NovelToon NovelToon
Perjuangan Gadis SMA

Perjuangan Gadis SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Anak Genius / Anak Yatim Piatu / Teen School/College / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Hanafi Diningrat

Najwa, siswi baru SMA 1 Tangerang, menghadapi hari pertamanya dengan penuh tekanan. Dari masalah keluarga yang keras hingga bullying di sekolah, dia harus bertahan di tengah hinaan teman-temannya. Meski hidupnya serba kekurangan, Najwa menemukan pelarian dan rasa percaya diri lewat pelajaran favoritnya, matematika. Dengan tekad kuat untuk meraih nilai bagus demi masa depan, dia menapaki hari-hari sulit dengan semangat pantang menyerah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanafi Diningrat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Momen kebenaran

Minggu kedua training, Najwa sudah mulai terbiasa dengan rutinitas mengerikan di akademi sindikat. Setiap pagi dia harus menelan rasa mual sambil berpura-pura antusias belajar cara memperdagangkan manusia.

"Hari ini kalian akan ikut operasi lapangan pertama." Bos Heri mengumumkan di ruang kelas. "Kalian akan observe langsung bagaimana proses recruitment dilakukan."

Najwa merasakan jantungnya berdegup kencang. Ini adalah kesempatan yang sudah dia tunggu-tunggu.

"Kalian akan dibagi jadi tiga kelompok. Setiap kelompok akan mengamati target yang berbeda." Pak Joko menjelaskan sambil membagikan foto-foto. "Ingat, kalian cuma observe. Jangan ikut campur."

Najwa mendapat foto seorang gadis berusia sekitar empat belas tahun yang sedang duduk di halte bus. Di belakang foto tertulis: "Target: Dini, 14 tahun, anak jalanan, sering tidur di terminal Bogor."

Perut Najwa mual melihat foto itu. Gadis itu masih sangat muda, dan mereka berencana menjadikannya korban trafficking.

"Najwa, kamu satu kelompok sama Lisa dan Doni." Pak Joko menunjuk. "Kalian akan observe operasi di terminal Bogor."

Lisa duduk di sebelah Najwa sambil berbisik, "Kamu baik-baik aja? Wajah kamu pucat."

"Aku takut." Najwa berbisik balik.

"Takut kenapa?"

"Takut kalau kita beneran harus ikut nyakitin orang."

Lisa menatap sekeliling dengan was-was sebelum berbisik, "Aku juga takut. Tapi kalau kita nggak nurut..."

"Kita yang jadi korban selanjutnya." Najwa melengkapi.

"Iya."

Selama perjalanan ke terminal Bogor, Najwa terus memikirkan rencananya. Dia sudah mengumpulkan cukup bukti selama dua minggu training. Foto-foto lokasi, video penjelasan Bos Heri, dokumen berisi struktur organisasi, semuanya dia simpan di hp dan flashdisk kecil yang dia sembunyikan.

"Kita sampai." Andi mengumumkan dari kursi depan van.

Terminal Bogor ramai dengan penumpang yang hilir mudik. Najwa, Lisa, dan Doni mengikuti dua orang senior yang bertugas melakukan recruitment.

"Itu dia targetnya." Salah satu senior, yang dipanggil Bang Ucok, menunjuk gadis kecil yang sedang duduk sendirian di pojok terminal sambil memeluk tas kresek.

"Dia terlihat kelaparan dan kotor. Perfect." Senior lainnya, Bang Dodi, berkomentar dengan nada dingin.

Najwa merasakan hatinya hancur melihat kondisi gadis itu. Dini terlihat sangat kurus dan kusam, mata cekung karena kurang gizi.

"Sekarang kalian perhatikan bagaimana cara approach target." Bang Ucok menjelaskan sambil berjalan mendekat.

"Dek, kamu sendirian?" Bang Ucok menghampiri Dini dengan senyum ramah.

"Iya, Kak." Dini menjawab dengan suara pelan.

"Kamu lapar nggak? Kakak traktir makan yuk."

Mata Dini berbinar mendengar tawaran itu. "Beneran, Kak?"

"Iya. Kakak kasihan lihat kamu. Ayo ikut Kakak."

