Felisha Rumi adalah seorang siswi SMA yang mendapatkan gelar ratu sekolah. Kecantikan yang kekayaan yang ia miliki sangat menunjang hidupnya menjadi yang paling dipuja. Namun sayang, Felisha merasa cinta dan kasih sayang yang ia dapatkan dari kekasih dan teman-temannya adalah kepalsuan. Mereka hanya memandang kecantikan dan uangnya saja. Hingga suatu hari, sebuah insiden terjadi yang membuat hidup Felisha berakhir dengan kematian yang tragis.
Namun, sebuah keajaiban datang di ambang kematiannya. Ia tiba-tiba terikat dengan sebuah sistem yang dapat membuatnya memiliki kesempatan hidup kedua dengan cara masuk ke dalam dunia novel yang ia baca baru beberapa bab saja. Dirinya tiba-tiba terbangun di tubuh seorang tokoh antagonis bernama Felyasha Arumi yang sering mendapatkan hinaan karena bobotnya yang gendut, kulit yang tak bersih, dan wajah yang banyak jerawat. Terlebih ... dirinya adalah antagonis paling tak tahu diri di novel itu.
Bagaimanakah Felisha menjalankan hidup barunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monacim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. TEMAN BARU
Melly mendekati Felya saat upacara telah dibubarkan. Teman akrabnya Citra itu tersenyum ramah sambil berjalan di samping Felya. Tentu sebagai orang yang ingin dicap baik, Felya membalas senyuman itu.
"Fel, gimana produk kecantikan yang mau lo rekomendasiin? Lo bilang belinya di luar negeri, ya? Tapi pas gue cari internet kok nggak ada?"
"Ya jelas nggak ada sih. Soalnya limited edition. Jangan tanya gimana gue dapetinnya. Itu rahasia. Tapi gue bawa sedikit kok buat lo coba," ujar Felya.
Melly senang bukan main. "Serius lo, Fel? Mana? Please gue butuh banget. Lo liat jerawat di hidung gue ini, kan? Ini tuh bakal lama hilangnya. Acara pentas sekolah tinggal seminggu lagi padahal. Gue kan malu tampil nyanyi jerawatan gini."
"Kita ke toilet!" Felya menarik tangan Melly agar segera mengikutinya menuju toilet sekolah.
Bertepatan saat mereka ingin masuk ke dalam toilet, Citra keluar dari toilet bersama Rani. Citra cukup terkejut melihat temannya kini bersama Felya. Bahkan Felya memegangi lengan temannya.
"Hai, Cit, Ran," sapa Melly.
"Hai, Mel," sahut Citra ragu.
"Kamu ngapain ke toilet bareng Felya, Mel?" tanya Rani seraya melirik Felya.
Felya berdecih mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan yang sudah jelas menyinggung perasaannya. Namun, Felya ingin mendengar jawaban dari Melly langsung. Oleh sebab itu ia memilih diam saja.
"Ya gapapa. Gue emang ada urusan aja sama dia. Kalian duluan aja ke kelas," sahut Melly tersenyum.
Mendapat pertanyaan itu tak membuat Rani dan Citra terlihat percaya. Mereka menatap waswas pada Felya. Siapa yang tak menaruh rasa curiga pada antagonis sekolah macam Felya? Mereka hanya tak tahu bahwa yang ada di hadapan mereka bukan Felya yang asli.
"Nggak usah natap gue curiga gitu. Gue nggak bakal apa-apain temen kalian kok. Jangan su'udzon. Banyakin belajar agama makanya," sindir Felya seraya melangkah masuk ke dalam toilet lebih dulu.
"Gue masuk dulu, ya. Bye!" Melly pun ikut masuk ke dalam toilet.
Citra mengintip dari luar. Felya dan Melly tampak mengobrol di depan wastafel sambil melakukan sesuatu. Seperti berbagi cream kecantikan. Mereka tak melakukan sesuatu yang mencurigakan.
"Gimana, Cit? Mereka ngapain? Jangan sampai Melly diapa-apain sama Felya kayak waktu itu. Kamu kan pernah dikunci di dalam toilet waktu itu," ujar Rani.
"Kayaknya mereka nggak berantem atau gimana deh. Mereka cuma berbagi produk kecantikan aja. Melly kan pernah nanyak ke Felya soal itu waktu di tempat camping," sahut Citra lesu. Ia berjalan dengan gontai meninggalkan toilet.
"Tapi, Fel ... kita nggak tau apa yang dilakuin Felya pas kita nggak ada. Tadi kan dia tahu ada kita, jadi dia nggak berani macam-macam. Pas nggak ada kita bisa jadi dia--"
"Nggak berani gimana, Ran? Dia bahkan dulu nggak segan mau ngebully atau nyiksa kita. Jadi nggak mungkin dia takut kita, Ran," ujar Citra memotong pembicaraan Rani. "Tapi aku malah nggak takut Melly diapa-apain. Cuma rada kurang suka saja liat Melly temenan sama Felya. Cemburu sama temen kan wajar, ya?"
Rani mengangguk setuju. "Iya juga sih, Cit. Aku juga pernah cemburu liat temen asik sama teman yang lain. Apalagi aku nggak diajak. Gimana kalau setelah ini Melly temenan sama Felya? Aku sih ogah temenan sama Felya. Kamu juga, kan?"
