Cinta itu buta, mengaburkan logika dan hati nurani. Itulah yang Andien alami dalam pernikahannya bersama Daniel.
Setelah lima tahun berusaha mengembalikan perusahaan Barmastya ke performa yang lebih baik, pada akhirnya Andien tetap dibuang oleh sang suami begitu cinta pertamanya kembali.
Bukan hanya waku, perasaan, namun juga harta dan pikiran telah Andien curahkan kepada suami dan keluarganya pada akhirnya hanya satu kata yang didapatkannya “Cerai” dan diusir tanpa membawa apapun, terlunta-lunta dijalan dan terhina.
Disaat tengah merenggang nyawa, Andien yang terkapar dipinggir jalan tiba-tiba terselamatkan oleh sebuah keajaiban yang memberinya sebuah system bernama Quen System.
Dengan bantuan system, Andien bangkit. Menjadi sosok wanita sukses, kuat dan kaya raya. Diapun membalas semua perbuatan buruk sang suami dan orang-orang yang menyakitinya satu persatu dimasa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AWAL KEHANCURAN LUNA
Di rumah sakit swasta terbesar di ibukota, seorang gadis berjalan lunglai sambil memegang hasil pemeriksaan dari ruang dokter internist.
Dengan lemas, diapun duduk dikursi ruang tunggu yang ada disudut ruangan sambil mencengkeram erat kertas ditangannya. Mata bagian atas gadis itu turun ke arah bawah, tatapan matanya terlihat kosong dengan bagian sudut bibir sedikit turun dan bergetar, “AIDS? Tidak mungkin, ini pasti salah. Aku tak mungkin terkena penyakit mematikan itu”, batinnya menangis.
Gadis itu merasa dirinya hancur, dia seakan tak memiliki lagi harapan untuk hidup. “Kenapa! kenapa kesialan ini terus datang menghampiriku”, gumannya dengan bibir bergetar.
“Tidak mungkin. Aku tak percaya jika penyakit ini ada dalam tubuhku”, Luna menggeleng cepat, masih tak menerima akan nasib buruk yang menimpa dirinya.
Luna menutup mulutnya dengan satu tangan agar suara isak tangisnya tak terdengar nyaring, dia sangat putus asa melihat hasil pemeriksaan yang didapatkannya.
Setelah memutuskan untuk tak lagi melanjutkan kuliahnya karena tak tahan dikucilkan dan dibully setelah keluarganya mengalami kebangkrutan, Luna pun memutuskan untuk benar-benar terjun kedalam lembah hitam hanya demi bisa mendapatkan kemewahan yang diidamkannya.
Bekerja sebagai pemuas nafsu para lelaki hidung belang, Luna yang ingin mendapatkan hasil yang lebih besar pun bersedia menjadi peliharaan seorang konglomerat tua yang kaya dan membawanya ke ibukota, mengenalkannya dengan rekan-rekannya yang juga memiliki kehidupan yang sama, sex dan pesta liar.
Banyaknya uang yang diberikan oleh lelaki tua itu membuat Luna terlena, hingga diapun mulai terjerat pada lingkaran setan yang tak mungkin bisa dia lepaskan dengan mudah.
Drttt...
Bunyi ponsel berhasil mengalihkan kesedihannya sementara waktu. Setelah mengusap kasar air mata yang mengalir dikedua matanya, Luna berdehem dua kali untuk menormalkan suaranya dan segera menjawab panggilan telepon dengan ceria, seolah tak ada apa-apa.
Menggunakan headshet yang dipasang ditelinganya, Luna bercengkerama manja dengan sugar daddynya yang lain.
Karena keserakahannya, Luna tak puas memiliki satu sugar daddy yang memeliharanya. Diapun memiliki tiga sugar daddy sehingga kantongnya tak pernah kering dan dia bisa hidup nyaman, membeli apapun yang dia mau tanpa beban.
Begitu sambungan telepon berakhir, Luna mencengkeram kertas yang ada ditangannya kuat-kuat, hingga mengecil dan memasukkannya asal kedalam tas branded yang dipakainya.
Setelah mengusap air matanya dengan kasar, Luna berjalan menuju toilet untuk merapikan riasannya. Semangatnya yang tadi menghilang kini telah kembali lagi setelah dia mensugesti dirinya bahwa dia pasti akan sembuh.
“Tidak apa Luna. Bukankah dokter bilang jika penderita AIDS masih bisa bertahan hidup dengan pengobatan antiretroviral (ARV) yang efektif untuk memperlambat perkembangan virus dan meningkatkan kualitas hidup. Penderita AIDS juga dapat menjalani hidup normal seperti orang pada umumnya dengan dukungan pengobatan, pola hidup sehat, dan dukungan social, jadi kamu jangan takut lagi ya ”, gumannya, mensugesti diri sendiri.
Setelah membangun mainsheet seperti itu, Luna menepuk kedua pipinya beberapa kali dan mulai tersenyum lebar. Seolah hasil pemeriksaan yang sempat membuatnya stress tadi tak pernah ada.