Najwa melihat bagaimana mudahnya anak jalanan yang kelaparan ditipu dengan iming-iming makanan. Hatinya berteriak ingin menolong, tapi dia harus menahan diri untuk menjaga penyamarannya.

"Lihat, semudah itu." Bang Dodi berbisik ke arah mereka. "Anak jalanan yang kelaparan pasti akan ikut siapa aja yang nawarin makanan."

Dini mengikuti Bang Ucok dengan polos, tidak tahu bahwa dia sedang berjalan menuju neraka.

"Sekarang kita ikuti mereka ke safe house." Bang Dodi menginstruksikan.

Safe house ternyata adalah rumah kontrakan sederhana di daerah pinggiran Bogor. Dari luar terlihat seperti rumah biasa, tapi Najwa tahu di dalamnya pasti terjadi hal-hal mengerikan.

"Kalian tunggu di mobil. Nanti kalau prosesnya sudah selesai, kalian boleh masuk lihat hasilnya." Bang Dodi meninggalkan mereka di van.

Najwa duduk di van sambil mendengarkan Lisa yang bergetar ketakutan di sebelahnya.

"Najwa, aku nggak kuat lihat ini." Lisa berbisik sambil menangis.

"Aku juga nggak kuat."

"Gimana kalau kita kabur sekarang?"

"Kabur kemana? Mereka pasti nyusul kita. Lagian kalau kita kabur, siapa yang akan nolong gadis itu?"

Lisa terdiam mendengar kata-kata Najwa.

"Lisa, aku mau minta tolong kamu."

"Tolong apa?"

"Nanti kalau ada kesempatan, kamu bikin keributan. Apapun caranya. Aku mau coba selamatkan gadis itu."

"Najwa, itu berbahaya banget!"

"Aku tahu. Tapi aku nggak bisa diam aja lihat anak sekecil itu disiksa."

Doni yang duduk di depan mereka menoleh. "Kalian ngomong apa? Jangan bisik-bisik."

"Nggak ada apa-apa. Cuma nervous." Najwa menjawab.

Satu jam kemudian, Bang Dodi keluar dari rumah sambil memberikan isyarat supaya mereka masuk.

"Sekarang kalian boleh lihat hasilnya. Tapi ingat, jangan sampe kasihan. Ini cuma barang dagangan."

Mereka masuk ke rumah yang berbau pengap dan lembab. Di ruang belakang, Najwa melihat Dini terbaring di kasur dengan mata kosong dan tubuh gemetar.

"Dia sudah diberi obat penenang dan dijelaskan situasinya. Sekarang dia tahu kalau dia nggak bisa kemana-mana lagi." Bang Ucok menjelaskan dengan bangga.

Najwa merasa dunianya runtuh melihat kondisi Dini. Gadis kecil itu sudah tidak terlihat seperti anak yang polos tadi. Matanya kosong, seperti orang yang sudah kehilangan harapan.

"Ini adalah contoh perfect dari successful recruitment. Target yang vulnerable, proses yang clean, dan hasil yang memuaskan." Bang Dodi menjelaskan seakan sedang mengajar.

"Sekarang dia akan dikirim ke safe house utama untuk training sebelum diekspor." Bang Ucok menambahkan.

Najwa tidak tahan lagi. Dia harus berbuat sesuatu sekarang juga.

"Bang, saya ijin ke toilet sebentar."

"Iya, di belakang."

Najwa keluar dari ruangan sambil pura-pura menuju toilet. Tapi dia malah menuju ke arah jendela dan membuka hp-nya.

Dengan tangan gemetar, dia mengetik pesan ke hotline Komnas HAM yang nomornya sudah dia simpan sejak lama:

"URGENT! Trafficking operation sedang berlangsung di Jalan Raya Ciomas KM 7, Bogor. Ada anak 14 tahun yang baru diculik. Mohon bantuan segera! Saya punya bukti lengkap operasi sindikat trafficking."

Setelah mengirim pesan, Najwa kembali ke ruangan dengan hati berdebar.

"Gimana? Udah paham prosesnya?" Bang Dodi bertanya.

"Sudah, Bang. Sangat jelas."

"Bagus. Sekarang kita balik ke base."

Selama perjalanan pulang, Najwa terus gelisah mengecek hp-nya. Belum ada balasan dari Komnas HAM.

Sampai di training center, mereka dikumpulkan lagi untuk debriefing.

