Roda kehidupan yang kejam bagi seorang anak perempuan bernama Jennifer. Lara dan Kemalangan yang bertubi-tubi menimpanya. Akhirnya dia menemukan suatu kebahagiaan dari cinta pertama dan cinta sejatinya melalui perjalanan roda kehidupan yang penuh dengan lika-liku dan intrik di dalam lingkungan yang toxic.
Seperti apakah Roller Coaster kehidupan milik Jennifer? Seperti apakah ruang lingkup dirinya sehingga dia menjadi seorang wanita yang mandiri?
Mari baca cerita novel ini ☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baru Tahu
Gumpalan awan hitam cumulonimbus menghiasi cakrawala. Kilatan petir telah menyambar langit sore yang mendung mengguyur air hujan lebat ke hamparan lahan di sekitar kawasan mansion megah milik Rosalinda. Rosalinda duduk bersama dengan Jennifer sambil termenung memandang pemandangan di luar mansion yang diguyur hujan melalui kaca jendela.
Menghirup semerbak wangi aroma khas teh Earl grey yang berada di atas meja. Jennifer memalingkan pandangannya ke sebuah cangkir teh yang belum tersentuh. Dia mengambil cangkir teh lalu menyesap teh dengan dua kali tegukan. Dia menaruh cangkir teh itu ke tempat semula. Dia menoleh ke Rosalinda yang sedang termenung. Jennifer merangkul pundaknya Rosalinda dengan penuh kasih sayang.
"Mommy kenapa? Kenapa dari tadi melamun terus?" ucap Jennifer lembut dan khawatir.
"Mommy baik-baik saja Nak," jawab Rosalinda lembut sambil mengusap puncak kepalanya Jennifer dengan penuh kasih sayang.
"Mommyku sayang," sapa Richard ceria sambil berlari kecil menghampiri Rosalinda.
Tak lama kemudian Richard menghentikan langkah kakinya di samping kirinya Rosalinda. Membungkukkan badannya, lalu memeluk Rosalinda dan Jennifer dengan penuh kasih sayang. Mencium wajahnya Rosalinda bertubi-tubi. Suatu kebiasaan Richard setelah dia mendapatkan sesuatu yang membuat dirinya sangat bahagia. Richard melepaskan pelukannya, lalu menegakkan badannya.
"Apakah kalian sudah menemukan siapa pembunuh ayah dan saudara kalian?" tanya Rosalinda penuh harap sambil menoleh ke Richard.
"Maaf Mom, kami belum menemukannya," jawab Richard berbohong. "Aku punya kabar bagus Mommy, perusahaan kita mendapatkan tender yang sangat banyak. Minuman anggur kita sangat laku di benua Eropa, jadi kita memproduksi minuman itu tiga kali lipat lebih banyak dari sebelumnya," ucap Richard bahagia sambil menoleh ke Rosalinda.
"Bagus," ucap Rosalinda lemah.
"Mommy mau membuka usaha restoran?" tanya Richard lembut.
"Kenapa kamu menawarkan itu ke Mommy?"
"Supaya Mommy punya kesibukan. Mommy, aku, Kak Ronald dan Dek Jennifer sangat sedih melihat Mommy yang sering melamun. Mommy harus bisa move on. Hidup Mommy masih panjang, Mommy di sini tidak sendirian. Kami semua sangat menyayangi dan mencintai Mommy, kami mau Mommy bahagia setelah Daddy meninggal dunia. Kami tahu Mommy sangat sedih karena kehilangan orang yang berarti bagi Mommy, tapi Mommy harus bisa move on, kamu yakin Mommy bisa move on. Mommy mau ya buka restoran?" ucap Richard sendu.
"Iya Mommy, Mommy buka restoran aja, nanti aku bantuin Mommy masak," ucap Jennifer ceria sambil menoleh ke wajahnya Rosalinda.
Rosalinda menoleh ke wajahnya Jennifer yang membuat hatinya hidup kembali, lalu berkata, "Baiklah, Mommy mau buka restoran."
"Baik, aku dan Kak Ronald akan mempersiapkan semuanya," ucap Richard senang.
"Mommy, mau buka restoran?" tanya Shaina sopan sambil berjalan menghampiri Rosalinda.
