Tak pernah terbersit di pikiran siapapun, termasuk laki-laki rasional seperti Nagara Kertamaru jika sebuah boneka bisa jadi alasan hatinya terpaut pada seorang gadis manja seperti Senja.
Bahkan hari-hari yang dijalaninya mendadak hambar dan mendung sampai ia menyadari jika cinta memang irasional, terkadang tak masuk akal dan tak butuh penjelasan yang kompleks.
~~~
"Bisa-bisanya lo berdua ada main di belakang tanpa ketauan! Kok bisa?!"
"Gue titip anak di Senja."
"HAH?!!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30# First 'Mowning'
Pagi pertamanya membayar hutang, Senja terbangun 45 menit lebih awal dari biasanya. Tentu saja dengan alarm yang menempel di kuping.
Oke, itu artinya sepagi ini ia harus membuat 4 porsi makan, 2 sarapan, 2 bekal. Sebab dirinya pun sudah harus mulai beradaptasi dengan uang pas-pasan.
Digusurnya sendal bulu ungu dengan piyama kuning cerah, melebihi cerahnya sinar mentari. Ia menyingkirkan rambut-rambutnya dengan mencepol dan memasang bandana simpul di kepala.
Membuka pintu kulkas mencari bahan makanan yang tersedia, telur....telur...sayur. Oh ya ampun! Ia belum sempat belanja. Beberapa tumpuk sisa frozen food di kotak bening.
Tangannya terulur untuk memasukan beras ke dalam penanak nasi. 2x lipat dari biasanya. Selesai dengan itu, ia mulai sibuk dengan racikan, sehingga tak bisa mendengar bel di depan apartemennya yang berbunyi.
Beberapa kali ia berbunyi barulah Senja mendengar, "sebentar!" jeritnya dengan harapan suaranya sampai keluar.
"Siapa sih?!" omelnya dengan sesekali melirik jam di dinding, yang sadisnya menunjuk angka setengah 6 pagi.
Tangannya menjatuhkan sosis begitu saja ke dalam air fryer dan menutupnya, sementara langkahnya sudah dipaksa digusur ke depan demi membuka pintu.
"Ya ampun, Ru...ini baru jam setengah 6, kamu biasa sarapan jam berapa sih?!" omelnya yang sepagi ini Maru sudah datang menyatroni dirinya. Ia tak memiliki waktu untuk mempersilahkan Maru duduk layaknya tamu. Toh Maru langsung masuk dan menyambangi sofa.
"Jam 6." Jawabnya mengulas senyum diantara langkah tergesa Senja kembali ke dapur.
"Nah itu jam 6. By the way sekarang baru jam setengah 6, jam di rumah kamu bang ke ya? emangnya di hape ngga ada jamnya?" suara omelan itu sayup hilang timbul sebab Senja sudah di dapur.
"Oh iya ya? Baru jam setengah 6?" ucapnya tanpa rasa bersalah, padahal ia memang sudah tau itu dan sengaja datang lebih awal untuk melihat Senja dengan wajah pagi harinya.
Banyak tumpukan file keuangan yang bercecer di meja, bersama sebuah laptop yang tertutup tanda jika Senja membawa pekerjaannya ke rumah. Ia tak mau mengacaukan tata letak, khawatir salah berujung Senja yang harus kerja 2 kali. Namun tebak, ada ide lebih baik lagi...ia mengayunkan langkahnya menuju dapur dimana kursi bar yang menghadap ke pantry tersedia.
Ada bunyi perkakas yang terdengar begitu heboh, bersama langkah tergesa Senja sepaket dengan tampilan menggemaskannya.
"Menu sarapan kita pagi ini apa chef?" kelakarnya tak menunjukan seperti sebuah candaan, lain jika Arlan yang menyebutkan terasa seperti cibiran. Senja menoleh dengan senyum manisnya, "apa sih. Ngga usah begitu, Ru...ngga ada yang istimewa di kulkas aku, belum sempet belanja." Jawabnya kembali sibuk dengan apa yang dilakukan. Sesekali ia menghindar letupan telur di dalam cetakan, "aku tuh kalo kaya gini jadi inget war kitchennya kalian di posko dulu." Tawa Senja.
Maru mengangguk membenarkan, dimana teman-temannya berlarian saat ikan keranjang memberikan letupannya sehingga minyak panas muncrat-muncrat membuat anggota kkn 21 selain dirinya dan Jingga berlarian.
"Tutup dulu." Ujarnya yang digelengi Senja, "ngga usah, aku udah biasa goreng telor kok." Jumawanya seperti jago saja, terakhir kali telurnya gosong.
Namun kemudian ia baru sadar jika Maru sudah siap dengan kemejanya, atau ia salah...belakangan ini ia memang sering melihat Maru dengan stelan kemeja?
"Jam segini udah rapi banget. Mandi jam berapa? Aku aja masih belum apa-apa..." dengusnya. Dan sempat-sempatnya ia bercermin ditengah-tengah acara masaknya. Bukan...lebih tepatnya sempat-sempatnya Senja membawa cermin saat sedang memasak.
