NovelToon NovelToon
Rahim Bayaran

Rahim Bayaran

Status: tamat
Genre:Romantis / Contest / Cintapertama / Nikahkontrak / Cintamanis / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Tamat
Popularitas:114.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Sept

Hanya karena uang, Dira menjual rahimnya. Pada seorang pria berhati dingin yang usianya dua kali lipat usia Dira.
Kepada Agam Salim Wijaya lah Dira menjual rahim miliknya.
Melahirkan anak untuk pria tersebut, begitu anak itu lahir. Dira harus menghilang dan meninggalkan semuanya.
Hanya uang di tangan, tanpa anak tanpa pria yang ia cintai karena terbiasa.

Follow IG Sept ya
Sept_September2020

Facebook
Sept September

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sengatan Listrik

Di sebuah lobby rumah sakit, nampak dua orang sedang duduk dalam suasana penuh keheningan. Dua insan itu tidak saling bicara, sama-sama diam tanpa kata. Pasca pelukan tiba-tiba yang dilakukan Agam, membuat keduanya jadi canggung. Terutama Dira, ia tak menyangka pria dingin itu tiba-tiba memeluk dirinya.

"Di luar sedang gerimis, kamu di sini saja." Suara Agam memecah kebisuan yang sempat tercipta di lobby rumah sakit yang sepi karena sudah tengah malam. Hanya ada satu dua orang perawat yang lalu lalang karena sedang tugas jaga malam.

"Iya," jawab gadis itu dengan pelan. Masalahnya otak Dira masih belum bisa mencerna kejadian barusan. Ia masih shock atas pelukan dari Agam tersebut. Apa artinya itu semua? Apa Agam menyukai dirinya? Ah jangan GR Dira! Lalu mengapa dia memeluk tiba-tiba, mungkin Agam hanya butuh pelarian atas rasa sedih karena kondisi Agata. Dira terus berjibaku dengan pikirannya.

"Ayo masuk ke dalam, di sini cukup dingin!"

Ajakan itu membuat Dira bangkit dari duduknya. Mereka berdua pun berjalan melewati koridor rumah sakit. Saat sudah sampai di depan kamar Agata, keduanya lantas masuk ke ruang di mana Agata dirawat.

Begitu masuk, mata mereka langsung tertuju pada sosok wanita yang sedang dirawat di kamar serba putih dengan tirai biru tersebut.

Agata masih belum sadarkan diri, infus dan selang oksigen sudah terpasang di tubuhnya yang lemah itu.

"Kalian belum saling kenal, kan? Lihat ... dia istriku. Kami sudah menikah cukup lama, tapi Tuhan sepertinya tidak bermurah hati pada pernikahan kami. Kamu tahu apa maksud saya, kan?"

Dira hanya mengantupkan bibirnya, lalu mengangguk pelan.

"Bagi saya, Agata adalah wanita satu-satunya dalam hidup saya, meski tak bisa melahirkan seorang anak."

Deg, jantungnya seperti berhenti sejenak. Mata Dira kembali terasa perih, ungkapan cinta Agam pada Agata membuat ia ingin menangis saat itu juga, bagaimana pun juga ia tetaplah seorang wanita. Ada cemburu dan rasa iri yang memaksa masuk dalam hati gadis tersebut.

Agam benar-benar membuat jantungnya seperti naik rollercoaster. Setelah dipeluk, kini ia merasa dihempas. Untuk apa Agam mengatakan bahwa Agata adalah cinta satu-satunya? Untuk apa? Dira hanya bisa bermuram durja dalam diam.

"Kami menikah karena saling mencintai Dira, bagi saya ... masalah anak itu bukan hal paling krusial. Tapi tidak bagi wanita ini." Agam menatap Agata dengan dalam.

Pria yang kini berwajah sendu itu pun melanjutkan kata-katanya. Sembari memejamkan mata sebentar, seolah mencari kata yang pas untuk mengambarkan bagaiamana perasaan saat ini.

"Dia begitu ingin anak, bahkan rela suaminya menanam benih di rahim wanita lain. Dia wanita paling bodoh, bukan?" tanya pria itu dengan mata yang sudah mengembun.

Baru kali ini Dira melihat suaminya hampir menangis, mungkin ia akan bahagia kalau yang jadi alasan Agam menangis adalah dirinya. Sayang, bertubi-tubi Dira harus menelan pil pahit. Agam bukan miliknya, hati dan jiwa itu sepenuhnya hanya milik Agata. Kini, hati yang semula sempat mengembang itu pun kembali menciut. Kembang kempis karena kata-kata yang Agam ucapkan.

