Di usia mudanya, Falya terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Padahal sebelumnya kehidupannya sangat sempurna. Tapi karena kesalahan fatal ayahnya, akhirnya ia dan keluarganya menanggung beban yang sangat berat.
Dan suatu hari,ia tak sengaja bertemu dengan sosok arwah penasaran yang justru mengikutinya ke mana pun dia pergi.
Siapakah sosok itu sebenarnya? Dan seberapa kuatnya seorang Falya menjalani kehidupannya???/
########
Untuk pembaca setia tulisan receh mak othor, mangga....di nikmati. Mohon jangan di bully. Mak othor masih banyak belajar soalnya. Kalo ngga ska, skip aja ya! Jangan di ksaih bintang satu hehehehe
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 29
Falya sudah berada di rumah sakit. Ia tidak langsung ke lantai di mana Rayan di rawat. Gadis itu memilih mandi di toilet umum lantai satu yang justru jarang di gunakan. Jadi, seandainya dia agak sedikit lama mandinya tidak perlu ada yang menggedor-gedor pintu kamar mandi yang ia gunakan.
Setelah menyiapkan semuanya, gadis itu pun membersihkan diri juga berdandan secukupnya. Karena jam kerjanya sudah hampir di mulai.
Falya akan menarik pintu kamar mandi nya namun terdengar suara aneh di kamar mandi sebelahnya. Suara desahan tapi dengan nada berat khas suara laki-laki. Falya menempelkan telinganya ke samping. Kamar mandi itu memang berbahan beton, tapi bagian atasnya tidak tersekat penuh.
Menyadari hal bodoh itu, Falya menepuk keningnya sendiri. Untuk apa menempelkan telinga ,toh percuma???
Falya tak langsung keluar dari kamar mandi. Ia memilih menunggu mereka keluar, atau mungkin salah satu dari mereka. Pikiran Falya sudah melanglang buana entah ke mana. Sesekali Falya melihat jam dipergelangan tangannya. Waktunya bekerja tinggal lima belas menit lagi. Walaupun ia sudah di gedung rumah sakit, tapi untuk berjalan ke lantai tempat Rayan berada membutuhkan waktu.
Tak lama kemudian, terdengar pintu kamar mandi sebelah di buka. Samar-samar terdengar obrolan dua orang pria yang di duga selesai...ah sudahlah!
Langkah kaki mereka terdengar menjauh hingga akhirnya Falya memberanikan diri untuk keluar. Tapi ternyata dugaannya salah, mereka masih ada di sana. Falya membeku seketika saat keduanya menatap dirinya dengan tatapan membunuh!
Falya menelan ludahnya dengan sangat pelan.
"Apa yang kamu dengar gadis kecil?'' tanya salah satunya. Falya menggeleng pelan.
"Benarkah?'' tanya nya lagi. Dengan ragu-ragu Falya mengangguk pelan. Lelaki itu menepuk-nepuk puncak kepala Falya dengan lembut.
"Kalau pun kamu mendengarnya, anggap saja tidak pernah terjadi! Oke??'' lelaki satunya menepuk pelan pipi Falya. Falya mengerjap kan matanya sesaat. Kedua lelaki itu pun meninggalkan Falya begitu saja.
Falya akhirnya menyadari kalau ia pasti akan terlambat ke ruangannya. Dengan terburu-buru ia pun menuju ke lanati tiga. Ia memilih mengunakan tangga darurat karena takut kepergok oleh seniornya di lanati lain. Nafasnya terputus-putus karena menaiki puluhan anak tangga. Beruntung, jarinya menyentuh mesin absen di waktu yang tepat.
Falya memilih duduk di lantai sambil meluruskan kakinya yang lelah.
"Udah , santai aja! Pasien tersayang mu lagi menerima tamu!'' kata suster Angel. Falya sedikit lega mendengar ucapan suster Angel.
"Aduh, makasih infonya ya sus!'' kata Falya tak enak.
"Lagian naik tangga darurat, kaya ngga ada lift aja!'' celetuk suster Angel. Falya meringis saat mendengar celetukan suster Angel.
"Tadi lift nya antri sus'' sahut Falya.
"Ya udah istirahat dulu, nanti kalau butuh apa-apa paling dia telepon langsung ke kamu.''
Falya mengiyakannya dengan anggukan pelan. Setelah itu, suster Angel pun meninggalkan nurse station karena jam kerjanya sudah selesai di gantikan oleh Falya.
"Hati-hati sus!'' kata Falya. Suster Angel hanya mengacungkan jempolnya sambil melangkah menjauh dari nurse station.
Di kamar Rayan ,ia sedang di kunjungi oleh rekan bisnisnya yang jika di lihat dari segi usianya lebih tua dari Rayan namun lebih muda dari Hanan.
"Kira-kira kapan kamu bisa keluar dari sini? Memangnya ngga bosan?'' tanya salah satu dari mereka.
"Tentu saja saya ingin secepatnya keluar. Tapi mau bagaimana lagi, semua butuh waktu.''
"Ya, cepat lah sembuh! Nanti kita bisa party lagi du klub! Kamu terlalu alim sampai jarang bahkan hampir tidak pernah ke sana kalau tidak di ajak Boy!'' katanya.
Rayan tersenyum tipis.
"Padahal di sana kita bisa melupakan kepenatan kita yang sudah berkutat dengan pekerjaan selama seminggu penuh.''
"Lain kali saja pak'' sahut Rayan.
"Oh ya, saya turut prihatin karena lusa kamu tidak jadi menikah. Tapi justru di gantikan kembaran mu ya?''