"Iya Sayang, ke sini Nak," ucap Rosalinda lembut sambil menoleh ke Shaina.
"Wah asik dong, aku mau bantu Mommy, aku mau bikin konten untuk mempromosikan restoran Mommy," ucap Shaina sopan sambil menduduki tubuhnya di atas sofa single.
"Terima kasih Cantik, di mana Shella dan Shelly?"
"Mereka masih di dalam kamarnya Mom."
"Permisi, Nyonya ada tamu," ucap Eliana sopan.
"Siapa Eli?" tanya Rosalinda lembut sambil menoleh ke Eli.
"Pengacara Tuan James."
"Baiklah, aku akan menemuinya," ucap Rosalinda lembut tapi tegas.
"Mommy," ucap Jennifer lesu sambil melepaskan rangkulannya.
"Mommy, biar Richard yang menemuinya."
"Tidak usah, biar Mommy aja yang menemuinya," ucap Rosalinda sambil beranjak berdiri.
"Aku ikut Mom menemui orang itu," ucap Jennifer memelas.
"Aku juga ikut," samber Richard.
"Terserah kalian."
Tak lama kemudian, Rosalinda, Richard dan juga Jennifer melangkahkan kakinya menuju ke ruang tamu. Menyusuri ruang makan, lorong dan lobi. Mereka berjalan ke ruang tamu melewati sebuah sekat yang terbuat dari marmer mahal. Pengacara itu berdiri ketika Rosalinda, Jennifer dan Richard sedang berjalan menghampiri dirinya. Rosalinda menghentikan langkah kakinya di hadapan orang itu. Sedangkan Richard dan Jennifer menghentikan langkah kakinya di belakang Rosalinda.
"Selamat sore Nyonya Rosalinda Lawrence, perkenalkan nama saya Roberto Claus," ucap orang itu sambil mengulurkan tangan kanannya ke Rosalinda dengan sopan dan ramah
"Selamat sore Tuan Roberto Claus," ucap Rosalinda ramah sambil membalas uluran tangan kanannya Roberto, lalu mereka berjabat tangan.
"Silakan duduk Tuan Roberto," ucap Rosalinda sambil melepaskan genggaman telapak tangan kanannya Roberto.
"Iya Nyonya," ucap Roberto sopan sambil menurunkan tangan kanannya.
"Ada apa Anda ke sini?" tanya Rosalinda sambil menduduki tubuhnya di sofa single samping kirinya Roberto.
"Saya sebagai perwakilan Tuan James Browne, beliau ingin mengambil hak asuh beliau terhadap Nona Jennifer Browne," ucap Roberto ramah setelah menduduki tubuhnya di sofa single sebelah kanan Rosalinda.
"Kalian menginginkan hal itu melalui jalur hukum?" tanya Richard datar sambil menatap tajam ke Roberto.
"Richard Sayang, tolong ya Nak, jaga sikap dan ucapanmu," ucap Rosalinda lembut tapi tegas sambil menoleh ke Richard.
"Tidak Tuan Muda, beliau ingin menggunakan jalur kekeluargaan, tapi jika ada kendala, beliau ingin menggunakan jalur hukum," ucap Roberto tegas sambil menoleh ke Richard.
"Sebenarnya aku keberatan jika Jennifer berada jauh dariku, tapi karena Tuan James adalah ayah kandungnya Jennifer, saya rela memberikan hak asuh Jennifer kepadanya," ucap Rosalinda ramah tapi tegas sambil menoleh ke Roberto.
"Terima kasih atas kerjasamanya Nyonya Rosalinda. Beliau ingin, Nona Jennifer tinggal bersamanya dan keluarga kandungnya setelah Nona Jennifer lulus dari sekolah dasar," ucap Roberto ramah sambil menoleh ke Rosalinda.
"Baiklah, tapi tanya Nona Jennifer dulu, apakah dia mau tinggal di sana."
"Tuan James tidak mau memberikan pilihan kepada Nona Jennifer, Nona Jennifer harus mau tinggal di sana setelah lulus sekolah dasar sampai nona Jennifer menikah."
"Berarti setelah dia lulus sekolah dasar, saya tidak bisa melihatnya lagi?" tanya Rosalinda sendu.
