NovelToon NovelToon
Bukan Berondong Biasa

Bukan Berondong Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Identitas Tersembunyi / CEO / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Berondong
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Semua ini tentang Lucyana Putri Chandra yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucyana berani jatuh cinta lagi?
Kali ini pada seorang Sadewa Nugraha Abimanyu yang jauh lebih muda darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kantor Polisi

‎Sore itu, setelah jam kantor usai, Detri memaksa Lucy buat mampir ke Starbucks.

‎“Cuma lima menit, sumpah. Gue haus banget,” katanya sambil lari kecil ke arah kafe.

‎Lucy memilih menunggu di mobil. Ia menyandarkan kepala di jok, mencoba menenangkan pikirannya. Tapi baru beberapa menit berlalu, suara ribut-ribut di sisi parkiran menarik perhatiannya.

‎Ia menoleh.

‎Beberapa orang tampak mengerumuni seorang pemuda berjaket hitam dan helm full face.

‎Dari jarak itu, Lucy cuma bisa menangkap potongan kalimat yang gak enak didengar.

‎“Ngaku aja, Kang! Ibu ini ditabrak sama motor akang tadi!”

‎“Bohong, Pak! Saya gak nyenggol dia sama sekali! Ibu ini yang tiba-tiba nyebrang!” suara pemuda itu terdengar tegas tapi panik.

‎Ibu-ibu yang dimaksud memegangi lengannya pura-pura kesakitan, berteriak lebih keras.

‎“Aduh, ini tangan saya pasti retak! Tolong panggil polisi aja sekalian! atau udahlah kasih saya uang nya aja buat berobat deh!”

‎Orang-orang mulai menatap sinis ke arah pemuda itu.

‎Dari dalam mobil, Lucy mengerutkan kening. Ada sesuatu yang janggal. Ia melihat dari pantulan kaca, motor pemuda itu berhenti cukup jauh dari posisi ibu-ibu tadi.

‎Naluri logisnya langsung jalan.

‎“Sebentar…” gumamnya pelan.

‎Ia baru ingat, mobilnya punya dashcam, dan arah kamera persis ke titik itu.

‎Tangannya menekan tombol playback di layar kecil.

‎Begitu tayangan mundur beberapa detik, semuanya jelas:

‎Ibu-ibu itu menjatuhkan sendiri ke arah motor pemuda itu… bahkan motor si pemuda belum sepenuhnya lewat.

‎Saat hendak Lucy mau menghampiri kumpulan itu, ia melihat pemuda tadi sudah diseret dua orang warga menuju arah pos keamanan.

‎Dari gesturnya, kelihatannya mereka berencana langsung bawa ke kantor polisi.

‎“Eh…eh kok malah dibawa?” gumam Lucy, cemas.

‎Ia sempat melangkah setengah jalan, tapi kemudian menoleh ke arah kafe.

‎Ah, si Detri lama banget sih!

‎Beberapa menit kemudian, Detri muncul sambil menenteng cup besar berembun.

‎“Caramel Macchiato, size venti,” katanya santai. “Gila antreannya penuh banget wee”

‎Lucy menatapnya tak percaya.

‎“Punya gue mana?”

‎“Lah, lo gak bilang nitip!” jawab Detri polos.

‎“Dih, gak pekaan banget sih lo! Dari tadi gue nungguin, malah gak dibeliin lagi!” Lucy mendengus kesal, langsung masuk mobil.

‎“Yaa maap, kirain lo gak mau, hehe…” Detri nyengir kuda, buru-buru ikut masuk.

‎Lucy hanya mendecak sambil menyalakan mesin.

‎Di perjalanan, Lucy tiba-tiba memutar setir ke arah yang berlawanan dari jalan menuju apartemennya.

‎Detri yang sibuk menyeruput minumannya langsung menoleh heran.

‎“Eh, kita mau ke mana ini, Luc?”

‎“Ke kantor polisi,” jawab Lucy tanpa menoleh.

‎“Ngapain, anjir?”

‎Lucy melirik sekilas, senyum tipis.

‎“Mau laporin lo, gara-gara gak beliin gue Starbucks!”

‎“Hah? apa sih! Gila lo!”

‎“Udah ikut aja, bawel lo.”

‎Mobil berhenti di depan Polsek Sukajadi. Sore itu Bandung agak mendung tapi masih terang, angin sejuk masuk lewat jendela mobil yang belum tertutup rapat.

‎Lucy turun duluan, langkahnya cepat, ekspresinya serius.

‎Detri berusaha menyamakan langkah sambil berdecak kesal.

‎“Gue beneran gak ngerti kenapa lo bawa gue kesini.”

‎Begitu mereka masuk ke kantor polisi, suasana cukup ramai. Dari salah satu ruangan terdengar keributan. Suara laki-laki muda yang berusaha menjelaskan sesuatu, disusul ocehan beberapa orang yang menuduh.

‎“Kayanya itu deh yang tadi,” bisik Lucy sambil menajamkan pandangan.