"Gimana observasi hari ini?" Bos Heri bertanya.

"Sangat informatif, Pak." Najwa menjawab sambil berusaha terdengar antusias.

"Bagus. Minggu depan kalian akan mulai ikut eksekusi langsung."

Jantung Najwa berhenti berdetak mendengar itu. Dia nggak bisa ikut eksekusi beneran. Dia harus berbuat sesuatu sebelum terlambat.

"Pak, saya ijin ke toilet sebentar."

"Iya, tapi cepetan. Masih ada materi lagi."

Najwa ke toilet sambil mengecek hp. Akhirnya ada balasan dari Komnas HAM:

"Terima kasih atas laporan. Tim kami akan segera koordinasi dengan aparat. Bisakah Anda memberikan informasi lebih detail? Lokasi lengkap dan bukti yang Anda miliki?"

Najwa cepat-cepat mengetik balasan:

"Saya ada di dalam sindikat sebagai undercover. Punya bukti lengkap: foto, video, dokumen, struktur organisasi. Training center ada di kompleks pabrik lama daerah Ciseeng. Tolong cepat bertindak, ada anak yang dalam bahaya!"

Setelah mengirim pesan, dia kirim juga semua file bukti yang sudah dia kumpulkan selama ini.

Balasan datang cepat:

"Bukti sudah kami terima. Tim gabungan Polda Jabar dan Komnas HAM akan bergerak 1 jam lagi. Untuk keselamatan Anda, usahakan keluar dari lokasi dengan aman. Kami akan koordinasi untuk perlindungan saksi."

Najwa merasa lega sekaligus takut. Rencananya berhasil, tapi sekarang dia harus bertahan sampai bantuan datang.

Dia kembali ke ruang kelas dan mencoba bersikap normal. Tapi Lisa yang duduk di sebelahnya menyadari ada yang aneh.

"Najwa, kamu kenapa? Keliatan nervous banget."

"Nggak apa-apa. Cuma capek."

Satu jam kemudian, saat Bos Heri sedang menjelaskan materi tentang rute pengiriman ke luar negeri, tiba-tiba terdengar suara sirene polisi dari luar.

"APA ITU?" Bos Heri langsung panik.

Anak buahnya berlarian ke jendela untuk mengecek. "Bos! Polisi! Banyak banget!"

"SIAL!" Bos Heri memaki keras. "Siapa yang bocorkan?!"

Suara pengeras suara polisi terdengar dari luar: "INI POLDA JABAR DAN TIM GABUNGAN ANTI TRAFFICKING! SERAHKAN DIRI KALIAN!"

Chaos langsung terjadi di dalam ruangan. Semua orang panik dan berlarian.

"SEMUA HANCURKAN BUKTI!" Bos Heri berteriak.

Najwa melihat kesempatan ini. "Lisa! Sekarang kita kabur!"

"Najwa, kemana?!"

"Ikut aku!"

Najwa menarik tangan Lisa dan berlari keluar ruangan. Di koridor, mereka bertemu dengan beberapa peserta training lain yang juga panik.

"Kalian mau kemana?" Doni bertanya.

"Kabur! Mau ikut?" Lisa berteriak.

"Ikut!"

Mereka berlari menuju pintu keluar sambil mendengar suara tembakan dan teriakan dari berbagai arah.

Di halaman depan, Najwa melihat puluhan petugas bersenjata yang sudah mengepung bangunan.

"KAMI MENYERAH!" Najwa berteriak sambil mengangkat tangan.

"KAMI KORBAN! KAMI DIPAKSA!" Lisa ikut berteriak.

Petugas langsung menghampiri mereka dan memisahkan dari kelompok lain.

"Kalian yang lapor ke Komnas HAM?" Salah satu petugas bertanya.

"Iya! Saya yang lapor!" Najwa menjawab.

"Bagus. Kalian aman sekarang."

Operasi penggerebekan berlangsung hampir dua jam. Banyak anggota sindikat yang berhasil ditangkap, termasuk Pak Joko, Bang Ucok, Bang Dodi, dan Andi.

Tapi ketika Najwa ditanya tentang Bos Heri, jawaban petugas membuat hatinya hancur.

"Bos Heri berhasil kabur. Dia sudah tidak ada saat kami masuk ke dalam."

