NovelToon NovelToon
Cinta Di Raga Baru

Cinta Di Raga Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Mengubah Takdir / Transmigrasi
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Erunisa

Nayla hidup dalam pernikahan penuh luka, suami tempramental, mertua galak, dan rumah yang tak pernah memberinya kehangatan. Hingga suatu malam, sebuah kecelakaan merenggut tubuhnya… namun tidak jiwanya.
Ketika Nayla membuka mata, ia terbangun di tubuh wanita lain, Arlena Wijaya, istri seorang pengusaha muda kaya raya. Rumah megah, kamar mewah, perhatian yang tulus… dan seorang suami bernama Davin Wijaya, pria hangat yang memperlakukannya seolah ia adalah dunia.

Davin mengira istrinya mengalami gegar otak setelah jatuh dari tangga, hingga tidak sadar bahwa “Arlena” kini adalah jiwa lain yang ketakutan.

Namun kejutan terbesar datang ketika Nayla mengetahui bahwa Arlena sudah memiliki seorang putra berusia empat tahun, Zavier anak manis yang langsung memanggilnya Mama dan mencuri hatinya sejak pandangan pertama.
Nayla bingung, haruskah tetap menjadi Arlena yang hidup penuh cinta, atau mencari jalan untuk kembali menjadi Nayla..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erunisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Nayla kembali terjaga dari tidurnya, otaknya terlalu berisik sehingga Nayla sulit tidur, sedangkan Davin sudah terlelap disampingnya. Napas suaminya teratur, hangat, menenangkan, namun pikiran Nayla justru dipenuhi wajah lain, yaitu Rama.

Bayangan pria itu terus muncul, terutama sejak pertemuan di kantor suaminya dan berlanjut di moll. Cara Rama tertawa bersama keluarga barunya, cara Rama menggenggam tangan Maria Sari seolah tidak pernah meninggalkan siapa pun di masa lalu.

Dan, Nayla teringat Farida, Ibunya yang selama ini hidup dengan kenangan dan penantian.

Nayla hanya ingin melihat reaksi Rama saat bertemu tatap dengan ibunya, tidak lebih. Tidak kurang.

Bukan untuk membuat keributan. Bukan pula untuk mempermalukan. Nayla hanya ingin tahu, apakah Rama masih punya nurani ketika berhadapan dengan perempuan yang dulu ia tinggalkan begitu saja.

Namun satu hal selalu menghalangi Nayla, yaitu Maria Sari.

Perempuan itu selalu berada di sisi Rama, seolah menjadi bayangan yang tidak pernah lepas. Setiap rencana yang muncul di kepala Nayla langsung gugur bahkan sebelum sempat terbentuk.

"Kalau pertemuan itu terasa sengaja, Rama pasti akan kabur." pikir Nayla.

"Kalau terlalu dipaksa, ibuku yang justru akan terluka." Nayla bimbang.

Nayla menghela napas pelan.

Ia membutuhkan momen yang terlihat biasa.

Momen yang tidak mengundang kecurigaan. Momen yang tampak seperti kebetulan.

Keesokan harinya, Nayla duduk di ruang keluarga sambil menatap ponselnya. Ia membuka media sosial, kebiasaan lama Arlena yang baru sekarang ia manfaatkan. Jarinya berhenti di sebuah unggahan.

Gala Amal Yayasan Cakrawala, Mengundang donatur dan keluarga.

Nayla membacanya perlahan. Yayasan milik Davin. Acara besar. Formal. Dihadiri para pebisnis dan keluarga mereka.

Dan di daftar sponsor, Nama Rama tercantum jelas.

Jantung Nayla berdetak sedikit lebih cepat.

Acara resmi berarti kehadiran banyak orang.

Bertemu banyak wajah lama bukanlah hal aneh.

Dan membawa orang tua sebagai pendamping, juga wajar.

“Mas,” panggil Nayla saat Davin baru saja duduk disebelahnya.

Davin menoleh. “Iya?”

“Aku boleh ikut gala yayasan minggu depan?” tanya Nayla, berusaha terdengar santai. “Dan, aku ingin mengajak Bu Farida.”

Davin terdiam sejenak, lalu tersenyum. “Tentu boleh. Malah aku senang kalau kamu mau ikut.”

Nayla mengangguk, jantungnya berdebar.

Ini belum rencana yang sempurna.

Namun cukup aman untuk sebuah pertemuan yang terlihat tidak disengaja.

Ia tidak tahu apa yang akan terjadi ketika mata Rama bertemu Farida.

