NovelToon NovelToon
Suara Dari Balik Sajadah

Suara Dari Balik Sajadah

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Terlarang / Trauma masa lalu / Cintapertama / Balas Dendam
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Caeli20

Maheswara merasakan sesuatu yang berdiri di bagian bawah tubuhnya ketika bersentuhan dengan wanita berhijab itu. Setelah delapan tahun dia tidak merasakan sensasi kelaki-laki-annya itu bangun. Maheswara pun mencari tahu sosok wanita berhijab pemilik senyum meneduhkan itu. Dan kenyataan yang Maheswara temukan ternyata di luar dugaannya. Membongkar sebuah masa lalu yang kalem. Menyembuhkan sekaligus membangkitkan luka baru yang lebih menganga.
Sebuah sajadah akan menjadi saksi pergulatan batin seorang dengan masa lalu kelam, melawan suara-suara dari kepalanya sendiri, melawan penghakiman sesama, dan memenangkan pertandingan batin itu dengan mendengar suara merdu dari Bali sajadahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caeli20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 : Anggita Kembali

Hana berdehem. Dia benar-benar tidak tahu harus berkata apa untuk pamit saat turun dari mobil Maheswara.

"Hei," sapa Maheswara lembut, "Aku akan datang lagi besok," Maheswara tersenyum.

Hana mengangguk.

"Aku.. Ehm, turun dulu," Hana sangat canggung.

"Ehm, iya, silakan," Maheswara tidak kalah canggung.

Bodoh! Kalian sudah jadian dan kata-kata yang keluar hanya seperti itu! (Maheswara).

"Terima kasih untuk semuanya," ujar Hana hendak membuka pintu mobil.

Maheswara menahan lengannya. Hana menoleh,

"Aku yang berterima kasih. Terima kasih sudah mau membuka hatimu,"

Wajah Hana memerah. Dia hanya tersenyum lalu segera turun dari mobil. Dia takut wajahnya akan seperti kepiting rebus kalau lama-lama di dalam mobil.

Hana melambai, Maheswara menurunkan kaca mobil,

"Kamu masuk dulu, baru aku pergi," seru Maheswara.

Hana segera membalikan badannya dan berlari kecil ke dalam kost nya.

Maheswara tersenyum, lalu menginjak gas nya berlalu dari kost itu.

**

Fadlan menatap langit-langit kamarnya. Dia sedang memikirkan perkataan pria di toko buku tadi.

"Calon istri? Jadi Hana sebenarnya sudah punya calon suami, begitu? Tapi kenapa dia tidak cerita. Apa kepulangan nya barusan sekalian untuk lamaran. Bisa saja," Fadlan berbicara pada dirinya sendiri.

"Aahhh, kamu bodoh Fadlan. Kamu terlalu berharap," Fadlan mengusap wajahnya dengan gusar. Hari yang indah yang dia bayangkan berubah menjadi hari yang mengecewakan.

Sementara situasi berbeda dialami Maheswara.

Sejak dari dalam mobil, parkiran apartemen, hingga kamar, dia tersenyum sumringah. Dia tidak bisa berhenti untuk terus tersenyum. Ibarat bunga yang lalu kini bermekaran itulah yang dia rasakan dalam hatinya.

Setiba di dalam apartemen nya, Maheswara langsung menekan panggilan di hp nya.

"Halo, Tuan,"

"Elmo, tebak apa yang terjadi hari ini?,"

"Ehmm.. apa yah, Tuan. Saya.. Tidak bisa menebak," Elmo kelabakan. Tanpa Tedeng Aling langsung disuruh menebak yang terjadi pada diri tuannya. Jelaslah dia bingung.

"Aku sudah menyatakan isi hatiku pada Hana," suara Maheswara terdengar sangat bahagia.

"Benarkah, Tuan? Anda mengatakan kalau Anda adalah...,"

"Tentu saja tidak, Elmo. Kamu sendiri yang menyarankan agar aku jangan dulu mengatakan itu. Tadi aku menyatakan cinta pada Hana,"

"Luar biasa. Anda bergerak sangat implusif, Tuan, hehehe,"

"Harus. Jika tidak ustadz muda di sekolahnya akan mengambil start nya lebih dahulu. Jadi langsung ku potong lintasannya, hahaha,"

Keduanya tertawa.

"Apa Anda akan memberitahu Nyonya besar?,"

"Pasti. Tapi tidak melalui telpon. Aku akan pulang segera biar aku ceritakan langsung,"

Elmo cukup kenyang mendengar puja puji Maheswara terhadap Hana yang dia anggap sebagai wanita sempurna selama setengah jam. Rasa-rasanya Maheswara tidak ingin berhenti membicarakan Hana.

