Ratna yang tidak bisa hamil menjebak suaminya sendiri untuk tidur dengan seorang wanita yang tak lain adalah adik tirinya.
ia ingin balas dendam dengan adik tirinya yang telah merenggut kebahagiaannya.
akankah Ratna berhasil? atau malah dia yang semakin terpuruk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadelisa dedeh setyowati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Air Mata Istri Yang Diabaikan 30
Bagas yang dipeluk tiba-tiba oleh Andini tak kuasa menolak, ia tidak balas memeluk tapi hanya menepuk pundak Andini – mencoba menenangkan perasaan wanita itu.
“Mas Bagas aku takut,” ujar Andini dengan suara yang gemetar, nampak ketakutan karena berpikir ia tidak akan bisa keluar.
“Tidak apa-apa,” Bagas menepuk pundak Andini perlahan. Saat itulah ekor matanya menangkap raut wajah Ratna yang tak suka. Seketika ia merasa bersalah dan melepas pelukan Andini.
Bagas mendorong tubuh Andini sampai mundur ke belakang.
Andini yang awalnya terkejut karena pelukannya di lepas paksa setelah menatap Ratna ada perasaan tidak enak dalam hatinya.
Seolah memeluk Bagas di depan Ratna adalah suatu kesalahan.
“Bagaimana kamu bisa di situ Din?” tanya Ratna berbasa-basi.
“Aku ... tadi nyari kamar mandi mba, tapi ga nemu. Terus aku keliling rumah dan ketemu kamar mandi yang ini,” ucap Andini menjelaskan.
“Kamar mandi di rumah ini ga banyak, kenapa ga pakai kamar mandi milik kami,”
Andini menunduk tidak mungkin ia mengatakan bahwa ia juga berpikir hal yang sama dan menemukan Ratna dan Bagas tengah tidur dalam keadaan telanjang.
Ratna yang memperhatikan raut wajah Andini seolah bisa menebak isi pikiran wanita itu tersenyum puas.
Andini harus lebih sering melihat ia dan Bagas bersama!
“Ga enak mba, ga sopan,” jawab Andini agak ragu. Karena ia tidak mau lagi melihat pemandangan yang ia lihat tadi pagi. Ada perasaan tak nyaman di hatinya.
“Ya sudah, nanti biar mba panggilkan tukang untuk perbaiki kamar mandi ini,” ujar Ratna
“Dek, kayanya Mas udah telat nih. Mas sarapan di kantor aja ya,” ucap Bagas pada Ratna. Ia tidak menoleh sedikitpun pada Andini.
“Iya Mas,hati-hati yaa ... jangan lupa sarapan, atau rotinya dimakan aja di mobil.” Usul Ratna mengingatkan suaminya agar tak lupa sarapan.
“Ok, Mas pergi dulu ya ....” Bagas mengecup puncak kepala Ratna kemudian pergi. Sama sekali tidak peduli pada Andini yang ada di depannya.
Andini yang diabaikan Bagas hanya bisa meremas ujung bajunya.
“Din, kita belanja yuk, bahan di kulkas udah habis,” kata Ratna seakan dia juga tidak peduli sewaktu Bagas mengabaikan Andini tadi.
Andini yang tersadar segera mengangguk.
Tak lama keduanya sudah dalam perjalanan menuju supermarket dekat rumah. Disana mereka memilah dan memilih sayur buah daging dan ikan juga udang. Keduanya ternyata sama-sama suka kwetiaw seafood dan berencana memasaknya bahkan Ratna dan Andini sama-sama menyukai stroberi. Maka mereka membeli stroberi import yang besar dan manis. Jika dilihat dan diperhatikan mereka punya beberapa kemiripan wajah dan tubuh yang jika orang tidak tahu akan menganggap mereka kakak beradik.
“Aku ga nyangka kita punya beberapa persamaan mba,” ujar Andini senang, “Aku kaya menemukan kakak perempuan,”
Deg! Ratna yang mendengarnya terdiam sesaat. Kata-kata Andini barusan menciptakan gelombang dalam dadanya.
Andai Andini tahu ....
“Aku juga Din. Aku ga punya adek perempuan. Sekarang aku ngerasain rasanya punya saudara perempuan, habis ini kita spa yuk. Badan mba pengen dipijit,”
“Ayuk mba, aku juga udah lama ga spa,”
Selesai membayar mereka segera pergi ke tempat spa langganan Ratna. Salah satu pegawainya yang sudah lama kenal menanyakan siapa wanita yang di bawa Ratna.
“Adeknya ya mba? Mukanya agak mirip,” kata pegawai spa tersebut.
“Iya mba, adek saya.” Jawab Ratna yang didengar Andini dan ia pun merasa senang di anggap adik oleh Ratna.
Tak lama keduanya menikmati pijatan yang membuat tubuh dan pikiran rileks. Andini hampir tertidur karena pijatannya yang nyaman. Selanjutnya mereka berendam di bathtub yang diisi susu untuk membersihkan kulit mereka dan menjadikannya cerah.
Setelah selesai keduanya merasa sangat segar. Kulit terasa bersih cerah dan halus. Keduanya pun pulang ke rumah dengan bercanda.
Benar-benar seperti sepasang kakak adik.
Sesampainya di rumah, mereka berencana untuk memasak kwetiaw seafood kesukaan mereka berdua dan udang asam manis kesukaan Bagas.
Mereka berbagi tugas dan mengerjakannya dengan baik. Terlihat sangat kompak. Karena dikerjakan dua orang hasil masakan mereka cepat selesai.
Sudah tersedia di meja kwetiaw seafood dan udang asam manis yang aromanya menggelitik perut. Menciptakan sensasi lapar yang tak tertahankan.
“Semoga Mas Bagas suka ya mba,” ucap Andini pada Ratna yang tengah mengupas mangga.
“Pasti Mas Bagas suka Din, masakanmu kan enak,”
Ya, yang memasak udang asam manis adalah Andini, ia berharap Bagas mau menikmati hasil masakannya.
Sesaat kemudian mereka mendengar pintu di buka dan baik Andini maupun Ratna memandang ke arah pintu walaupun mereka sudah yakin yang datang adalah Bagas.
Andini mendekati Bagas, “Mas udah pulang,” Andini mencoba meraih tangan Bagas untuk membawakan tas-nya, tapi Bagas menampik dan malah bertanya pada Ratna.
“Masak apa dek?” tanya Bagas mengabaikan Andini.
“Kwetiaw seafood dan udang asam manis Mas, kesukaan Mas.” Ujar Ratna tersenyum seolah juga tidak mempedulikan Andini.
“Wah kebetulan aku udah lapar,” Bagas menarik kursi untuk duduk dan makan.
Andini dengan sigap meraih piring dan bermaksud mengambilkan nasi untuk Bagas, tapi Bagas malah meraih piring yang disodorkan Ratna dan tidak mengindahkan Andini.
“Tolong ambilkan udang yang banyak ya dek,” ujar Bagas dengan nada manja pada Ratna. Ratna pun kembali tersenyum dan menyendokkan cukup banyak udang.
“Makasih sayang ....” Bagas benar-benar mengabaikan Andini.
Andini yang diperlakukan seperti itu hanya bisa meremas piring yang di pegangnya dan menggigit bibirnya. Dia seolah dianggap tidak ada.
Ada seringai tipis saat Ratna menatap Andini.