Sinopsis:
Lilia, seorang agen wanita hebat yang mati dalam ledakan saat menjalankan misinya, namun secara tidak sengaja masuk ke dunia novel sebagai tokoh wanita antagonis yang dibenci oleh semua warga desa. Dalam dunia baru ini, Lilia mendapatkan misi dari sistem jika ingin kembali ke dunia asalnya. Untuk membantunya menjalankan misi, sistem memberinya ruang ajaib.
Dengan menggunakan ruang ajaib dan pengetahuan di dunia modern, Lilia berusaha memperbaiki keadaan desa yang buruk dan menghadapi tantangan dari warga desa yang tidak menyukainya. Perlahan-lahan, perubahan Lilia membuatnya disukai oleh warga desa, dan suaminya mulai tertarik padanya.
Apakah Lilia dapat menyelesaikan semua misi dan kembali ke dunianya?
Ataukah dia akan tetap di dunia novel dan menemukan kebahagiaan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30 : Meminta Pistol Pada Sistem
Dengan pandangan tajam, Lilia menunjuk bangunan tua yang tampak tak terpakai itu. "Kak Titan, itu tempatnya?" tanya Lilia, penasaran.
Titan mengangguk, ekspresinya menunjukkan keyakinan. "Sepertinya iya," jawabnya singkat.
Di balik tampak depan bangunan yang kusam dan tak terawat itu, tersembunyi kebusukan moral yang tak terbayangkan. Aktivitas ilegal yang dilakukan oleh dokter-dokter bayaran itu telah mengorbankan banyak nyawa, dan penderitaan yang tak terkira menghantui setiap sudut bangunan. Suara-suara minta tolong yang tak pernah terdengar, menjadi saksi bisu atas kekejaman yang terjadi di dalamnya.
Di saat Lilia dan Titan hendak melangkahkan kakinya mendekat, tiba-tiba datanglah sebuah bus model lawas berhenti tepat di depan bangunan. Supir bus dan beberapa orang berwajah seram, yang ternyata adalah para pegawai penjahat, memaksa penumpang keluar dengan kasar. Penumpang-penumpang itu terlihat dirantai tangan dan kaki mereka, dengan penampilan babak belur dan tanda-tanda telah mengalami penyiksaan. Lilia dan Titan saling bertukar pandang, keduanya tahu bahwa situasi ini semakin berbahaya dan mereka harus berhati-hati.
Dengan suara dingin dan tegas, Lilia memerintahkan sistemnya, "Taro, berikan aku pistol dengan peluru terisi penuh!"
Titan terkejut mendengar perintah itu dan memandang Lilia dengan tanda tanya besar di wajahnya. "Jangan bilang kamu mau menembak mereka?" tanya Titan, berusaha memahami niat Lilia.
Lilia menatap tajam ke arah penumpang yang babak belur itu, matanya penuh amarah. "Membunuh mereka hal yang mudah bagiku. Aku benci penjahat keji seperti mereka," jawabnya dengan nada yang tidak sabar.
"Taro! Cepat berikan pistol untukku!" titah Lilia lagi, tanpa ragu-ragu.
Namun, sistem Taro muncul untuk memperingatkannya. "Nona tidak boleh membunuh mereka, kecuali mereka mulai duluan," sahut Taro, berusaha mengingatkan Lilia tentang konsekuensi tindakannya.
Lilia marah mendengar peringatan itu. "Apa kamu menyuruh aku mati lebih dulu baru membunuh mereka?" jawabnya dengan nada yang meninggi.
Taro tidak gentar dan menjelaskan, "Bukan itu, nona. Anda adalah pendatang di dunia paralel ini, dengan anugerah sistem ajaib di tangan anda. Jika anda menggunakan kekuasaan seenaknya tanpa memikirkan konsekuensinya, berarti kami mendukung kejahatan. Bukankah tujuan nona diberi anugerah sistem ajaib untuk membantu rakyat desa?" kata Taro, mengingatkan Lilia tentang tanggung jawabnya.
Lilia masih memandang ke arah penumpang yang babak belur itu, dan matanya tertuju pada seseorang yang membuatnya yakin bahwa tindakannya tepat. "Melenyapkan para penjahat itu berarti aku juga membantu warga desa. Lihat itu! Bukankah itu Pak Johan?" kata Lilia, meyakinkan Taro bahwa tindakannya bukanlah tanpa alasan.
"Taro, berikan pistol padanya. Kami perlu pistol itu untuk bertahan dan membesarkan korban. Kami tidak akan mulai duluan," ucap Titan, meyakinkan Taro.
Taro mempertimbangkan permintaan Titan sebelum akhirnya menyetujuinya. "Baik, Tuan. Ingat, jika kalian mulai duluan, kalian akan mendapat hukuman!" Sistem Taro memberikan peringatan keras sebelum akhirnya memenuhi permintaan Lilia dan Titan.
Ruang ajaib kemudian mengaktifkan transaksi, dan dua pistol hebat keluaran terbaru beserta pelurunya ditukarkan dengan koin emas. Dalam sekejap, pistol-pistol itu langsung muncul di tangan Lilia dan Titan, siap digunakan untuk menghadapi situasi berbahaya yang ada di depan mereka, serta menghadapi para penjahat dan membebaskan korban.
"Ayo kita masuk ke dalam!" kata Lilia, dan Titan mengangguk setuju. Namun, sebelum mereka melangkah, burung ajaib tiba-tiba muncul di hadapan mereka.
"Lapor nona, tuan, para korban yang sudah meninggal dikubur di sebelah selatan bangunan ini," kata burung itu, memberikan informasi penting. "Kapal yang membawa organ tubuh yang masih segar sudah berlayar lima menit yang lalu," tambahnya, membuat Lilia dan Titan saling bertukar pandang.
"Bagaimana ini?" tanya Lilia, tampak bingung.
Titan memberikan saran yang bijak, "Kita selamatkan dulu yang masih hidup, sisanya kita lakukan nanti." Lilia mengangguk setuju, dan keduanya melangkah masuk ke dalam bangunan dengan berani, tanpa ragu-ragu sedikit pun. Dengan pistol di tangan, mereka siap menghadapi apa pun yang ada di dalam.