbincangan yang lebih jauh, Hardin segera berlalu dari hadapan Maria.

Maria menggeleng samar, lalu berbalik. Wanita itu menaiki sepeda, kemudian pergi dari sana. Ketika melewati jalan setapak di sebelah rumah Meredith, dia berpapasan dengan Emilia yang hendak pergi mengantarkan roti.

“Hai, Millie,” sapa Maria, menghentikan laju sepeda tepat di sebelah Emilia.

“Hai, Maria. Kau dari mana?” Emilia yang sudah bersiap pergi dengan mengendarai sepeda, mengurungkan niatnya.

“Aku baru bicara dengan Tuan Rogers. Namun, pria itu … dia agak sombong.”

Emilia tersenyum kecil. “Begitulah orang kaya. Dia terus mendesak kami agar menjual tanah ini kepadanya. Namun, ibu mertuaku tidak bersedia.”

“Dia langsung membayar setelah ada kata sepakat. Aku rasa, pria itu memang memiliki banyak uang,” bisik Maria. “Tuan Rogers juga sangat tampan dan seksi. Kudengar, dia masih lajang hingga saat ini. Apa menurutmu dia masih perjaka?”

“Astaga, Maria. Bagaimana kau bisa memikirkan hal itu? Aku tidak peduli dengan statusnya. Masa bodoh apakah pria itu masih perjaka atau tidak. Namun, ingatlah satu hal. Tuan Rogers hidup di kota besar sebelum pindah kemari. Dia tampan dan kaya. Jadi, bayangkan saja sendiri.”

1
Nur Yuliastuti
terimakasih cerita apik nya Thor,, sehat sll, dimudahkan sll dan sukses untuk semua karya nya 🤗😍😍
penapianoh: Halo kak baca juga d novel ku 𝙖𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profil ku ya, trmksh🙏
total 3 replies
Nur Yuliastuti
turut berbahagia untuk kalian
Jemiiima__: Halo sahabat pembaca ✨
‎Aku baru merilis cerita terbaru berjudul BUKAN BERONDONG BIASA
‎Semua ini tentang Lucyana yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul cowok muda datang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucy berani jatuh cinta lagi? Kali ini pada seseorang yang jauh lebih muda darinya.
‎Mampir, ya… siapa tahu kamu ikut jatuh hati pada perjalanan mereka.
‎Dukung dengan like ❤️ & komentar 🤗, karena setiap dukunganmu berarti sekali buatku. Terimakasih💕
total 1 replies
Rahmawati
cusss lanjut ke novel baru othor😊
Rahmawati
selamat berbahagia Harding dan Emilia 🥰
Yuyun Yuningsih Yuni
kereeeen ceritanya,, brasa d kehidupan nyata
Vionita Dwi
baguss sekalii
Sheety Saqdiyah
Luar biasa

Semua karya nya sangat nyaman buat dibaca
termakasih atas karyanya..
Evitha Junaedy
waduuuh tamat... karyamu sll luar biasa
Rahmawati
dendam masa lalu yg blm terselesaikan
Evitha Junaedy
jd semua berakar dr dendam masa lalu toh...
Rahmawati
pedes sekali omongan ethan🤣
Nur Yuliastuti
astaga naga nggak tuan nggak ajudan,, ya wis Nda usah diperjelas begitu to yo mass Eth 🤦 mesakne
Alyanceyoumee: Assalamualaikum. Thor permisi, ikut promo ya🙏.

Kaka, Jika ada waktu luang, boleh coba baca karya ku yang berjudul "Parting Smile" ya, siapa tau Kaka suka.
insyaallah seru ko... xixi
di tunggu ya ☺️🙏
total 1 replies
Evitha Junaedy
nah bicara apa it s gene...
Lusy Purnaningtyas
ouch, paman eden.... 😱
Evitha Junaedy
nah it simple Grayson... nah s Gene ni ada mslh apa y m Emilia...
Rahmawati
memang seharusnya begitu Grayson
Evitha Junaedy
emg Ethan gra2 cinta sepihak kamu jd penghianat bwt Hardin dan hampir nyelakain s cantik Bee...
Rahmawati
dasar km penghianatan ethan😡
Rahmawati
keponakan darimana coba, penasaran
Lusy Purnaningtyas
next entah kapan.. 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!