Nayyara : Istri Rahasia & Ibu Sambung

Ravin menggeram kesal, Tari dan Ibunya memang tidak bisa di diamkan, mereka memanfaatkan kesempatan.

"Ada apa?" suara bariton Raka terdengar jelas, pria paruh baya itu menepuk pundak Ravin.

"Tari berulah lagi, sekarang dia mulai ngehasut Ayah mertua buat belain dia." Ravin begitu geram, rahangnya mengeras serta tangan nya mengepal kuat.

Raka tersenyum sinis, sudah dia duga Ibu tiri menantunya itu akan berulah kembali, Ravin memang keras kepala padahal Raka sudah memperingatkannya.

"Papi kan udah pernah ingetin kamu Ravindra, tapi kamu gak pernah mau dengerin Papi." Raka menyindir Ravin, Mas Duda itu menarik nafas pelan.

"Pi aku kan udah-" Raka mengangkat tangannya, dia sudah tau alasan apa yang akan dikeluarkan oleh Ravin.

"Papi udah tau alesan kamu, Papi sekarang cuma mau bilang jangan ditunda lagi! Selesaikan sekarang atau Papi sendiri yang labrak mertuamu itu!" ancam Raka yang sudah muak dengan kelicikan Tari, apalagi Ratu yang jadi korbannya.

"Aku bisa beresin semuanya Pi, bukti udah valid dan aku pastiin Ayah mertua gak akan bisa bela mereka." ucap Ravin penuh tekad, sorot matanya menajam dan wajahnya memerah.

"Bagus, Papi tunggu janji kamu dan inget masalah Ratu mau tinggal sama siapa biar Ratu yang putusin sendiri, kalo mau sama Papi kamu gak boleh larang." ujar Raka menepuk pundak Ravin.

Setelah mengatakan itu Raka langsung pulang, sementara Ravin terdiam.

"Aku gak bisa biarin Ratu milih pergi sama Mami-Papi, aku harus cari cara supaya Ratu tetep tinggal sama aku, walaupun aku harus nikahin Nayya!" gumam Ravin, tekad pria itu sudah bulat dan seperti biasa Ravin akan melakukan apapun untuk mendapat apa yang dia inginkan.

****

Nayya datang ke rumah sakit dengan perasaan tak karuan, bayangan Ravin mengungkapkan niatnya membuat Nayya masih syok berat.

Pria arogan itu tiba-tiba saja melamarnya, wajah datar Ravin itu sama sekali tidak meyakinkan.

"Sebenernya apa sih mau dia? Kenapa tiba-tiba punya pikiran buat lamar aku?" gumam Nayya duduk di salah satu kursi tunggu sebelum masuk ke ruangan Ayahnya.

"Ini semua pasti karena Ratu, bukan gara-gara jatuh cinta sama aku kan?" Nayya langsung menggelengkan kepalanya.

"Selama ini dia selalu keras sama aku, jadi gak mungkin dia lamar aku gitu aja." Nayya menepuk pipinya pelan.

Bukannya baper dengan pernyataan Rivan tadi, Nayya justru merasa takut dan syok.

Pertama Ravin dan dirinya berasal dari keluarga berbeda, kedua Nayya yakin jika perasaan Ravin masih untuk istrinya yang sudah meninggal.

Terakhir, Nayya masih ingat kejadian Ratu yang ditinggal oleh Tari, dari situ saja Nayya sudah bisa menyimpulkan jika ada konflik antara Ravin dan Tari.

"Huh! Lebih baik aku temuin Ayah, jangan dipikirin lagi Nayya, anggap angin lalu oke.." Nayya menyemangati dirinya sendiri.

Setelah itu Nayya segera pergi ke ruangan Nanda, dimana ada Vira yang masih stay disana sementara kedua orang tuanya sudah pulang.

****

"Nayya kamu kenapa?" tanya Vira kebingungan begitu melihat Nayya datang, tapi wajahnya terlihat panik.

"Aku gapapa Vira." Nayya duduk di samping Vira, meskipun sudah mencoba untuk melupakan masalah tadi Nayya tetap tidak bisa melupakannya.

Dari atas brankar, Nanda yang sedang beristirahat merasa terganggu karena suara berisik.

Nanda perlahan membuka matanya, tapi tidak bersuara pria paruh baya itu penasaran apa yang membuat putrinya itu gugup.