‎Mereka berdua saling pandang, lalu perlahan mendekat ke arah ruangan itu.

‎Suasana kantor polisi sore itu cukup riuh. Seorang wanita paruh baya tampak berteriak sambil menunjuk-nunjuk seorang pemuda yang dijaga dua petugas.

‎“Dia yang nabrak saya, Pak! Terus mau kabur! Untung gak keburu pergi!” katanya lantang.

‎Pemuda itu, dengan wajah lelah, berusaha menahan nada suaranya tetap tenang.

‎“Saya nggak nabrak, Bu. Ibu yang tiba-tiba nyebrang, orang ibu udah jatuh sebelum motor saya lewat. Ada banyak orang lihat, coba tanya saksi di TKP, Pak.”

‎Polisi yang mendengarkan mulai kehilangan kesabaran.

‎“Kalau nggak ada bukti, susah juga, Dik. Saksi lain bilang kamu ngebut.”

‎Baru saat itu, langkah sepatu Lucy terdengar memasuki ruangan. Detri di belakangnya, menatap sekeliling dengan bingung.

‎Begitu pandangan Lucy bertemu dengan pemuda itu, hatinya sempat terhenti sepersekian detik.

‎Loh… itu kan cowok ojol yang waktu itu nganterin gue pulang

‎Sementara di sisi lain, Dewa juga membeku.

‎Lucyana? Kok bisa dia di sini?

‎Salah satu polisi menghampiri Lucy dan Detri.

‎“Ibu, ada keperluan apa ya?"

‎Lucy menegakkan bahunya, mencoba bicara seformal mungkin.

‎“Saya kebetulan melihat keributan tadi di parkiran dekat Starbucks Pasteur. Mobil saya punya dashcam, Pak. Mungkin bisa membantu melihat kejadian yang sebenarnya.”

‎Beberapa kepala langsung menoleh ke arahnya. Polisi yang semula skeptis kini tampak sedikit tertarik.

‎“Ibu ada rekamannya?”

‎Lucy mengangguk. “Ada. Saya bisa tunjukkan sekarang kalau boleh.”

‎Detri, yang sedari tadi diam, cuma menatap ke arah Lucy dengan ekspresi gak nyangka temennya bakal seberani ini.

‎Sementara Dewa menatapnya tanpa kata. Ada rasa lega, heran, dan entah kenapa sedikit hangat di matanya.

‎Detri nyenggol siku Lucy pelan sambil berbisik, suaranya setengah menahan tawa.

‎“Kemasukan setan apa lo, Luc? Baru kali ini liat lo bela orang gak dikenal. Tau lagi mana yang ganteng”

‎Lucy mendelik cepat. “Ah lo diem aja deh, berisik.” gumamnya pendek sambil menatap polisi yang mulai mendekat.

‎Tanpa banyak basa-basi, Lucy mengeluarkan flashdisk kecil dari gantungan kunci mobilnya dan menyerahkannya pada petugas.

‎“Ini rekamannya, Pak. Dari dashcam mobil saya. Bapak bisa cek sendiri, semoga cukup jelas.”

‎Polisi itu menerima dengan anggukan, sedikit kagum dengan ketenangan Lucy.

‎“Terima kasih, Bu. Ini sangat membantu.”

‎Lucy juga menyerahkan kartu namanya, sekadar jaga-jaga kalau nanti dibutuhkan untuk keterangan lebih lanjut..

‎“Saya pamit dulu ya, Pak. Kalau perlu saya datang lagi, hubungi saja nomor yang tertera di situ.”

‎Ia menatap sekilas ke arah Dewa. Cuma sepersekian detik, tapi cukup bagi keduanya untuk saling mengenali.

‎Tatapan yang singkat, tapi terasa seperti jeda panjang di antara riuhnya kantor polisi.

‎Lucy berbalik pergi, langkahnya cepat tapi teratur.

Dalam hati, Lucy berbisik pada dirinya sendiri.

Kalau gue bisa bantuin orang lain dapet keadilan, gue juga harus bisa dapet keadilan buat diri gue sendiri.

Lucy menaruh harapan besar — bukan pada orang lain, tapi pada dirinya sendiri. Harapan untuk bisa benar-benar terbebas dari Andika, dari rasa takut, dan dari luka yang selama ini membelenggunya.

‎Sementara Dewa yang masih di ruang pemeriksaan hanya bisa menatap punggung itu semakin jauh, menelan napas panjang.

‎Ingin rasanya ia menyusul, sekadar mengucap terima kasih, tapi urusannya belum selesai.

‎Beberapa jam setelah kejadian itu, akhirnya semuanya mulai jelas.

‎Polisi memastikan bahwa Sadewa tidak bersalah.

‎Rekaman dashcam dari Lucy membuktikan si ibu yang tadi menuduhnya memang mengada-ada.

‎Ibu itu menangis, memohon dengan suara parau.

‎“Maaf, Pak... s-saya terpaksa melakukan ini... s-saya butuh uang buat anak saya, dia sakit... saya gak tahu harus gimana lagi..."

