Kejadian satu malam dengan pria yang sangat membencinya membuat Vara memutuskan untuk meninggalkan kota dan mengubur harapannya dalam-dalam untuk melanjutkan pendidikan.
Kehidupan baru yang Vara kira akan tenang dan melupakan peristiwa buruk yang dialaminya ternyata hanya sementara saja. Hadirnya dua malaikat kecil di hidupnya membuat Vara mendapatkan cacian dari warga sekitar dari masa kehamilan sampai kedua anaknya lahir.
Setelah empat tahun berlalu Ibu yang mendapatkan tawaran untuk mengelola cafe milik kakaknya mengajak Vara untuk kembali ke kota. Ternyata nasib baik tidak berpihak kepada Vara. Setelah enam bulan ia pun dipertemukan kembali dengan Rangga ayah dari kedua anaknya. Perjalanan hidup baru Vara pun di mulai dengan terbongkarnya rahasia yang diketahui Rangga bahwa ia memiliki anak kembar dari Vara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenapa lama sekali?
Sesampainya di rumah, Bayu, Mita, Rangga dan Lala kini sedang berkumpul di ruang keluarga rumah mereka membahas permasalahan yang terjadi di rumah Ilham tadi.
"Kak Audi itu memang tidak tau malu ya kak! Sudah jelas kakak tidak pernah merespon perasaannya selama ini, tapi tetap saja dia selalu mengharapkan balasan cinta kakak sampai saat ini." ucap Lala menggerutu.
Rangga hanya acuh saja, tidak berniat menimpali ucapan adiknya itu. Menurutnya, hal seperti ini sudah biasa ia temui sedari ia bersekolah dulu. Terlebih sewaktu ia melanjutkan pendidikan di luar negri. Banyak sekali wanita yang mencoba mendekati bahkan merayunya yang berujung patah hati akan penolakan Rangga secara tidak langsung. Dengan andil asisten Jo yang selalu berada di samping bosnya dengan menghalangi para wanita yang mencoba mendekati Rangga.
Lala berdecak melihat kakaknya yang hanya acuh saja tanpa menjawab ucapannya. "Lala lebih suka jika kakak bersama kak Vara, yang jauh lebih baik di banding tante-tante itu." Ucap Lala yang langsung mendapat pelototan dari sang mama.
"Lala!" ucap mama Mita yang tidak habis pikir akan ucapan anaknya itu.
Lala hanya cengengesan menanggapi pelototan mamanya. "Lagian memang benar kok ma! Gaya kak Audi kan memang mirip tante-tante." lanjut Lala dan semua yang berada di ruangan itu hanya menggelengkan kepala atas ucapan Lala.
"Mama jadi Rindu sama cucu-cucu mama. Rangga, bisakah besok kamu menbawa Aidan dan Yura untuk menginap di sini satu malam saja? Mama sangat ingin tidur bersama cucu-cucu mama." ucap mama Mita mengalihkan pembicaraan.
"Agh iya! Lala sangat rindu dengan dua bocah kecil yang sangat menggemaskan itu. Ayolah kak....., bawa Aidan dan Yura untuk menginap di sini besok." pinta Lala.
"Akan Rangga usahakan ma." jawab Rangga datar. Sejujurnya ia pun sangat merindukan kedua buah hatinya itu. Sudah beberapa hari ini ia tidak sempat berkunjung ke cafe Vara karena kesibukannya mengurus proyek besar yang akan ditanganinya sangat menyita waktunya.
Mama Mita dan Lala nampak senang akan jawaban Rangga. Mereka sangat tidak sabar untuk mengajak Aidan dan Yura bermain di rumah mereka dan tidur bersama. Rangga yang melihat raut kebahagiaan yang terpancar dari dua orang yang sangat di sayanginya itu hanya menyunggingkan senyum tipis di bibirnya.
"Papa ke ruang kerja dulu, ada urusan pekerjaan yang harus papa kerjakan sebentar. Sebaiknya kalian istirahatlah. Dan kamu Rangga, cepatlah ambil keputusan kapan kalian akan menikah. Jangan terlalu lama mengulur waktu! Semakin cepat kalian menikah maka semakin cepat pula anak-anak kalian merasakan mempunyai keluarga yang lengkap." ucap papa Bayu tegas.
"Baik pa! Rangga masih menunggu waktu yang tepat untuk itu."
"Papa percaya kamu bisa mengatasinya. Istirahatlah! Kamu butuh waktu istirahat yang cukup untuk hari esok yang lebih melelahkan." lanjut papa Bayu.
Rangga mengangguk. "Terimakasih pa! Rangga juga ke kamar dulu untuk istirahat. Mama dan Lala jangan terlalu larut tidurnya." pamit Rangga pada mamanya yang masih asik membicarakan Aidan dan Ayura bersama Lala. Mama Mita hanya mengangguk dan melanjutkan kembali pembicaraannya bersama Lala.