"Terimakasih atas perhatiannya. Tapi saya tidak masalah, tidak apa-apa. Jodoh sudah ada yang mengatur. Karena bagaimana pun kita di ciptakan berpasang-pasangan'' kata Rayan. Keduanya pun mengangguk. Lalu dua tamu Rayan mengobrol berdua hingga Rayan memanfaatkan menelpon Falya agar masuk ke ruangannya. Ia bermaksud ingin mengusir dua tamunya secara halus.
Falya yang sudah merasa sedikit pulih karena rasa lelahnya memudar pun langsung menuju ke kamar Rayan. Tak lupa ia memakai maskernya seperti biasa.
Terdengar suara tawa orang kaya saat kaki Falya menapaki ruangan bersuhu dingin itu. Gadis itu menegangkan bahunya saat melihat tamu yang sedang menjenguk Rayan.
Dua pria dewasa itu pun menoleh pada sosok perawat yang berjalan membawa nampan obat menuju ke ranjang Rayan. Setelah menguasai dirinya, Falya bersikap seolah tak pernah melihat dua pria dewasa itu. Dan sepertinya mereka juga tak mengenali Falya karena tadi gadis itu masih mengenakan kaos belum seragamnya.
"Selamat sore, saya mau memberikan obat. Setelah itu pasien harus beristirahat ya!'' kata Falya berbicara lembut.
"Baiklah kalau begitu, kami langsung pamit! Semoga lekas pulih !'' kata salah satu tamu Rayan menepuk punggung tangan Rayan. Mungkin Rayan biasa saja, tapi Falya menaikkan salah satu alsinya.
Entahlah, ia merasa ucapan pria itu tak tulus. Akhirnya kedua tamu Arrayan pun pulang. Falya memberikan obat untuk Rayan seperti yang di jadwalkan.
"Minum dulu!'' Falya menyerahkan obatnya tapi Rayan menggeleng.
"Aku belum makan!'' tolak Rayan. Falya menoleh ke atas nakas. Benar, makan siang Rayan masih utuh.
"Kenapa ngga makan? Kalo ngga bisa ambil, tadi kan bisa minta tolong suster Angel. Kalo perlu minta suapin sekalian!'' sindir Falya.
Arrayan terkekeh kecil mendengar sindiran Falya.
"Aku nunggu kamu datang buat nyuapin. Tapi dasar kamunya aja males, jam segini baru datang!'' oceh Rayan. Falya memanyunkan bibirnya.
"Aku cuma perawat rumah sakit, bukan asisten pribadi mu!'' kata Falya.
"Oh...kamu mau jadi perawat pribadiku? Oke!'' kata Rayan. Falya melirik apa yang akan Rayan lakukan dengan ponselnya.
[Halo om?]
[......]
[Baik om, semua membaik]
[........]
[Om, boleh kan suster Falya Mahira jadi perawat pribadiku di rumah? Nanti kalau urusan bayar pinalti ke rumah sakit karena menyalahi kontrak, aku yang urus]
Falya membelalakan matanya cukup lebar. Sedikit tak percaya jika Rayan benar-benar melakukan itu semua.
"Beres kan?'' tanya Rayan melemparkan ponselnya ke samping. Falya menghela nafas berat lalu mengambil makanan Rayan. Ia duduk di bangku di samping ranjang.
"Buka mulutnya!'' Falya menyodorkan sesendok nasi dan potongan ayam di depan mulut Rayan. Pemuda yang merasa menang itu pun menyambut suapan itu dengan senang hati. Mereka mengobrol ringan sampai makanan habis tak tersisa.
"Kamu sudah jadi perawat pribadiku, jadi lusa nanti kamu ikut aku ke acara nikahannya Arvino dan Jes!'' kata Rayan.
"Ngga!'' tolak Falya.
"Kenapa?'' tanya Rayan.
"Kamu ngga tahu ini tanggal berapa? Dompet ku udah sekarat, udah tahu kan aku habis ngeluarin duit habis-habisan buat nikahan Gio. Aku....''
Rayan menutup bibir Falya dengan telunjuknya hingga keduanya sama-sama terdiam dan saling menatap.
"Aku minta di temani, bukan nyuruh kamu nyumbang segala!'' kata Rayan.
"Tapi masa iya ke sana dengan tangan kosong? Setidaknya kan....''
Rayan menyentil kening Falya dengan pelan.
"Nurut kenapa sih, itung-itung belajar nurut sama suami!'' kata Rayan.
"Dih, suami dari hongkong!''
Falya mengambil obat yang tadi tertunda gara-gara Rayan yang mendrama belum makan.
"Gimana acaranya tadi, lancar kan? Kamu ngga nangis kan?'' tanya Rayan. Falya mengangguk pelan.
"Lancar!'' jawabnya singkat.
"Nangis?'' tanya pemuda itu. Falya memalingkan wajahnya di tanya seperti itu. Arrayan paham kesedihan Falya hingga kedua tangan gadis itu berada di atas pangkuannya.
"Sekarang kamu punya aku! Cerita semuanya ke aku, jangan di pendam sendiri!''
"Ya..ya..ya!'' kata Falya melepaskan tangannya yang bertumpu di atas pangkuan Rayan.
"Oh ya, mereka teman bisnis abang?'' tanya Falya. Rayan mengangguk pelan.
"Sepertinya mereka bukan teman yang baik. Aku takut kalau mereka menjerumuskan abang ke hal-hal jelek dan menyimpang!'' ujar Falya. Rayan menegakkan punggungnya.
"Kamu tahu sesuatu tentang mereka?'' tanya Rayan. Falya tak langsung menjawab. Ia ingat ucapan mereka yang meminta dirinya untuk pura-pura tak tahu. Tapi di sisi lain, Falya pun takut kalau Rayan di ajak ke hal-hal semacam itu.
"Jawab aku Falya! Kamu tahu sesuatu?'' cerca Rayan.
**************
Terimakasih