Mafia adalah dunia nya, separuh hidupnya ia habiskan dalam kegelapan dan separuh lainnya dalam bayang-bayang kematian yang selalu mengintai nya. Hingga seorang wanita cantik yang membawa cahaya muncul dan mengubah arah hidup nya, membuatnya mempertanyakan hal-hal apa yang berharga dalam hidupnya.
Mampukah dia mengubah dirinya sendiri, ataukah bayang-bayang masa lalunya akan terus menghantuinya dan membuat wanita cantik itu memilih untuk menjauh darinya?
~ Klan Keluarga Morrigan S2~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 13
Rakhes duduk di mini bar miliknya, ruangan itu hanya dibiarkannya gelap dan hanya seberkas cahaya masuk memantul dari luar jendela melalui jendela jernih yang sengaja tidak ia tutup tirai nya. Rakhes menuangkan wishkey ke dalam gelas, kemudian ia sesap minuman alkohiol itu sedikit demi sedikit.
Dan, tak lama kemudian Han datang lalu menghampiri nya. Han berdiri dibelakang Rakhes dan menyapa nya.
"Tuan.. " sapa Han
Rakhes tak langsung membalas sapaan itu, ia kembali meminum wishkey nya dengan sekali teguk.
BRAAKK!!!
Rakhes meletakkan gelas itu dengan kasar diatas meja bar.
"Han.. " panggil nya tanpa menolehkan kepala nya menatap sang asisten.
"Ya tuan ?". Sahut Han
"Apa tua bangka itu tau jika cucu perempuan satu-satunya berada dimansion ku ?" tanya Rakhes
"Ya tuan, dan saya pikir tidak mungkin tuan Hercu hanya akan tinggal diam jika mengetahui cucu nya berada di sini". Kata Han
Rakhes tersenyum menyeringai, tangannya meraih gelas bekas minuman wishkey itu lalu memutar-mutar bola es yang ada didalam gelas tersebut.
"Aku ingin tau, apa rencana ku ini akan membangkitkan kembali klan mafia Blood Stone yang sudah lama meredup". Rakhes berucap dengan datar
"Tuan, apa anda yakin dengan semua ini ? Maksud saya-"
Rakhes memutar kursi yang ia duduki lalu mendongak menatap Han dengan dingin.
"Apa kau tengah meragukan ku Han ? Berapa lama kau bekerja sebagai asisten ku ? Apa pernah selama ini rencana ku meleset gagal ?", cecar nya tak terima jika kemampuannya diragukan seperti itu. Apalagi yang meragukan adalah asistennya sendiri.
"Tidak tuan, maaf ". Sahut Han dengan cepat dan tak ingin lagi mendebat.
"Kau tau bukan Han jika aku paling membenci orang yang merendahkan kemampuan ku. Dan, kau justru melakukannya. Apa kau sudah bosan hidup Han?". Kata Rakhes seraya menatap Han dengan tajam
Han menundukkan kepalanya, "Maaf tuan ".
"Ck!". Rakhes berdecak kesal. "Sekali lagi kau melakukannya, bukan pekerjaan yang menjadi taruhannya tapi nyawa mu Han".
"Maaf tuan". Ucap Han sekali lagi
Kemudian, Rakhes beranjak dari duduknya dan hendak turun dari kursi bar. Namun, tubuhnya kehilangan keseimbangan dan membuat nya hampir jatuh limbung. Tapi, dengan sigap Han langsung menahannya.
"Hati-hati tuan".
"Ck! Kaki sialan. Merepotkan ku saja". Maki Rakhes pada dirinya sendiri
Betis kiri nya yang dipasangi gips membuatnya sedikit kesusahan untuk melakukan aktivitas. Bahkan, untuk sementara waktu ia juga tidak bisa pergi ke kantor dan ke markas.
"Antarkan aku ke kamar" pinta nya
Han mengangguk, "Baik tuan.. Mari"
Han memapah Rakhes mengantarkan pria itu menuju kamar nya yang terletak dilantai 3. Mansion Rakhes terdiri dari 4 lantai. Lantai paling atas digunakan sebagai rooftop dan tempat helipad, lantai 3 digunakan sebagai kamar pribadi nya, ruang kerja, ruang gym dan juga kamar yang ditempati oleh dokter Jelita. Sedangkan lantai 2 dipergunakan untuk ruang tamu, keluarga, dapur dan kamar Han juga ada beberapa kamar kosong lainnya yang biasa dipakai saat keempat keponakannya itu datang menginap dimansionnya. Dan, dilantai 1 yaitu ruang bawah tanah. Ruangan itu dipergunakan Rakhes sebagai penjara bawah tanah dan tempat penyimpanan senjata-senjata nya.
.
.