Tidak tahu apakah pria itu akan membeku, berpura-pura lupa, atau justru tersenyum palsu.

Namun satu hal Nayla yakini, Kebenaran tidak perlu diumumkan keras-keras.

Kadang, cukup dihadirkan, dan biarkan hati yang bersalah bereaksi dengan sendirinya.

Sebelum menyelesaikan masalah Rama, Nayla akan terlebih dahulu mengurus urusan Edo, karena jangka waktu yang diberikan Nayla sudah habis, kali ini Nayla akan membuat perhitungan dengan Edo.

Sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan pagar. Sopir turun lebih dulu, membuka pintu. Nayla melangkah keluar dengan tenang. Setelan sederhana namun elegan membalut tubuhnya, tanpa riasan mencolok, tanpa perhiasan berlebihan.

Namun wibawanya… tidak bisa disembunyikan.

Nayla berdiri di depan rumah kontrakan yang dulu ia sebut rumah. Cat dindingnya masih sama, pagar besinya tetap berdecit ketika disentuh. Namun perasaan Nayla tidak lagi sama.

Dulu, Nayla berdiri di tempat dihadapannya sebagai istri yang menahan luka.

Sekarang, ia datang sebagai Arlena Wijaya.

Beberapa orang dari kantor properti ikut turun, membawa map dan berkas. Nayla mengangguk singkat pada mereka.

“Mulai sekarang,” kata Nayla datar, “ini resmi.” kata Nayla kembali.

ketika pintu di ketuk, Edo muncul dengan wajah kaget. Rautnya berubah cepat, terkejut, bingung, lalu tidak percaya ketika melihat siapa yang berdiri di depannya.

“Kamu… Arlena?” gumam Edo.

Nayla menatapnya lurus. Tidak ada sisa perasaan. Tidak ada amarah yang meledak. Hanya ketenangan dingin yang menusuk.

“Waktu tenggang sudah habis,” ujar Nayla tegas. “Silakan kosongkan rumah ini hari ini.”

Edo terdiam. “Ini… ini rumah kontrakan!”

“Yang sudah aku beli,” potong Nayla. Ia memberi isyarat pada staf properti yang langsung menunjukkan dokumen kepemilikan.

Wajah Edo memucat.

“Dulu kamu datang ke rumah ini sebagai suami, sekarang kamu pergi sebagai penyewa yang masa tinggalnya habis.” kata Nayla didalam hati.

“Mas, ada apa ini?” tiba-tiba keluar seorang wanita yang Nayla sangat tahu dia siapa.

Nayla melirik sebentar, bukan dengan kebencian, melainkan kelelahan panjang yang akhirnya dilepas.

“Siapkan barang-barang kalian,” kata Nayla dingin. “Aku beri waktu sampai sore.”

Belum sempat Edo membalas, suara dari samping menyela.

“Ada Ta..” perkataan seseorang terdengar menggantung dan membuat Nayla menoleh.

Seorang perempuan muncul dari rumah sebelah. Wajah yang terlalu sering Nayla lihat keluar masuk rumahnya dulu. Senyum yang dulu membuat Nayla merinding, meski tidak pernah punya bukti.

Kini, bukti tak lagi Nayla butuhkan.

Nayla menoleh perlahan. Tatapannya membuat perempuan itu spontan mundur selangkah.

“Rumah ini dan rumah sebelah juga milikku,” ucap Nayla tenang. “Dan aku tidak mengizinkan kalian tinggal di properti yang sama.”

“Apa maksudmu?” tanya perempuan itu gugup.

“Aku minta kamu pergi.”

Tidak ada teriakan. Tidak ada makian. Hanya kalimat pendek yang memutus segalanya.

Janda itu membuka mulut, ingin membela diri. Edo refleks melangkah maju. “Kamu tidak bisa seenaknya—”

“Aku bisa,” potong Nayla. “Dan aku sedang melakukannya.”

Nayla melangkah mendekat pada Edo, suaranya direndahkan, cukup hanya mereka yang mendengar.

“Dulu Nayla tidak punya bukti. Tidak punya kekuatan. Tidak punya siapa-siapa,” bisik Nayla. “Sekarang aku yang akan membalas penderitaan Nayla!”

Nayla mundur selangkah. “Karma tidak selalu datang dengan teriakan. Kadang datang, membawa kunci rumah.” kata Nayla lagi dengan senyum menyeringai.

Nayla berbalik tanpa menunggu jawaban. Langkahnya mantap saat kembali ke mobil.

Saat pintu tertutup, napas Nayla baru terasa lega. Bukan karena puas.