"Kamu tau. Kebiasaanku ngga berubah sejak dulu." Jawabnya lagi memilih mengambil air mineral dan meneguknya.
Senja menyajikan telur mata sapi berbentuk love yang, well....meski penampilannya tak sesuai ekspektasi, namun sepertinya aman. Apa susahnya iya kan, cuma goreng telur? Ia tersenyum sampai lupa saat mengangkat cetakan telur satu lagi ia tak memakai sarung tangan.
"Aww... Panas."
"Nja?!" Maru sempat turun dari kursinya.
Ia mengibaskan tangannya dan menge muutt itu, "ngga. Ngga apa-apa aku kelupaan kalo ini panas, kirain udah lulus jadi anggota debus." kekehnya justru memancing Maru untuk menarik dan melihat tangannya, "pake salep, Nja."
"Ngga apa-apa Ru, ini biasa kok." tariknya lagi.
Maru melihat ke arah air fryer sementara Senja sedang membereskan satu telurnya yang baru ia angkat dari teflon.
"Ini goreng apa?"
"Oh, sosis." Ia menepuk jidatnya hampir lupa, namun kemudian ia teralihkan untuk mengangkat sosis goreng, yang rencananya untuk dibuat jadi menu bekal.
Namun ia langsung membeku saat wadahnya dibuka, bukan karena gosong, melainkan penampakan pertamanya itu yang bikin galfok siapapun yang memandang.
Astaga! Ia terlupa menggaris sosis dengan sempurna karena buru-buru, sehingga bentukannya itu persis...ia langsung menutup kembali wadah itu berusaha menyembunyikannya dari Maru yang sebenarnya percuma saja, Maru sempat meliriknya tadi. Mana mengkilap oleh minyak seperti abis di ku lumm.
Anjiiirrrrr! Umpat Senja di dalam hati. Oke, nanti biar itu, ia potong-potong saja biar Maru tidak merasa sedang memakan miliknya sendiri.
Trek...
Ia mendengar penanak nasi sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Lantas membukanya dan menyisihkan dua piring untuk nantinya ia bentuk menjadi onigiri berbagai bentuk. Bento ala-ala bocah untuk seorang advokat dingin? Ahhh biarlah! Yang penting ia sudah menyiapkan bekal untuk Maru.
Dua buah kotak lunch ia turunkan dari rak penyimpanan dan mulai menyusun bekal makan. Sebenarnya peralatan dapur Senja cukup lengkap, bahkan untuk membentuk onigiri saja, ia memiliki cetakan khusus yang terbuat dari plastik. Sehingga memudahkannya untuk membuat menu makanan, tapi entahlah....tangannya itu seolah tak diciptakan untuk berada di dapur.
Maru kembali menyunggingkan senyuman gelinya yang tipis itu, demi pemandangan yang dirindukan ini ia rela mengemudi sepagi ini menyambangi Senja. Dimana kesibukannya yang padat itu menuntut waktu panjang untuk bekerja.
"Kamu kalo mau mulai makan, makan aja...aku ambilin nasi atau mau ambil sendiri?" tawarnya tanpa sadar jika, apa yang tengah terjadi kini sudah persis gladi resik rumah tangga.
"Jangan terlalu banyak." Oke! Senja langsung menyendok nasi untuk Maru.
Nasi dan telur bentuk love, plus sambal tabur hasil buruan di minimarket juga kerupuk udang menjadi menu sarapan Maru pagi ini, 150 ribu...harga yang mungkin jika anak kkn 21 tau mereka akan mengumpati Senja, to pricey!!!
Disana Maru tengah mengunyah menu sarapan mahalnya. Sementara Senja kini sedang berusaha menutupi kema luannya, eh maksudnya rasa malunya. Dimana ia sudah merebahkan si sosis dan memotong-motongnya jadi beberapa bagian kecil.
Memasukan nasi yang telah ia campurkan dengan nori, cetrek! Voalahhh! Bentuk bintang, love, bunga suda ia dapatkan dan masukan ke dalam kotak bekal.
Beberapa kepal nasi, di space lain ada sosis, risol, siomay goreng, menjadi menu bekal Maru, seharga 200 ribu.
Ia yang terlalu sibuk kini berbalik menyerahkan kotak bekal milik Maru yang berwarna biru langit, "ini bekal kamu."
Maru mengangguk masih mengunyah.
"Gimana, aman kan?" tanya Senja, seharusnya sih aman ya!
Maru memberikan anggukan kecilnya meski kemudian terdengar suara gemelutuk dari dalam mulutnya, "kamu pakein apa buat krispinya?"
Praktis saja kedua alis Senja mengernyit, "krispi?"
Maru mengeluarkan sesuatu dari mulutnya, "sorry." ucapnya sejenak lalu menunjukan remahan seperti---
"Ya ampun, kapan itu masuk?!"
"Ini cangkang telur...sorry...." ucap Senja dibalas gelengan Maru, "ngga apa-apa, aman kok...ngga banyak." Sesantai itu Maru.
.
.
.
demi cinta.....poor Maru....😍😍😍😍