Dalam pusaran dunia mafia yang gelap, Alex, putra mahkota dari klan Moralez, dihadapkan pada ultimatum ayahnya, Marco Moralez, seorang mafia kejam tanpa belas kasihan.
Untuk membuktikan dirinya layak memimpin klan, Alex harus menemukan adiknya yang bertahun-tahun hilang, sebagai syarat.
Namun, di tengah pencarian nya terhadap sang adik, Alex justru bertemu dengan seorang gadis yang menarik perhatiannya, gadis yang mampu menggetarkan hatinya setelah lama mati.
Akankah dia berhasil menemukan adiknya dan memimpin klan ? Dan bagaimanakah kisah cinta akan mengubah arah hidupnya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquarius97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENASARAN
Leon dan Elzatta segera bergegas menuju ruang ICU begitu tiba di rumah sakit tempat ibunya dirawat.
Sesampainya mereka di sana, sudah ada Ibu Elzatta yang duduk dengan sabar, menunggu waktu kunjungan tiba.
Selama hampir satu bulan, beliau dan Elzatta lah yang bergantian mengurus dan mendampingi ibu Leon di rumah sakit, memberikan dukungan dan kasih sayang di tengah perjuangannya melawan penyakit.
Tiga minggu lalu, Ibu Leon masuk rumah sakit dengan kondisi yang masih terkendali, namun dalam sepekan terakhir kondisinya menurun drastis. Beliau kehilangan kesadaran dan harus segera dipindahkan ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan intensif yang menyeluruh.
Untuk itulah, Elzatta meminta Leon segera pulang ke Indonesia.
Leon menghampiri Ibu Elzatta yang akrab ia panggil Ibu Rosie. "Bagaimana kabar mu, ibu?" tanyanya sambil merengkuh tubuh wanita paruh baya itu sekilas. Ibu Rosie tersenyum lembut dan membalas pelukan Leon, "Kau sudah datang nak?"tanyanya, sambil mengusap rahang Leon dengan penuh kasih sayang. "Seperti yang kamu lihat, ibu baik. Lalu bagaimana denganmu?"
"Leon juga baik, Bu."
Ibu Rosie menghela napas berat, "Kamu yang sabar ya, nak," ujarnya, sambil menepuk bahu Leon. "Oh, ya. Kebetulan sebentar lagi waktu kunjungan tiba, segera temui, Bundamu. Dia sudah sangat merindukanmu!" tambahnya dengan nada sedikit menegur. Lalu, beliau kembali berkata dengan ekspresi kesal, "Kau ini anak nakal, beraninya meninggalkan ibumu tinggal di Indonesia sendirian!" Serunya sambil mencubit perut Leon lumayan keras. "Aw, ash ! sakit, Bu!" Leon berteriak, pura-pura merintih sambil tersenyum tipis.
Elzatta tersenyum melihat interaksi hangat antara Leon dan Ibunya, meskipun tak bisa di pungkiri, di balik senyumnya, rasa tercubit menyergap hati. Mengingat betapa jarang dirinya bercanda dan menunjukkan kedekatan dengan ibunya sendiri, kontras dengan keakraban yang terpancar di antara mereka.
Tak lama kemudian, perawat memberi isyarat bahwa waktu kunjungan telah tiba dan mempersilahkan salah satu orang saja yang boleh masuk ke dalam. Leon segera berdiri dan melangkah masuk ke dalam ruang ICU, sementara Ibu Rosie dan Elzatta menanti di luar.
***
Tak terasa dua minggu sudah Leon berada di Indonesia, dan kepulangannya telah membawa perubahan bagi Bunda Almira, ibu kandungnya. Sejak Leon tiba, Bunda Almira mulai sadar dan kondisi kesehatan nya semakin membaik.
Di sisi lain, Alex masih belum menunjukkan tanda-tanda pencariannya terhadap sang adik, dan hal itu membuat Marco semakin geram dan frustrasi.
Akhirnya, dengan terpaksa, Marco datang langsung ke perusahaan Alex.