"Nayya sebenernya kamu kenapa sih?" tanya Vira lagi, dia yakin terjadi sesuatu pada Nayya.

"Vira ini beneran bikin aku pusing deh."

"Maksudnya gimana?"

"Ituloh, Papanya Ratu tiba-tiba ngajak aku nikah!"

"Apa?!"

'Jadi Nak Ravin setuju?' batin Nanda tersenyum tanpa sadar.

*FLASHBACK ON*

Kembali ke hari dimana Nanda berbicara berdua dengan Ravin, Nayya sendiri sedang menenangkan Ratu yang saat itu masih menangis.

"Nak Ravin, boleh Bapak tanya sesuatu?" Nanda sedikit mengakrabkan diri, tidak formal lagi seperti tadi.

"Boleh Pak silahkan." Ravin tidak keberatan sama sekali.

"Apa Nak Ravin sudah memiliki calon istri?" tanya Nanda serius.

"Tidak Pak, sampai saat ini belum ada yang cocok jadi Ibu sambung Ratu." Ravin menarik nafas pelan.

"Bukannya saya tidak mau menikah lagi, selain masih belum menemukan yang tepat, kebanyakan yang mendekati saya itu tidak saya tulus pada Ratu..."

"Mereka hanya menginginkan saya, terutama jabatan serta harta yang saya miliki." ucap Ravin jujur, salah satu alasan Ravin selalu bersikap arogan dan galak ya karena banyak sekali wanita yang sengaja menggodanya apalagi setelah istrinya meninggal.

"Astaghfirullah...." Nanda mengucap istighfar, ternyata ujian seorang pria yang mapan itu seperti ini.

"Bapak mengerti, pasti godaan pria tidak jauh dari wanita tapi Bapak salut karena Nak Ravin masih mampu mempertahankan kesetiaan Nak Ravin." puji Nanda jujur, sangat sulit rasanya menemuka  pria setia seperti Ravin.

"Saya tidak pernah berpikir seperti itu Pak, kalo saya nekat saya takut karma itu akan kembali pada anak saya Ratu." ternyata meskipun terlihat egois, Ravin tetap memikirkan Ratu.

"Bagus itu Nak, Bapak harap Nak Ravin mempertahankan prinsip Nak Ravin, setia hanya untuk keluarga."

"Aamiin..."

"Nak Ravin, kriteria calon istri Nak Ravin seperti apa kalo boleh Bapak tau, Nak Ravin boleh jawab kalo tidak keberatan." sebenarnya Nanda tak enak hati untuk menanyakan ini, tapi jika diam saja pun tidak tenang juga.

Benar saja Ravin mengerutkan keningnya bingung, dia tidak menyangka jika Nanda akan bertanya seperti itu.

"Sebenarnya saya ingin mencari istri yang melihat kekurangan saya dan menerimanya, bukan melihat kelebihan saya, pastinya saya juga ingin istri saya kelak menyayangi Ratu seperti putrinya." jawab Ravin tidak berbohong, dia memang mencari calon istri yang tulus.

Nanda tersenyum, pria paruh baya itu memegang tangan Ravin.

"Nak, Bapak tidak tau kapan sisa waktu Bapak di dunia ini, tapi boleh Bapak minta tolong ini hanya permintaan dan harapan, kalo semua ini tidak bisa dipenuhi nanti Bapak tetap ikhlas..." mata Nanda sangat tulus menatap Ravin.

"Kenapa Bapak bicara seperti itu, Bapak harus panjang umur supaya Nayya bahagia." ucap Ravin, mendadak dia tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya Nayya jika kehilangan Nanda lagi.

"Bapak tidak bisa melawan takdir Nak...."

"Apa Nak Ravin mau mendengarkan permintaan Bapak?" Ravin mengangguk.

Nanda kembali tersenyum, pria paruh baya itu menarik nafas pelan sebelum akhirnya kembali bersuara.

"Jika nanti Bapak benar-benar pergi nanti, apa Nak Ravin bisa menikah dengan Nayya?"

Deg!

"A-apa?"

"Bapak merasa hati ini lebih tenang melihat Nayya bersama Nak Ravin, ada Ratu juga yang bisa sedikit mengobati kesedihan Nayya nantinya...."

"Jika tidak bisa, maka Bapak minta tolong untuk menjaga Nayya sampai menemukan orang yang tepat..."

"Bapak tidak memaksa, keputusan tetap ada di tangan Nak Ravin dan Nayya."

Bersambung........