"Mbak Agata tidak bodoh. Dia hanya ingin memiliki anak dari Mas Agam." Akhirnya Dira mulai bicara.

"Kamu salah Dira, Agata ... wanita cerdas itu mendadak bodoh karena obsesinya. Mana ada seorang istri, meminta suaminya tidur dengan wanita lain? Di mana akal sehatnya. Bukankah ini hal paling bodoh, Dira?" Agam menghela napas panjang. Kemudian melanjutkan kata-katanya kembali.

"Kalau sudah begini, harus bagaimana?"

Kini Dira yang nampak berpikir, sebenarnya apa maksud pembicaraan ini semua. Apa otaknya yang terlalu dangkal? Hingga tak bisa mencerna tiap kalimat yang suaminya ucapkan.

"Maksud Mas Agam bagaimana?"

Agam berjalan menjauhi ranjang Agata, kini ia memilih duduk di sofa yang ada di kamar tersebut. Sofa mini warna maroon tanpa motif apapun.

"Duduklah!" titahnya pada Dira ketika ia menyadarkan tubuhnya.

Dira pun mengikuti instruksi dari pria tersebut, kini ia duduk di sebelah Agam.

"Dira ... bila kondisi Agata berangsur membaik, Dokter akan melakukan operasi. Dan kemungkinan besar ... rahim Agata akan diangkat untuk menghalangi kanker itu menyebar ke bagian organ yang lain!"

Meski terlihat tenang, namun dari suaranya yang terdengar berat. Jelas itu adalah ujian terberat bagi pernikahan mereka. Bila mereka masih bisa berharap akan kemurahan Tuhan lewat usaha dan doa, lalu bagaimana kedepannya? Ketika rahim diambil dari tubuh Agata, kesempatan memiliki anak pupus sudah.

Mendengar semua keluh kesah Agam malam ini, membuat Dira tambah sesak. Antara cemburu namun juga iba melihat Agata, sama-sama perempuan. Bagaimana nasib istri pertama suaminya itu, bila harus hidup tanpa rahim di dalam tubuhnya?

"Saya hanya ingin melihatnya tersenyum bahagia seperti awal pernikahan kami. Makanya saya setuju menikah lagi, kamu tahu Dira? Mengapa saya pilih kamu?"

Dira mengeleng pelan, kini ia akan menjadi pendengar sejati. Mendengar semua keluh kesah pria dingin yang biasanya hanya bisa membentak saja.

Agam malam ini terlihat lain, pria yang biasanya tegas dan menjaga wibawanya itu. Malam ini memilih mengeluarkan unek-unek dalam hatinya selama ini pada Dira. Mungkin Agam butuh tempat, tempat saling bicara dari hati ke hati.

Namun, dari pada saling bicara, ini sedari tadi banyak Agam yang terus bercerita. Dira hanya jadi pendengar. Seorang pendengar yang menampung keluh kesah suaminya yang sedang dilanda gegana, gelisah galau merana.

"Saya pikir tidak akan sulit berurusan dengan gadis sepertimu, apalagi ... Maaf. Maaf untuk pradugaku sebelumnya. Saya pikir kamu tidak jauh beda dengan ibumu."

Jleb, Dira merasa tidak nyaman sekali mendengar kata-kata Agam.

"Apa ... karena ibuku seorang ... wanita ... penghibur?" tanya Dira dengan terbata, kata-katanya terputus karena kenyataan bahwa ibunya hidup di lumpur yang hina.

"Maaf Dira, saya hanya mengira kamu sama seperti ibumu. Wanita yang suka menjual tubuhnya hanya untuk uang."

Agam melirik Dira sekilas, dilihatnya gadis itu sudah mengusap kedua pipinya.

"Jangan menangis! Kamu perlu tahu semuanya. Cerita saya belum selesai!" cibir Agam yang tak suka melihat Dira malah menangis.

"Malam itu, saya benar-benar terkejut. Tahu begitu, mana bisa saya hanya menuntut anak dan menyuruhmu pergi dan hilang dari kehidupan kami?"

Dira mulai mengangkat wajahnya, kini ia menatap ke arah Agam. Malam itu? Malam apa maksud Agam?

"Saya tidak menduga, kalau kamu ternyata masih perawan," tutur Agam ketika melihat Dira menatapnya, seolah gadis itu bertanya. Malam apa yang ia maksud.

"Ah ... itu." Dira memalingkan wajahnya kembali, tidak tahan bertatap mata cukup lama dengan Agam.

"Ah ... itu? Apa maksudnya dengan ah itu?" Agam memincingkan mata, tidak terima reaksi Dira yang super biasa. Sedangkan hatinya saja sudah merasa tak enak, tak menentu dan tak karuan.