‎Sadewa yang sejak tadi bersedekap, menatap dengan wajah setengah kesal, setengah iba.

‎Ia menarik napas panjang, lalu menatap polisi.

‎“Pak, udah... gak usah diperpanjang. Tapi bu...”

‎Dewa berjongkok di depan ibu itu, suaranya agak datar tapi jelas.

‎“Lain kali jangan lakuin hal kaya gini lagi ya bu, bahaya. Kalo saya orangnya pendendam gimana bu? Saya bisa aja gak terima, terus bisa-bisa ibu beneran saya laporin sampe viral loh.”

‎Polisi melirik, separuh menahan senyum melihat gaya tengil Dewa.

‎Ibu itu terisak sambil mengangguk.

‎Dewa merogoh dompetnya, lalu menyerahkan beberapa lembar uang.

‎“Ini... buat beli obat anaknya. Tapi janji ya bu, gak ada lagi drama tabrak-tabrakan bu. Repot soalnya hehe...”

‎Si ibu memegang uang itu dengan gemetar, terus-menerus mengucap terima kasih sebelum dibawa keluar oleh petugas.

‎Begitu ruangan mulai sepi, Dewa bersandar di kursi dan menatap polisi dengan ekspresi sok serius.

‎“Pak... boleh saya minta kartu nama si teteh yang tadi ngasih bukti gak?”

‎Polisi langsung mengernyit.

‎“Mau ngapain kamu?”

‎“Mau ngucapin makasih lah, Pak. Masa udah diselametin dari tuduhan palsu, saya gak ucapin makasih, sopan kah seperti itu? Kan tidak lah Pak.”

‎Polisi menyipit. “Jangan aneh-aneh ya kamu. Ini cuma buat kebaikan aja.”

‎Tapi akhirnya polisi itu juga senyum kecil, sambil nyodorin kartu nama Lucy.

‎“Udah, nih. Tapi inget, jangan ganggu yang bersangkutan.”

‎Dewa langsung tersenyum lebar.

‎“Siap, Pak. Cuma makasih doang kok… makasih banget ya, Pak.”

‎Begitu polisi pergi, Dewa menatap kartu nama itu lama-lama.

‎Tulisan elegan di atas kertas krem muda itu terbaca jelas:

‎Lucyana Putri Chandra – Marketing Manager, PT Auralis Naturals.

‎0821-9988-2746

‎Jl. Sukajadi No. 58, Bandung.

‎Baru hendak menyalin nomor itu ke ponselnya, matanya sekilas melirik jam di layar ponsel.

‎Pukul 16.00.

‎Dewa langsung terpaku sepersekian detik, lalu matanya membulat.

‎“ANYIINGG!!!”

‎Ia nyaris menjatuhkan ponselnya sendiri.

‎“AING TELAT NGAMPUS WOI!!"

...----------------...

Dewa.... Dewa ada-ada ajasih 🙄

Kira-kira dewa berhasil menghubungi Lucy gak yaa?

Yuk terus pantengin ceritanya Dewa dan Lucy di bab-bab berikutnya 😍

Jangan lupa vote like dan komentar yaa ✨

1
nuraeinieni
berarti tiap hari dong nih peneror ganti no;hanya ingin meneror dewa,habis di pake langsung di buang,jd nggak bisa di lacak siapa peneror nya.
Iqueena
orang gak ngapa2in juga 😭. Tapi gppa lah, lebih baik bgtu🤣
Iqueena
kirain lu yang lepas 🤣
Jemiiima__: kali ini dewa msh suci /Facepalm/
total 1 replies
Iqueena
coba lanjut tidur udah mimpi indah itu 😭
Iqueena
Gayamu lucyyyy🤣
Iqueena
huhhhhh, syukur dewa datang tepat waktu
Nuri_cha
Dewa blm bilang sapa2 ya kalo dia dah nikah?
Nuri_cha
mulai berasa cemburu ya Luc?
Nuri_cha
ternyata dewa punya mata batin. bisa liat dgn mata tertutup. wkwkwkwk
Nuri_cha
Aaah, knp bilangnya pas Lucy pingsan. dia gak denger atuh Wa. nnt ulang ya kalo dah bangun
Xlyzy
Ahhh mati aja Lo di penjara situ
Xlyzy
ugh mantep
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝
semngat lucy ☺ semoga keadilan menyertaimu ya🫂
@pry😛
cp sih.... bs jlskn np bgt
Drezzlle
Dewa mana mau nomor bininya di kasih temennya /Facepalm//Facepalm/
Drezzlle
cemburu nggak sih mbak Lucy 🤣
Shin Himawari
seleksi berkasss dulu ya siss kandidat calon pacar🤣
Shin Himawari
untung aja ketauan sebelum nikah kalo ni laki selingkuh ishh sok ganteng luuu
Shin Himawari
mama dea ya 🥲 masih ajaa ngeles
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞 ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
sekuat-kuatnya yg kelihatan diluar setiap orang punya sisi rapuhnya 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!