Ada yang kayak mereka nggak sih? Jodoh lewat chat? Ya ampyuun CHAT?? Iya ho'oh! Mereka nggak pernah ketemu, cuma bertukar kabar melalui pesan ketikan, nggak ada pidio kol (video call). Cuma deretan huruf tapi membuat hidup mereka semprawut!
Giliran ketemu secara nggak sengaja di dunia nyata, mereka malah kayak musuh bebuyutan! Pas kembali ke aplikasi, weeeh sayang sayangan lagi.
Di sini yang koplak siapa sebenarnya? Lintang nya? Bang Baga? atau.... Yang nulis cerita??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Downgrade hubungan
Pagi harinya Lintang nggak langsung ke kantor, dia arahkan mobilnya menuju rumah sakit. Menjenguk Baga adalah tujuan utama hari ini. Dia sengaja minta bibi chef di rumahnya untuk buatin tiga macam bubur untuk diantar pada Baga. Bubur ayam, bubur sumsum, bubur cangjo. Jangan tanya gimana repotnya para bibi chef di dapur sejak pagi buta, mereka seperti kerja ikut kompeni aja. Harus ada, harus bisa, nggak ada alasan menolak perintah nona muda mereka.
Dan well, meski grudak-gruduk para bibi chef bisa menyelesaikan tugas dari nona majikan. Bernafas lega lah mereka karena nona mereka nggak komplain apa-apa. Lagian ngapain nggak beli aja sih si Lintang ini, heran deh?!
Lima belas menit berkendara, Lintang sampai rumah sakit dengan selamat sentosa. Dia langsung menuju ruang rawat inap Baga berada. Nggak perlu touch up atau membetulkan kembali penampilannya, karena dia merasa udah perfect bin sempurna di depan siapa saja yang melihatnya. Ya nggak nice coba, Lintang sekarang memakai kemeja putih dengan lengan 3/4 model puff dan kerah lebar serta memiliki detail kancing depan. Dipadukan dengan celana panjang hitam high waisted model palazzo. Sebagai penutup ada sepatu sneakers putih yang menjadi pelindung kakinya. Makin merajalela aja pesona anaknya pak Den ini.
Pintu dibuka, Lintang bisa melihat Baga masih berbaring menatap ke arah jendela kaca. Dia sendirian di sana. Mungkin orang tuanya sudah pulang, atau belum datang membesuknya kembali.. Entahlah Lintang nggak tahu. Bunyi langkah Lintang langsung mengambil atensi Baga untuk berpaling ke arah gadis yang berjalan ke arahnya tanpa senyum.
"Ai bawain you sarapan." to the point sekali dia.
"Makasih, Star." Baga mode males ngomong ternyata.
Lintang letakkan beraneka bubur dalam rantang yang terbungkus rapi sama taplak-taplaknya di atas meja. Dia langsung duduk di samping ranjang Baga tanpa sungkan. Tanpa rasa malu, atau grogi sama sekali. Woles banget dia ini.
"You ganti baju? Siapa yang gantiin?" pertanyaan itu membuat Baga menarik satu alisnya ke atas.
"Aku cuma demam, Star. Bukan pasien koma atau lagi sekarat."
Lintang manggut-manggut. Kok ya tiba-tiba banget nanya tentang siapa yang gantiin Baga pakaian itu ya kenapa?
"Kenapa you jadi pendiam? You marah sama ai?"
"Enggak. Marah kenapa? Aku cuma bingung mau ngomong apa sama kamu."
"Kalau pesing mau ngomong apa, gimana kalau you makam aja."
Baga tersenyum. Dia paham maksud ucapan Lintang itu apa, tapi tetap saja kalimat amburadul itu terdengar lucu baginya. Tangan Baga terulur untuk menyentuh jemari lentik Lintang, Lintang hanya melihatnya saja. Nggak berusaha menggeser tangannya atau menyingkirkan tangan Baga,
"Kamu masih marah sama aku?" sorot mata Baga menatap dengan penuh perasaan pada Lintang.
"Enggak. But, ai belum terbiasa sama penampakan you di real." keduanya saling pandang, juga saling menggenggam. Salah, hanya Baga yang memegang tangan Lintang, sedangkan gadis itu tidak menarik atau melarang tangannya diucel-ucel kayak gitu.
"Nggak masalah, aku bisa bikin kamu terbiasa dengan kehadiran ku di real. Siap dibucinin secara ugal-ugalan sama pacar online mu ini, Star?"
"No. Ai know kita di aplikasi itu cakaran, but ai nggak bisa bawa hubungan itu ke real. You know, rasanya aneh tiba-tiba you and me punya hubungan sapisial."
"Aaaakhh.." Baga memegangi dadanya dengan tangan kiri. Seperti seseorang yang sedang kesakitan.
"Why? You kenapa?" Lintang panik sampai mendadak berdiri ikut memegangi dada Baga.
"Sakit banget denger kamu ngomong gitu, berasa selama ini aku cuma diphp'in kamu aja."
"Hiiiish! Kirian you gantungan!!"
Lintang mundur, mengibaskan rambutnya kesal. Mukanya langsung ditekuk.
"Ai kasih tahu sama you.. Kita di aplikasi chat, dan kita di real life itu beda. Bintang dan Zyan cakaran di sana but, Lintang dan Baga bukan siapa-siapa di sini. You harus tau, ai udah delete aplikasi itu, menurut ai.. Hubungan Bintang dan Zyan udah selesai." dengan entengnya Lintang berkata demikian. Dia bahkan nunjuk-nunjuk kayak nggak punya dosa.
Terdengar hembusan nafas panjang dari Baga, tapi sudut bibirnya mencoba menampilkan senyum.