Melainkan karena luka lama akhirnya ditutup, tanpa air mata.

Di kaca mobil, bayangan wajah Arlena terpantul.

 "Terima kasih, kamu sudah membantuku." kata Nayla ke wajah yang saat ini ia tatap.

Setelah meninggalkan rumah kontrakan Edo, Nayla menyandarkan punggungnya di jok mobil. Perasaan puas perlahan mengendap, bukan sebagai euforia, melainkan kelegaan panjang yang akhirnya menemukan ujungnya.

"Satu luka selesai, Sekarang tinggal yang lain." kata Nayla.

Tanpa rencana panjang, Nayla meminta sopir mengarah ke kantor Davin. Ia hanya ingin melihat suaminya. Entah kenapa, setelah semua yang terjadi hari ini, kehadiran Davin terasa seperti jangkar, sesuatu yang membuatnya tetap berpijak.

Gedung tinggi milik suaminya menyambutnya dengan kesibukan khas sore hari. Para karyawan memberi salam ketika Nayla melangkah masuk. Tidak ada yang menahannya. Statusnya sebagai istri Davin sudah cukup.

Namun langkah Nayla terhenti begitu ia melihat ke arah ruang tamu eksekutif.

Davin duduk di sana.Berhadapan dengan seorang wanita.

Wanita itu cantik, bukan cantik biasa. Rapi, elegan, dengan senyum terlatih yang seolah tahu kapan harus digunakan. Rambutnya tergerai sempurna, pakaiannya sederhana namun mahal.

Nayla berhenti di balik sekat kaca, cukup jauh untuk tidak terlihat, cukup dekat untuk mengamati.

Ia tahu. Davin adalah pria dengan dunia luas. Setiap hari ia bertemu perempuan cerdas, cantik, dan ambisius. Itu bukan hal baru.

Namun yang ini… berbeda.

Cara wanita itu sedikit condong ke depan saat berbicara. Tatapan matanya terlalu fokus pada Davin, bukan pada berkas di tangannya. Senyumnya bertahan lebih lama dari yang seharusnya.

Dan Davin, Tetap sopan. Tetap profesional. Namun Nayla melihat satu hal yang membuat dadanya menegang.

Wanita itu terlalu mencurigakan.

Entah kenapa, ada rasa dingin menjalar di tengkuk Nayla.

Bahaya, bisik naluri Nayla. Bukan cemburu membabi buta. Bukan rasa tidak percaya.

Ini insting seorang perempuan yang pernah dikhianati, dan belajar membaca tanda-tanda kecil sebelum luka datang lagi.

Nayla menarik napas perlahan.

Ia tidak akan membuat adegan drama.

Tidak akan bertanya dengan emosi. Tidak akan bertindak gegabah.

Namun satu hal pasti, Nayla tidak akan mengabaikan hal yang dia lihat, ini terlalu bahaya, entah nanti dirinya yang akan terus bersama Davin, atau Arlena yang akan kembali, intinya, Nayla hanya ingin menyelamatkan rumah tangga Davin dan Arlena.

Karena kadang, bahaya tidak datang dengan wajah jahat.

kadang datang dengan senyum paling menawan, dan niat yang disembunyikan rapi di balik kata-kata manis.

Nayla melangkah maju, kali ini tanpa ragu.

Apa pun yang sedang terjadi di ruangan itu, ia akan melihatnya dengan mata kepala sendiri.

Dan jika wanita itu berniat mengusik rumah tangganya, maka Nayla tahu betul apa yang harus dia lakukan.

1
Yuni Anto
🥰KKA author 🥰 tersayang mkasih update nya 🥳🥳🥳🥰bulan ini di kasih update terbaru 2x🤩🤩🥳🥳🥰🥰🥰💪 semangat terus ya Thor 💪😍 sehat selalu Bwt kka/Determined//Angry//Determined//Angry/😍
Erunisa: terima kasih kaka, semoga kaka juga sehat
total 1 replies
Dewiendahsetiowati
mantab Nayla
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Putra Satria
🥰wah my 🩷 Thor 🩷 cinta banyak 2 bwt kka🥰 mkasih update terbaru hari ini 💪💪💪 terus y
Yuni Anto
🥰 makasih 🥰 update terbaru nya 💪💪💪 terus y Thor 🥳🥳🥳🥳🥰
Yuni Anto
next Thor 🥰
kawaiko
Gemes deh!
Rizitos Bonitos
Plot yang rumit tapi berhasil diungkap dengan cerdas.
Re Creators
Wah seru banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!