Waktu menunjukkan pukul 4 pagi dini hari, seperti biasa dokter Sephira sudah bangun untuk melakukan ibadah. Sebenarnya ia sudah terlambat bangun dan semalam ia melewatkan jam untuk ibadah malam. Itu dikarenakan ia tidak bisa tidur lebih awal, banyak hal yang dia pikirkan.
Setelah menyelesaikan ibadah, dokter Sephira memilih untuk keluar dari kamar dan berjalan-jalan pagi disekitaran mansion.
"Nona, Jelita anda mau kemana ?", salah seorang penjaga menyapa nya dan bertanya
Dokter Sephira berbalik badan menatap penjaga itu, "Aku hanya ingin berjalan-jalan sebentar disekitar mansion". Jawabnya
"Baiklah, saya akan mengawal anda" kata penjaga itu
Dokter Sephira menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak perlu. Aku hanya akan berkeliling mansion bukan kabur". Sahutnya seolah tau apa yang dipikirkan oleh penjaga itu.
"Baiklah, saya percaya pada anda nona Jelita. Tapi, ingat disetiap sudut mansion ada banyak anak buah tuan Rakhes yang berjaga". Ucap Penjaga itu memperingati
"Ya ya ya aku paham". Setelah itu, dokter Sephira berbalik badan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan penjaga itu.
Kaki jenjang nya terus berjalan mengitari sekitar area luar mansion, samapi ia tidak sadar jika langkah kakinya itu sudah membawa nya jauh dari area mansion dan melewati gerbang yang berada dibelakang pavillium tempat para maid dan anak buah Rakhes beristirahat.
Dokter Sephira menghentikan langkah kakinya, kepalanya mendongak menatap pohon-pohon yang menjulang tinggi dan rimbun.
"Tempat apa ini ?", lirih dokter Sephira bermonolog sendiri saat melihat pohon-pohon yang menjulang itu seperti hendak masuk kedalam hutan.
Dengan diselimuti rasa penasaran, Dokter Sephira memandang ke sekeliling nya, menikmati keindahan alam yang masih asli. Pohon-pohon yang menjulang tinggi dan tetesan embun pagi yang masih menempel didaun-daunnya, menciptakan suasana yang tenang dan damai, ditambah suara kicauan burung-burung yang bertengger didahan-dahan pohon seperti sebuah simfoni alam yang indah.
Tanpa sadar kaki jenjang nya melangkah semakin masuk kedalam hutan tersebut. Namun, tiba-tiba kabut tebal mulai turun, mengelilingi nya dan suasana nya berubah mencekam. Dokter Sephira berhenti berjalan, tiba-tiba merasa ketakutan.
"Lebih baik aku kembali ke mansion", gumam nya pelan
Kemudian, Dokter Sephira berbalik badan dan hendak melangkahkan kakinya keluar dari dalam hutan tersebut. Tapi, tiba-tiba ia mendengar suara geraman yang menakutkan, suara yang terdengar seperti datang dari dalam kabut itu sendiri. Suara itu membuat bulu kuduknya seketika berdiri.
.
.
Kamar Rakhes..
Lelaki itu sudah bangun dan duduk bersandar pada headboard ranjang sambil memangku laptop, dan jangan lupa Han yang sudah berdiri disamping nya juga menggenggam tablet mengecek semua email masuk.
"Han, apa dia sudah bangun?" tanya Rakhes tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop
Han mengangguk, "sudah tuan, penjaga bilang jika nona Jelita tengah berjalan-jalan disekitar mansion".
Mendengar itu, Rakhes berdehem seraya mengangguk-anggukkan kepala nya paham dan kembali fokus pada pekerjaannya.
Tak berselang lama, pintu kamar nya diketuk dari arah luar.
Tok..
Tok..
Tok..
"Masuk!".
Ceklek!
"Tuan.. " sapa Sero pada Rakhes dan Han
"Ada apa ?", tanya Rakhes tanpa menoleh menatap Sero
Sero terdiam seolah ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu pada Rakhes. Melihat anak buah nya itu tak kunjung bersuara Rakhes menoleh menatap nya dengan mata yang tajam. Begitu juga dengan Han, ia juga mengalihkan pandangannya menatap kearah Sero.
"Apa kau sekarang berubah bisu Ro?" kata Rakhes
"Maaf tuan, tapi saya-"
"Katakan dengan jelas!", sentak Rakhes dengan tidak sabaran
"Anu tuan.. Nona Jelita menghilang". Ucap Sero lirih namun masih bisa didengar
"Apa ??"
.
.
.
Haii, jangan lupa tinggalkan jejak like, vote dan komen. Jangan lupa subscribe agar gak ketinggalan update.an nya, makasih 🙏🏻🥰
ini pasti ada kaitanya dgn jerry
dobel up
bagaimana nantinya tentang Rainer semua dia tau
keluarga adalah kelemahanya
Kan harus di jadikan saksi
yg dgn sengaja membuat rem blong tersebut