💔 Dikhianati & Dibangkitkan: Balas Dendam Sang Ibu
Natalie Ainsworth selalu percaya pada cinta. Keyakinan itu membuatnya buta, sampai suaminya, Aaron Whitmore, menusuknya dari belakang.
Bukan hanya selingkuh. Aaron dan seluruh keluarganya bersekongkol menghancurkannya, merampas rumah, nama baik, dan harga dirinya. Dalam semalam, Natalie kehilangan segalanya.
Dan tak seorang pun tahu... ia sedang mengandung.
Hancur, sendirian, dan nyaris mati — Natalie membawa rahasia terbesar itu pergi. Luka yang mereka torehkan menjadi bara api yang menumbuhkan kekuatan.
Bertahun-tahun kemudian, ia kembali.
Bukan sebagai perempuan lemah yang mereka kenal, melainkan sebagai sosok yang kuat, berani, dan siap menuntut keadilan.
Mampukah ia melindungi buah hatinya dari bayangan masa lalu?
Apakah cinta yang baru bisa menyembuhkan hati yang remuk?
Atau... akankah Natalie memilih untuk menghancurkan mereka, satu per satu, seperti mereka menghancurkannya dulu?
Ini kisah tentang kebangkitan wanit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30: Kopi, Kisah Jujur, dan Serangan Balik
Natalie menepati janjinya. Sabtu pagi itu, ia meninggalkan segala atribut CEO-nya di rumah. Ia mengenakan celana jins, hoodie favoritnya, dan sneakers kets lama. Ia bertemu Arif di Kopi Kata.
Suasana di kedai kopi itu terasa berbeda. Bukan lagi pertemuan rahasia; ini adalah kencan jujur pertama mereka sejak pengakuan besar itu.
Mereka duduk di sudut yang sama. Natalie memesan Americano tanpa gula, Arif memesan kopi susu gula aren.
"Aku merasa aneh," kata Natalie, memeluk cangkirnya. "Aku biasanya sudah rapat dewan jam segini. Atau setidaknya, harus menandatangani 50 dokumen."
Arif tertawa kecil. "Aku juga aneh. Harusnya aku ada di bengkel, mengawasi para pekerja. Tapi aku di sini, bersama CEO yang harusnya bisa menyuruhku bekerja sekarang."
"Aku tidak akan menyuruhmu bekerja hari Sabtu," jawab Natalie lembut. "Aku di sini sebagai Natalie Ainsworth, ibu tunggal. Hanya itu."
Mereka berbicara tentang banyak hal, tetapi kali ini tanpa kebohongan. Natalie menceritakan betapa menakutkannya duduk di kursi CEO di usia muda, bagaimana ia harus menyingkirkan Aaron untuk melindungi Kenzo, dan betapa sepi puncak kekuasaan itu.
Arif mendengarkan dengan penuh perhatian. "Dengar, Nat. Aku minta maaf soal reaksiku kemarin. Aku nggak marah karena kamu kaya. Aku marah karena aku pikir kamu main-main dengan perasaanku, dengan harga diriku. Sekarang aku mengerti, ketakutanmu lebih besar daripada kekayaanmu."
"Dan aku minta maaf karena meremehkanmu, Rif," balas Natalie. "Aku lupa bahwa kamu adalah tipe pria yang membangun harga dirinya dari keringat, bukan dari saldo bank."
Arif tersenyum. Ia meraih tangan Natalie di atas meja. Tangannya kasar, hangat, dan nyata.
"Aku akan mencintai Natalie si ibu tunggal. Dan aku akan mendukung CEO yang sedang belajar jujur," kata Arif. "Tapi, kita harus pelan-pelan. Aku butuh waktu untuk mencerna fakta bahwa pacarku adalah orang paling berkuasa yang pernah kukenal."
Kekuatan Aaron dan Headline Media
Saat momen keintiman itu terjadi, ponsel Natalie bergetar—ponsel kerjanya, yang seharusnya dimatikan, tiba-tiba berdering keras. Itu adalah panggilan mendesak dari Tuan Hadiningrat.
Natalie mengangkatnya. Ekspresinya langsung berubah. Kehangatan digantikan oleh dinginnya kecemasan.
"Apa maksud Anda, Tuan Hadiningrat? Konferensi Pers? Tender UMKM?"
Natalie mendengarkan, matanya membesar. Ia segera mengakhiri panggilan dan membuka salah satu portal berita di ponselnya.