"Bagaimana bisa?"

"Sepertinya dia punya jalur evakuasi rahasia. Kami sudah cari ke seluruh bangunan, tapi dia menghilang."

Najwa merasa kecewa berat. Dalang utama sindikat masih bebas berkeliaran.

"Tapi operasi ini tetap sukses. Kami berhasil menyelamatkan lima korban, termasuk gadis berusia empat belas tahun yang baru diculik hari ini."

"Dini?" Najwa bertanya.

"Iya. Dia sudah dibawa ke rumah sakit untuk perawatan."

Najwa merasa lega mendengar Dini berhasil diselamatkan.

"Sekarang kalian akan dibawa untuk memberikan kesaksian lengkap. Kalian akan mendapat perlindungan saksi."

Najwa mengangguk sambil memeluk Lisa yang masih gemetar ketakutan.

"Lisa, kita berhasil. Kita selamat."

"Najwa, makasih. Kalau nggak ada kamu, aku mungkin bakal jadi monster beneran."

"Sama-sama. Kita harus saling nolong."

Malam itu, di kantor Komnas HAM, Najwa memberikan kesaksian lengkap tentang struktur organisasi, metode operasi, dan semua yang dia ketahui tentang sindikat trafficking.

"Kesaksian kamu sangat berharga, Najwa. Ini akan membantu membongkar seluruh jaringan mereka." Petugas Komnas HAM berkata.

"Tapi Bos Heri masih bebas. Dia masih bisa berbuat jahat."

"Kami akan terus memburu dia. Dan dengan bukti yang kamu berikan, cepat atau lambat dia pasti tertangkap."

Najwa berharap itu benar. Tapi deep down, dia tahu Bos Heri adalah orang yang sangat licik. Pria itu mungkin sudah merencanakan pelarian ini sejak lama.

"Yang penting, operasi trafficking yang dia pimpin sudah dibongkar. Kamu sudah menyelamatkan banyak nyawa, Najwa."

Najwa tersenyum tipis mendengar itu. Misi undercover-nya berhasil, meski tidak sempurna.

"Sekarang kamu bisa pulang ke panti asuhan. Tapi ingat, jangan cerita ke siapa-siapa tentang operasi ini sampai proses hukum selesai."

"Saya mengerti."

Malam itu, Najwa pulang ke Panti Asuhan Harapan Bangsa dengan perasaan lega sekaligus was-was. Misi undercover-nya selesai, tapi ancaman Bos Heri masih menghantui pikirannya.

"Najwa! Kamu dari mana aja? Udah malem banget!" Kirana langsung menyambut dengan khawatir.

"Maaf, Kir. Les matematikanya overtime."

"Les sampai malem? Aneh banget."

Najwa cuma tersenyum sambil masuk kamar. Dia tidak sabar untuk bertemu Sinta besok dan menceritakan semuanya.

Tapi dia tidak tahu bahwa Bos Heri, yang berhasil kabur, sudah merencanakan pembalasan dendam yang akan mengubah hidupnya sekali lagi.

1
kalea rizuky
Sinta ne sok tau
kalea rizuky
Sinta ne g tau ya di posisi nazwa
kalea rizuky
nah gt donk bales pake otak jangan teriak teriak
kalea rizuky
pantes like dikit MC terlalu goblok. Thor lain kali. bkin cerita yg valid donk
kalea rizuky
tolol mending gk usah sekolah
kalea rizuky
bisanya nangis mending g usa sekolah pergi dr situ jual rmh trs krja
kalea rizuky
ne cwek oon mending penjarain bapak lu yg durhala
kalea rizuky
bodoh mending pergi lahh atau racun aja bapak loe biar mampus
parti camb
saran aja kata gue diganti dgn kata "saya/aku
😘Rahma_wjy😉 IG @rwati964021
saran aja nih untuk author, harus nya klo sma polisi, atau sma orng lain yg gk d knal or orng yg lbih tua bilang nya saya, jngn gue. klo gue itu untuk k sesama teman... ttp smangat ya💪💪
Rarara: iya kak,lupa ganti itu
total 1 replies
😘Rahma_wjy😉 IG @rwati964021
devinisi bpk nyusahin anak... bkn nya anak d nafkahin mlh ank d sruh krja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!