***
Rangga masuk ke dalam cafe sore itu dengan raut wajah lelahnya. Ia baru saja pulang dari luar kota memantau proyek pembangunan hotel yang sedang berjalan. Dilihatnya Vara sedang menyuapi Yura puding buah menggunakan garpu kecil di tangannya. Sesekali mereka nampak tertawa, entah apa yang mereka tertawakan. Sedangkan Aidan hanya acuh saja memakan puding buahnya sendiri. Melihat hal itu, hati Rangga semakin berdesir membayangkan jika ia menikah dengan Vara setiap hari akan melihat pemandangan yang sejuk dipandang mata itu.
Rangga melangkahkan kaki jenjangnya semakin cepat ke arah ibu dan anak itu. Yura yang melihat kedatangan ayahnya pun turun dari kursi yang di dudukinya dan langsung berhambur memeluk kaki sang ayah.
"Kenapa ayah lama sekali tidak kemali? Kata bunda ayah sibuk bekelja? Ayah sibuk bekelja setiap hali yah?" tanya Yura yang sudah berada dalam gendongan sang ayah.
Rangga hanya tersenyum dan mencium kening Yura beserta kedua pipi bulat miliknya. "Maafkan ayah belum bisa kemari dari kemarin ya sayang. Ayah sangat sibuk bekerja." jelas Rangga dan mendudukkan Yura di kursi semula. Kemudian Rangga beralih ke arah Aidan dan mengelus lembut rambut putranya yang bewarna pirang itu. Aidan hanya tersenyum tipis menanggapinya. Dalam hatinya ia juga sangat merindukan sang ayah sama seperti Yura.
"Apa Aidan tidak rindu ayah?" tanya Rangga yang melihat putranya itu hanya diam saja sedari tadi.
Aidan melirik Yura sekilas dan beralih ke arah ayahnya. "Rindu yah, tapi Aidan mengerti ayah sedang sibuk bekerja. Tidak seperti Yura, dia selalu saja merengek ingin bertemu ayah. Bahkan memaksa bunda mengantarkannya ke rumah nenek dan kakek." ejek Aidan.
Yura langsung memasang muka ingin menangis mendengarkan aduan kakaknya itu. Vara yang melihatnya pun langsung mendudukkan Yura di pahanya dan memeluk Yura mengalihkan air mata yang akan terjun bebas di kedua sudut matanya.
"Yula kan cuma lindu sama ayah, kenapa kakak bicala sepelti itu... Huaaaa...." akhirnya tumpah juga tangisan Yura. Gadis kecil itu memang sulit sekali menahan tangisannya jika merasa disudutkan.
"Eh..., kok malah nangis anak ayah..." Rangga mengambil alih Yura dari Vara dan memeluknya, seraya mengelus punggung gadis kecilnya itu. "Kenapa lo tidak ajak saja mereka ke rumah mama? Mama juga pasti senang jika mereka ke rumah." Tanya Rangga ke arah Vara.
Vara ingin sekali mengajak anak-anakya itu pergi ke rumah orang tua Rangga dari kemarin. Mengingat Yura yang selalu merengek ingin bertemu ayahnya dan juga kedua orang tua Rangga. Tapi ia masih tidak enak hati untuk ke sana mengingat kejadian tempo hari dimana ia pulang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Vara juga merasa tidak sopan atas perilakunya terhadap kedua orang tua Rangga waktu itu. Sehingga ia memilih mengurungkan niatnya untuk pergi ke rumah Rangga.
"Aku masih tidak enak jika berjumpa orang tua kamu lagi Rangga. Pertemuan kami terakhir kali sungguh mengganggu fikiranku. Rasanya aku sungguh tidak sopan waktu itu. Aku takut orang tua kamu tidak mau menerima anak-anakku—"
"Anak kita!" pungkas Rangga.
Vara menunduk takut akan tatapan elang yang dihunuskan Rangga kepadanya. "Maaf." ucapnya pelan.
"Lo jangan berpikiran yang macam-macam! Orang tua gue gak mempermasalahkan sama sekali sikap lo waktu itu, bahkan mama sangat tidak enak kepada lo, karena takut lo salah paham akan ucapan mama. Mama bahkan sama sekali tidak bermaksud merendahkan lo waktu itu." jelas Rangga tegas.
Kenapa Rangga berkata seperti itu, aku jadi merasa bersalah kepada tante Mita.
Rangga menghela nafasnya melihat mata Vara yang sudah tergenang. Sekarang ia tau dari mana sifat cengeng Yura itu berasal.
RANGGA KAMU SALAH MENILAI VARA YG MSH LUGU SUCI