Headline berita online itu langsung menyeruak, memecah kedamaian mereka:
WHITMORE DIGUNCANG: CEO BARU DIDUGA JALANKAN 'TENDER FIKTIF' UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI!
Aaron Whitmore Tuding Kebijakan CEO Natalie Ainsworth Memihak Pemasok Kecil Tanpa Pengalaman, Mengancam Kestabilan Perusahaan.
Arif, yang penasaran, mendekat dan membaca berita itu dari bahu Natalie. Berita itu mengutip Aaron Whitmore yang menuduh Natalie menggunakan dana perusahaan untuk 'mendanai pacar rahasia' melalui tender UMKM, meskipun tanpa menyebut nama Bengkel Kayu Jujur secara spesifik. Aaron menuntut audit mendalam atas seluruh proses tender.
"Ini Aaron," geram Natalie, mengepalkan tangan. "Dia tahu tender ini adalah titik lemah, dan dia menggunakannya untuk menyerangku!"
"Apa maksudnya 'mendanai pacar rahasia'?" tanya Arif, wajahnya mengeras. "Apakah dia menuduhmu memberi kontrak itu padaku karena hubungan pribadi kita?"
"Tentu saja! Dia tahu kita berhubungan, dan dia tahu aku yang memaksakan tender ini. Dia akan menggunakan ini untuk menghancurkan citra profesionalismeku di depan dewan direksi!" kata Natalie.
"Tapi aku menang murni! Aku punya bukti harga dan kualitas! Kita bisa buktikan itu di pengadilan," balas Arif.
"Bukan itu masalahnya, Rif! Masalahnya adalah persepsi. Di mata dewan, ini terlihat seperti konflik kepentingan yang besar. Jika Aaron berhasil membuktikan bahwa aku punya hubungan pribadi dengan salah satu pemenang tender, itu bisa menjadi dasar untuk menggulingkan posisiku sebagai CEO!"
Keputusan Natalie untuk memasukkan Arif ke tender, meskipun didorong oleh keinginan untuk jujur, kini menjadi senjata mematikan di tangan Aaron.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Arif, kini kembali ke mode profesional yang tegang.
"Aku harus menanggapi ini dengan cepat. Aku harus membuktikan transparansi tender, dan aku harus menunjukkan bahwa Bengkel Kayu Jujur adalah pemasok yang kompeten. Tapi aku tidak bisa menghadiri konferensi pers sendirian. Jika aku membela tendernya, aku mengkonfirmasi bahwa aku memiliki hubungan pribadi dengan seorang pemenang," jelas Natalie.
"Kalau begitu, aku yang akan bicara," potong Arif.
Natalie menatapnya. "Arif, jangan! Ini perang korporat. Aaron akan menghancurkanmu. Dia akan mengorek setiap detail pinjamanmu, setiap asetmu. Dia akan mencabik-cabikmu di depan media."
"Dan kamu pikir aku takut?" tantang Arif, mata tukang kayunya memancarkan harga diri yang tak tergoyahkan. "Aku nggak takut sama Aaron Whitmore atau media mana pun. Aku cuma takut sama kebohongan. Aku menang tender ini murni. Aku akan berdiri di sampingmu, di konferensi pers itu, dan aku akan tunjukkan pada Aaron kalau kebohongan itu sudah berakhir. Aku akan tunjukkan bahwa aku mendukungmu, bukan karena hartamu, tapi karena kejujuran yang baru kita bangun."
Arif kini bukan lagi pria yang terluka oleh kebohongan; ia adalah pria yang melindungi wanita yang ia cintai dari ancaman lama.
Natalie menggenggam tangan Arif erat-erat. Ia melihat keberanian, integritas, dan cinta yang tulus terpancar dari mata Arif. Inilah pria yang ia butuhkan—bukan karena kekuatannya, tetapi karena kejujurannya.
"Baik," kata Natalie. "Kita hadapi ini bersama. Kamu harus siap, Rif. Ini akan menjadi sangat buruk."
"Sejak kapan aku takut sama pekerjaan berat?" balas Arif, senyumnya kini kembali hangat, menenangkan.
Mereka meninggalkan cangkir kopi pahit dan gula aren di meja. Natalie kembali ke perannya sebagai CEO yang berjuang, tetapi kali ini, ia tidak sendiri. Ia memiliki seorang tukang kayu yang jujur di sisinya.