Dira hanya tersenyum miris, lalu mau bilang apa? Wadidaw?

"Lalu Mas Agam mau Dira bagaimana? Ketika Dira menyetujui perjanjian yang Mas buat, Dira sudah tak memiliki kuasa. Bahkan hati Dira pun sudah Dira tahan." Dengan suara bergetar Dira menyentuh dadanya yang terasa sakit. Memendam rasa karena terbiasa nyatanya hanya menyisahkan sesak di dada.

"Siapa yang suruh kamu menahannya?" ucap Agam yang tidak mau kalah.

"Dira sadar, Dira siapa!" Dira mulai meluapkan emosinya.

"Jangan berkecil hati, kenyataan bahwa kamu sudah berhasil masuk dalam hidup saya. Itu adalah pencapaian terbesar," ucapnya miris disertai rasa bangga.

Dira yang semula sedih, kini jadi kesal. Setelah mendengar ungkapan Agam.

"Hey! Kenapa menatap seperti itu?" protes Agam yang tak suka cara Dira melihatnya. Seolah pandangan mencela. Meremehkan.

"Lalu bagaimana Dira harus menatap?" celetuk Dira yang sudah mulai biasa bicara santai setelah obrolan panjang lebar mereka.

"Seperti biasanya, tatapan seperti biasa." Agam menelan salivanya saat manik mata Dira terus menatap ke arahnya.

"Bagaimana aku tak jatuh hati pada gadis polos ini?" gumamnya dalam hati.

"Sudah ... sudah, jangan menatapku lagi!" ujar Agam yang tidak nyaman dengan manik mata berkilau itu. Membuatnya berdesir saja.

Dira hanya bisa mengerucutkan bibir, Agam ini manusia aneh. Kadang terlihat seperti manusia, kadang seperti bongkahan es. Kadang juga seperti manusia berhati baja. Ah, sudahlah. Tidak ingin meladeni Agam, Dira pun kembali bersandar di sandaran sofa.

Malam panjang, malam yang melelahkan. Perasaan yang tak menentu, baik perasaannya maupun perasaan Agam pada dirinya.

Lelah badan dan jiwa, Dira memilih mencoba memejamkan mata saja. Toh Agam sudah tak bicara lagi.

"Tidur di sini!"

Dira langsung membuka mata yang memang hanya terpejam tapi ia belum tidur.

Dilihatnya Agam menepuk pangkuannya.

"Ah tidak, Dira begini saja."

"Saya tidak mau mendengar kata penolakan, Dira."

Dengan pandangan tidak suka, Dira merambat dari ujung sofa ke ujung lainnya. Ke tempat di mana Agam berada.

Awalnya ia sangat ragu-ragu tidur di pangkuan pria itu, akan tetapi Agam langsung menariknya. Membuat ia langsung tidak berkutik.

"Tidurlah, kamu pasti lelah."

"Bagaimana bisa tidur kalau posisi seperti ini?" batin Dira yang jantungnya sudah berdebar tak karuan.

Agam sendirian tidak peduli, ia malah mengusap kepala yang kini berada dalam pangkuannya itu. Ia tak tahu, sekali usap bagai sengatan listrik pada tubuh si gadis.

Bersambung

1
Azzara Nur Ramadani
Luar biasa
aryuu
makan tuh Dira... bloon banget nih sidira... mati ajalah lu dir sebel gwe
aryuu
mungkinkah ceboll🤔
piwka
💙
Cici_sleman
dilihat dr judulnya aj dh ketebak lagunya bunda 😅
Cici_sleman
lg umbah2 kr isah2
Cici_sleman
gundul mu dewe🤣
sakura
...
arzanka aja
Luar biasa
arzanka aja
Biasa
Meri
gk pernah nikah LG si Dira ni
i
Meri
ninja Hatori 😂😂😂
Meri
Agata pulang atw Denis yg liat
Meri
Agata
Meri
hai KK sept👋👋👋sy mampir LG di karya KK😊sy mulai dr cerita Agam,nnt lanjut yg lain
Sept September: maksih banyak kak
total 1 replies
Ita Rostanti
Luar biasa
the real ersyana
keluarga muka topeng🥴
the real ersyana
itu kn mau kamu agata, kenapa marah
Cici_sleman: maunya agata, agam cetak ank tnp hatinya , tp salh agam dia pake bumbu cinta dan sayang wktu bkin adonan
total 1 replies
Sri Yani
Luar biasa
Erna Yunita
Gundulmu..... ngomong asal njeplak ae
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!