"Padahal Zyan dan Baga satu orang yang sama, yang sayang sama Star nya.. Huuft, berarti kamu nggak mau nerusin hubungan kita, gitu ya?"
Nggak langsung menjawab. Lintang berpikir, dia menatap Baga lekat. Memilih kalimat yang tepat untuk dia sampaikan pada Baga.
"Apa menurutmu semua yang aku ucapkan di aplikasi chat itu hanya ketikan tanpa melibatkan perasaan?" lanjut Baga makin membuat Lintang nggak bisa ngomong apa-apa.
Baga nggak mau ucapannya tadi membuat Lintang terpojok. Bukan itu yang dia mau, bukan itu tujuannya. Jadi kembali Baga berkata...
"Hei.. Nggak usah tegang gitu, Star. Oke gini aja, apa kita bisa mulai dari awal di real? Kita aja belum pernah kenalan secara resmi kan?"
Lintang tersentak. Dia bisa merasakan kekecewaan dari setiap kata yang keluar dari bibir pucat itu. Lintang mengangguk. Dia mengulurkan tangannya.
"Ai Lintang. Lintang Denara, you busa panggil ai Lintang atau Denara, up to you."
"Kalau aku manggil kamu Star, apa kamu keberatan? Ah iya.. Aku Baga, Baga Zyan Abhista. Panggil aja sayang."
Mata Lintang melotot. Reflek dia tabok perut Baga, Baga spontan mengaduh tapi juga terkekeh karena momen yang dia anggap absurd ini. Pacaran di halu tapi asing di real. Kasihan sekali nasib percintaannya.
Baga menahan perutnya dengan tawa kecil, bukan tawa geli tapi terdengar seperti seseorang yang tertawa pasrah.
"Aku lagi sakit aja masih kamu sakiti gini.. Nggak kasihan sama aku ya?" kata-kata dari orang yang ngarep pake banget.
"Ai nyikatin you apa? Jangan asal tuduh deh,"
Obrolan mereka memang terkesan membosankan bagi orang lain, tapi enggak bagi keduanya, terutama untuk Baga. Bisa dekat dan ngobrol tanpa debat pertengkaran seperti ini adalah mukjizat, jika mengingat beberapa hari belakangan antara dirinya dan Lintang selalu terjadi perang terbuka terang-terangan.
"Jadi.. Sekarang kita ini apa?" pertanyaan Baga menciptakan kerutan di kening Lintang.
"We? Hmmm.. I think, you busa gagap ai taman you."
Kagak paham? Jadi Lintang bilang 'Baga bisa anggap Lintang temannya.' kayak gitu kira-kira.
Kembali Baga tersenyum. Hatinya mulai menghangat. "Teman? nggak buruk. Oke lah, makasih ya 'tem' udah datang ke sini buat jenguk aku. Makasih juga buburnya, mau nggak nyuapin aku sekalian, biar pahala mu nggak nanggung. Malaikat nulisnya juga enak, soalnya kamu baiknya paket komplit."
"Wait wait wait.. You penggal ai apa tadi? Tem? What is Tem?"
"Tem? Oh, kan kamu bilang kita temenan. Ya aku panggil kamu 'tem' lah.. Singkatan dari kata 'teman'. Gimana, bagus kan? Jangan terharu gitu. Aku tau, aku emang sekreatif itu."
Apa yang Lintang lakukan? Nggak pakai mikir, dia kembali melayangkan tangannya. Kali ini mendarat ke lengan Baga. Baga tertawa tapi pura-pura mengaduh sambil mengusap bagian yang kena tabok pacar online yang ganti status jadi teman di real nya.
"Ai nggak mau you penggal ai tem tem, itu terdengar nggak aesthetic sama sekali!" omel Lintang melipat tangannya ke dada.
"Hei tuan putri, kamu sendiri yang bilang kita ini temenan. Emangnya kamu mau dipanggil apa, hmmm?"
"Penggal nama lah! Gitu aja pakai tanya! You nggak puter puter amat ternyata. Miris ai lihatnya."
Ini manusia satu bisa nggak sih ngomong yang sewajarnya mahkluk lain bicara gitu? Kalau nggak belibet ngomongnya, bisa ambeyen kah?
"Penggal Nama? Oke, Nam! Jadi nyisa kata 'ma' ya..? Tambah S aja gimana, jadi kamu manggil aku 'mas'! Gimana, deal? Hahaha."
Lintang bukan lagi main tangan tapi mengambil guling dan akan dia hantam ke wajah Baga yang sedang tertawa bahagia. Tawa Baga membuat dirinya kesal setengah meninggal. Jadi sekarang mereka temenan ya gaess ya.. Bukan meng upgrade hubungan tapi mereka malah melakukan down grade, dari pacar jadi teman.
Dan Baga menyemangati dirinya sendiri dengan lagu.. 'Jika tidak hari ini, mungkin minggu depan.. Jika tidak minggu ini, mungkin bulan depan.. Jika tidak bulan ini, mungkin tahun depan.. Segala harapan kan datang Yang kita impikan.. Nananananaaaaaaa'
bikin malu Buapkmu aslii bisa2 camer mikir ke arah anuu🤣
kencannya kemaren jadi gak mereka Thor?
lagi semedi jadi abnormal tah🤣🤣
hmmmm
gak baik klo jalan cuma berdua doang..
gosah pake translate, soalnya saya sudah biasa menghadapi teman yg jarinya melebar hingga menciptakan deretan kalimat yg perlu kejelian dalam memahaminya😌
Kalau gak lola alias loading lama nih buat artiin yang dia omongin😁😁😁😁😁
sambil kikir mau kecang kemana lagi