"Bisa Nyonya, ketika Nona Jennifer libur, dia bisa menemui Anda, kecuali kalau liburan natal dan tahun baru."
Richard merasakan getaran dari saku dalam jas kerjanya. Merogoh saku jasnya, lalu mengambil smartphone miliknya. Menatap datar ketika melihat tulisan Ronald di layar smartphonenya. Menyentuh ikon hijau untuk menjawab panggilan telepon itu. Mendekatkan benda pipih itu ke telinga kirinya. Melangkahkan kakinya, menjauh dari ruang tamu. Berjalan menuju ke lobi mansion.
"Hallo Ronald, ada apa?" tanya Richard sambil berjalan menaiki beberapa anak tangga.
"Bagaimana kabarnya Mommy?"
"Masih sering melamun, tapi dia setuju dengan ide kita. Kita harus mempersiapkan semuanya mulai sekarang Ro."
"Bagus, aku ingin bicara sama Mommy."
"Tidak bisa, karena dia lagi terima tamu," jawab Richard sambil berjalan menuju ke kamar tidurnya.
"Siapa tamunya?"
"Tuan Roberto Claus, pengacara Tuan James."
"Ngapain dia mengutus pengacara, terus bagaimana reaksi Mommy?"
"Reaksi Mommy baik-baik saja, dia meminta hak asuh Jennifer dari kita. Dia memerintahkan Jennifer tinggal bersamanya dan tinggal bersama keluarga kandungnya Jennifer setelah Jennifer lulus sekolah dasar sampai Jennifer menikah."
"Terus bagaimana sikapnya Mommy?"
"Dia menerimanya," jawab Richard sambil menghentikan langkah kakinya di depan pintu kamarnya.
"Apakah dia masih bisa menemui Jennifer?"
"Bisa, ketika Jennifer liburan musim panas," jawab Richard sambil mendorong pintu ke dalam.
"Bagaimana dengan Florencia? Apakah dia sudah kasih tahu siapa yang menyuruhnya membunuh Daddy dan Liona?"
"Dia tetap tidak memberi tahu," ucap Richard sambil menutup pintu.
"Kamu masih kasih hukuman ke dia?"
"Masih, tapi Tristan memintaku untuk melepaskannya atau menikmati tubuhnya sebagai hukumannya," ucap Richard sambil berjalan menuju ke balkon kamar.
"Aku setuju dengan pilihan yang kedua, nikmati tubuh wanita itu sebagai hukumannya," celetuk Ronald dengan nada suara yang bercanda.
"Aku tidak bisa melakukannya," ujar Richard datar.
"Ayolah Bro! Kamu harus bisa move on! Masih banyak wanita cantik di dunia ini. Lagipula si Sisca sudah mengkhianati dirimu, untuk apa kamu masih memikirkan dia yang sudah mati ketika dia sedang bercinta dengan selingkuhannya, carilah wanita lain yang lebih baik dari Sisca Bro! Siapa tahu ketika kamu sedang bercinta dengan Florencia, Florencia akan memberi tahu siapa yang menyuruhnya untuk membunuh Daddy dan Liona," celoteh Ronald ketika Richard keluar dari dalam kamar.
"Bagaimana kabarnya Rachel?" tanya Richard mengalihkan topik pembicaraan sambil menyandarkan sebagian tubuhnya di pagar balkon.
"Dia baik-baik saja, sebentar lagi lulus."
"Wah asyik dong bisa berduaan dengan Yayang," ledek Richard.
"Lebih asyik ketika dia jauh dariku," ujar Ronald datar.
"Tapi mau tidak mau kamu harus menerima perjodohan itu Bro."
"Iya, tapi dibalik itu ada kenikmatan lain selain tubuhnya Rachel."
"Pasti ada wanita lain di antara kalian."
"Yup, wanita itu adalah Annabelle, kami sering melakukan hal itu sejak aku di Los Angeles."
"Kamu sama aja kayak Daddy," ucap Richard kesal.
"Oh ya bagaimana kabarnya Jennifer?"
"Dia baik, dia ingin membantu Mommy dalam mengelola restoran yang akan kita buka buat Mommy."
"Emangnya dia bisa apa?"
"Walaupun dia masih kecil, dia jago masak. Memangnya kamu belum tahu?"
"Belum, aku baru tahu."