Luna tak tahu siapa yang telah menularinya penyakit mematikan tersebut karena banyak pelanggannya, terutama yang membayar dengan harga mahal, rata-rata dari mereka tak mau menggunakan pengaman ketika melakukan hubungan badan.
Untung saja Luna sudah memakai alat kontrasepsi, sehingga dia tak akan mungkin hamil dan mengandung benih dari para pelanggan yang menggunakan jasanya.
Dengan penuh percaya diri, Luna melangkah keluar dari rumah sakit tanpa sadar jika ada seseorang yang sedari tadi membuntutinya, seorang pria dengan pakaian, masker dan topi hitam berjalan dibelakangnya.
“Target sudah keluar. Waktunya eksekusi”, ucapnya melalui earphone yang terpasang ditelinganya dengan lirih.
Rekan yang baru saja pria misterius itu hubungi segera memberi isyarat rekannya yang lain begitu Luna mendekati mobilnya.
Tut...klik!
Baru saja pintu mobil Luna buka, dari arah belakang ada seorang pria membekapnya menggunakan saputangan yang telah diberi obat bius.
Melihat targetnya pingsan, pria tersebut membawanya masuk ke bagian penumpang sementara dua rekannya yang lain segera masuk dan duduk didepan, membawa mobil mewah bersama target keluar dari halaman rumah sakit.
Setelah menempuh perjalanan satu jam, Luna yang masih pingsan, didudukkan disebuah kursi, kedua tangannya diikat kebelakang sementara kedua kakinya terikat pada kaki kursi yang dia duduki.
“Bangunkan dia”, perintah seorang wanita berusia lima puluh tahunan tajam.
PLAK! PLAK!
Luna yang ditampar keras dua kali terbangun dengan ekpresi linglung. “Ada apa ini? kenapa aku disini?”, gumannya sambil mengerjap beberapa kali, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam iris matanya.
“Akhirnya, kamu bangun juga jalang”, ucap wanita tersebut dengan nada meremehkan dan tatapan jijik.
Luna yang telah tersadar sepenuhnya, melihat jika didepannya merupakan istri dari salah satu sugar daddynya, tak merasa takut, justru dia malah mengangkat dagunya tinggi-tinggi, seolah memberikan perlawanan yang sengit.
“Oh, itu kamu ternyata. Wanita tua yang tak lagi diinginkannya”, ucapnya sambil terkekeh pelan, tatapan mata Luna seolah mentertawakan kemalangan yang wanita itu alami selama ini.
Wanita tua itu tak terprovokasi oleh ucapan Luna, justru dia tersenyum sambil berjalan mendekat sambil membawa sebuah pisau kecil yang tajam.
“Apakah wajah ini yang selama ini menjadi kebanggaanmu”, ujarnya sambil mulai melukis diwajah yang penuh dempulan itu hingga darah segar menetes di dagu Luna.
“Atau yang ini!”, ucapnya sambil menusuk kuat ke bagian dada Luna dan memutarnya sebentar sebelum menarik kembali pisau kecil yang menancap disana.
Ketika wanita itu hendak melanjutkan aksinya, tiba-tiba salah satu pengawalnya berteriak, “Nyonya, hati-hati. Wanita ini telah dinyatakan positive AIDS”, ujarnya, membuat wanita berusia 50 tahunan itu segera membuang pisau penuh darah itu asal dan membersihkan tangannya dengan cairan disinfektan.
“Dasar jalang! Selain murahan, kamu juga ternyata menebar penyakit mematikan”, umpatnya penuh amarah.
Wanita itu pun segera menyuruh anak buahnya untuk memotong lidah Luna, mematahkan kedua kakinya dan membuangnya dijalan. Tak lupa, dia juga menyuruh anak buahnya untuk memberikan tulisan di tubuh gadis itu jika dia mengidaps AIDS sehingga tak ada orang yang berani menolongnya.
Selanjutnya, wanita itupun segera pergi kerumah sakit untuk memeriksakan diri karena takut jika darah Luna yang sempat mengenai tangannya bisa membuatnya tertular.
Luna yang baru saja divonis menderita AIDS, kini harus kehilangan lidah dan wajahnya rusak serta satu silicon didadanya, yang baru saja ditusuk bocor pun merasa hidupnya benar-benar hancur.
Dengan kedua kaki yang patah, dia dibuang dijalanan yang sepi begitu saja oleh para bodyguard istri sugar daddynya.
Tak membawa ponsel atau dompet, Luna hanya bisa menyeret tubuhnya ke pinggir jalan untuk menepi agar tak tertabrak kendaraan yang nanti akan melintas.
“Apakah ini yang Andien dulu rasakan ketika aku dan mama mengusirnya dan melemparkannya ke jalanan”, batinnya penuh penyesalan.
Menyesal sekarang pun tak ada gunanya. Apalagi dengan tulisan yang dipasang rapat di punggungnya, semua orang akan tahu jika dia mengidap penyakit mematikan dan berbahaya, AIDS sehingga peluangnya untuk mendapatkan bantuan sangatlah kecil.