Citra menggeleng lemah. "Aku nggak tau, Ran. Di satu sisi Felya itu saudari tiri aku. Tapi rasanya ... entah mengapa ya, aku ngerasa dia punya potensi rebut yang aku punya dan aku suka. Aku kepikiran terus soal ini."
"Nah, betul tuh. Aku juga ngerasa gitu. Dia pasti mau ngerebut Sendrio dengan cara yang halus deh. Kan dia pernah deketin Sendrio dengan cara lirik dan brutal, tapi nggak diladenin sama Sendrio. Tapi sekarang?"
Belum selesai perkataan Rani, sosok yang ia bicarakan tiba-tiba mendekati mereka dengan cara berlari. Sendrio kita ada di hadapan mereka dengan napas yang sedikit tak teratur.
"Eh, kalian liat Felya, nggak? Nyari ke sana ke mari nggak ada. Kali aja kalian liat," tanya Sendrio.
Rani melongo mendengar pertanyaan Sendrio yang mencari keberadaan Felya. Ia melirik ke arah Citra dengan cemas. Tampak Citra terlihat kecewa wajahnya.
"Ngapain kamu nyari Felya, Sen?" tanya Citra.
"Oh, ini ... peserta teater tuh ada yang masuk rumah sakit. Kemungkinan bakal batal ikut tampil karena nggak bisa ikut latihan. Jadi tadi osis sudah diskusi buat ganti peserta," ujar Sendrio menjelaskan.
Rani langsung memegangi lengan temannya dengan semangat. "Citra kan bisa, Sen? Dia nggak ada ikutan penampilan apa-apa kok. Jadi kalau emang kurang pemain, Citra bisa gantiin."
Sendrio malah menggeleng. "Oh, enggak, Ran. Ini tuh karakter antagonis yang dicari. Kalau Citra kan nggak cocok jadi antagonis. Felya kalian tahu sendirilah karakter dia tuh cocok banget."
Citra tersenyum tipis mendengarnya. Ia sempat berpikir Sendrio memilih Felya karena dia suka, ternyata karena Felya cocok jadi antagonis. Maka dengan kata lain Sendrio sedang memujinya, bahwa dirinya tak cocok menjadi orang jahat.
"Felya tadi di toilet, Sen. Dia sama Melly. Samperin aja, nanti juga mereka keluar dari sana," ucap Citra.
"Oh, di toilet ternyata. Pantes nggak keliahan. Oke, makasih ya, Cit. Aku nyamperin dia dulu," ucap Sendrio menepuk pelan bahu Citra sebelum berlari.
Rani menatap sebal ke arah Sendrio, lalu menoleh pada Citra yang senyum-senyum sendiri. Rani jadi heran melihatnya. "Kok kamu jadi seneng gitu, Cit? Sendrio nyari Felya, lho. Terus dia juga nggak mau milih kamu tuh tadi."
"Emang kamu nggak denger apa kata dia tadi? Yang dicari karakter antagonis. Nggak cocok sama aku. Dan yang cocok dengan karakter itu cuma Felya. Secara nggak langsung dia itu muji aku dong. Aku nggak cocok dengan karakter jahat, aku lebih cocok dengan karakter baik karena aku baik di mata dia, Ran. Sedangkan Felya? Dia nganggap Felya cocok dengan karakter jahat yang berarti dia pandang Felya ya kayak gitu," tutur Citra menjelaskan. Barulah Rani paham sambil menganggukkan kepalanya.
"Bener juga ya, Cit. Kok aku nggak kepikiran ke situ, ya?" Rani merasa konyol pada dirinya sendir.
"Ya itu karena kamu aslinya cemburuan banget. Jadi kesimpulannya bakal kayak gitu," sahut Citra seraya melanjutkan langkahnya.
"Eh, aku nggak cemburuan ya!"
Sementara itu, di toilet Melly kegirangan melihat jerawatnya memudar dalam hitungan detik setelah memakai cream ajaib dari Felya. Cewek itu melompat-lompat di depan cermin.
"Yeaayyyy! Fel, jerawat gue beneran hilang. Emang bisa secepat itu, ya? Gokil banget nih produk!"
Felya tersenyum bangga. "Yaiyalah. Ini tuh bakal jadi produk kecantikan yang super banget nanti kalo udah launching. Tapi nggak tau deh kapan bakal keluarnya. Harganya juga bakal mahal banget pasti."
"Pasti. Eh, btw, thank you ya udah mau kasih gue cream andalan lo. Jerawat membandel ini jadi ilang deh."
"Yoi. Dah ah, gue mau ke kelas nih," ujar Felya sambil membenahi rambutnya.
"Fel, sorry buat salah gue ke elo selama ini. Walau lo nggak ada ganggu gue, tapi gue sempat benci karena lo dulu ganggu Citra. Tapi sekarang udah enggak. Jadi ... lo mau nggak temenan sama gue? Kita hang out malam ini kalau lo mau. Gimana?"
Felya berpikir sejenak. 'Oke juga sih kalau gue punya temen akrab. Melly ini mirip sama Novi teman akrab gue di dunia sebelumnya. Makanya gue langsung bisa akrab sama dia. Nggak ada salahnya sih gue temenan lagi sama orang yang mirip Novi.' batinnya.
"Oke. Kita temenan!" Felya mengulurkan tangannya. Maka Melly langsung menyambutnya dengan antusias. "Bestie!"