Marco melangkah keluar dari mobil dengan penuh percaya diri, aura maskulinnya masih sangat kuat meskipun usianya tidak lagi muda. Langkahnya tetap gagah dan penuh wibawa, bahkan banyak wanita ataupun gadis-gadis cantik yang mengaguminya, ada pula yang rela mengantri untuk menjadi sugar baby-nya. Tapi Marco bukanlah tipe pria seperti itu, ia memiliki prinsip dan loyalitas pada keluarga dan kelompoknya.
Sekilas Marco menatap gedung kantor Alex yang menjulang tinggi, meskipun tidak setinggi perusahaan miliknya. Namun, rasa bangga memenuhi dadanya karena perusahaan itu adalah hasil kerja keras dan dedikasi Alex sendiri, putranya yang tangguh.
Alvin yang berjaga di depan ruangan Alex seketika membungkukkan badannya melihat Marco datang, berusaha menyapanya dengan hormat. "Tuan Bes-" belum sempat Alvin menyelesaikan kalimatnya, Marco sudah berlalu dengan langkah tegas, kemudian mendorong pintu ruangan Alex dengan kasar.
Alex yang tengah fokus menatap laptop, mengangkat mata dengan tenang, tatapannya langsung beralih ke Marco yang berdiri di depannya dengan wajah yang terlihat sedang menahan emosi.
Alex berdiri dengan santai sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. "Apakah Daddy tidak bisa mengetuk pintu dulu?" Ucapnya datar, membuat Marco menghela napasnya kasar.
Kemudian Marco berjalan ke arah sofa, ia duduk, dan menarik napas dalam-dalam sambil berusaha menenangkan diri. "Sudah dua minggu, tapi Daddy lihat kau belum bergerak juga mencari adikmu," katanya dengan suara yang dalam mendongak menatap Alex dengan tatapan serius.
Alex mendekat, tetap berdiri dengan ekspresi dingin. "Bagaimana aku mencari tanpa petunjuk yang jelas, Dad ?! Kau tahu sendiri, Indonesia itu luas, aku tidak punya titik awal yang pasti." katanya dengan nada yang menunjukkan rasa frustrasi yang tertahan, ia lalu duduk di hadapan Marco, sorot matanya menajam. "Lagian, kenapa sekarang kau baru mencarinya, hah! Kira-kira adikku berumur berapa sekarang?"tanyanya dengan penuh tekanan.
"Dia hanya berjarak dua tahun saja denganmu."
Alex menghempaskan tubuhnya bersandar ke sofa, lalu memijit pelipisnya. "Selama itu, dan kenapa kau baru mencarinya, hah! Bagaimana kalau dia sudah mati!"serunya dengan penuh emosi.
"Tutup mulutmu, Daddy yakin adikmu masih bertahan di dunia ini!"Ujarnya, tidak terima.
Alex hanya mendengus, menarik sudut bibirnya samar. Tak lama, Marco kembali berucap. "Itu semua karena kakekmu," ucapnya dengan tenang, tapi serius.
Alex langsung bereaksi, "Apa?! Kakek?"
Marco mengangguk, "Ya!"
Tepat di saat itu, ponsel di saku celana Marco bergetar, menganggu ketegangan yang terjadi di antara mereka.
"Aku harus pergi sekarang. Datanglah ke mansion, minta jawaban pada mommy mu," kata Marco setelah menerima telepon, suaranya tegas, dan berlalu begitu saja membuat Alex semakin frustrasi. "What the fuck!" maki nya dengan nada marah.
Marco meninggalkan rasa penasaran yang tinggi di hati Alex, kenyataan bahwa ia mempunyai adik saja belum sepenuhnya bisa ia terima. Dan kini, ia mendengar informasi bahwa hilangnya sang adik kemungkinan ada keterlibatan kakeknya selama ini.
Kira-kira ada apa dengan kakeknya? Sedari kecil, ia mengenal pria tua itu sebagai sosok yang hangat dan penuh kasih pada keluarga nya.
"Apa yang kakek lakukan sehingga daddy baru mencari adikku sekarang?" pikir Alex, rasa penasaran dan kebingungan semakin menguat.
...----------------...