**

Hana selesai menunaikan kewajibannya sebagai muslimah yang Solehah. Seperti biasa, dia tidak langsung beranjak dari atas sajadahnya. Dia memutuskan untuk membaca beberapa ayat Al-Qur'an.

Keadaan malam itu begitu tenang. Kala, Sena, Kio terpenjara di dalam alam bawah sadar, dikunci rapat-rapat di sana oleh kehadiran Maheswara. Hal itu membuat Hana bisa sembahyang dengan khusyuk.

**

Maheswara menengak lagi minuman itu. Rasa bahagianya berbarengan dengan dorongan kelaki-laki-annya. Mungkin karena baru bisa diaktifkan maka nalurinya ingin melakukan sesuatu yang dapat memenuhi apa yang diinginkan lelaki.

Pikiran tentang Hana kembali menari-nari di kepalanya. Tadi di dalam mobil berdua juga dia merasakan ada yang tegang di bawah sana.

"Aku harus segera menikahinya. Aku takut tidak bisa mengontrol diriku," ujar Maheswara pada dirinya sendiri, "Kan tidak lucu jika kejadian delapan tahun lalu itu terjadi kembali,"

Maheswara kembali membuka galeri foto Hana di hp nya.

"Kamu cantik, sayang," Maheswara berbicara pada foto itu, "Aku laki-laki yang pertama mendapat kan mu maka kamu harus tetap jadi milikku seumur hidup,"

Tiba-tiba layar hp nya menunjukan panggilan masuk. Maheswara merasa heran melihat kontak pemanggil,

"Halo," ucap Maheswara begitu panggilan tersambung.

"Halo, Mahes, kamu di mana?," tanya penelpon.

"Aku di luar kota. Kenapa?,"

"Mahes," Anggita terisak, "Tunanganku terjerat kasus penyalahgunaan kekuasaan,"

Terus, kenapa kamu menelepnku. (Maheswara)

"Dia sudah ditahan. Jadi aku memutuskan kami untuk putus. Sekarang aku kesepian. Aku teringat kamu,"

Maheswara tersenyum kecut.

"Jadi kamu mengingat aku saat situasi mu sulit. Saat bahagia jangankan ingat, bahkan menyebut namaku pun kamu tak mau,"

"Jangan begitu, Mahes. Aku dulu pergi atas seizinmu. Sekarang aku sadar aku tidak bisa hidup tanpamu,"

"Terlambat, Anggi. Aku sudah punya calon istri,"

"Apa? Calon istri? Tidak mungkin. Kamu kan..,"

"Aku sudah sembuh dan akan segera menikah. Jadi jangan pernah ganggu aku lagi,"

"Loh, kenapa? Aku kan mantan tunanganu jadi tidak ada salahnya aku menelpon mu, menghubungi mu,"

"Jika tidak ada lagi yang ingin kamu sampaikan, aku akan mengakhiri panggilan ini,"

"Eh, tunggu dulu Maheswara, kenapa terburu-buru," lanjutnya, "Aku ingin tahu sehebat apa calon istri mu itu,"

"Oh jadi menurutmu, calon istriku harus jadi orang hebat karena akan menikah denganku, begitu?,"

"Tentu saja,"

"Kamu salah, Anggi. Aku yang harus jadi hebat karena akan menikahi wanita yang hebat seperti dia,"

Anggita terdiam sejenak.

"Aku ada urusan yang harus diurus," Maheswara sudah akan mematikan panggilan.

"Tunggu, Mahes. Boleh kita bertemu sepulang mu dari sana?," tanya Anggita

"Boleh, jika aku ada waktu luang,"

Panggilan berakhir.

Maheswara benar-benar kehilangan gairah untuk berbicara dengan wanita lain. Bahkan seorang Anggita, wanita yang bertahun-tahun menjadi tunangannya. Semua rasa untuk Anggita hilang lenyap.

**

"Mahes sudah sembuh? Punya calon istri?," Anggita bergumam.

"Ini hal yang mustahil. Delapan tahun dan dia bisa sembuh? Bagaimana mungkin? Kalau tahu bisa sembuh, aku tidak akan memilih pergi darinya waktu itu,"

"Tapi belum terlambat. Aku masih punya waktu untuk merebut Mahes kembali,"

Anggita tersenyum sambil melihat pemandangan di bawahnya dari balkon apartemen nya

**

"Anak ini sepertinya agak berubah, Ayah. Dia tidak menjawab telpon bunda lagi," keluh Ratna Dewi seraya mematikan panggilannya pada Hana karena tidak dijawab.

Dokter Farid meletakan kembali sendoknya.

"Setidaknya dia masih menjawab panggilan ayah,"

Ratna Dewi mendengus,

"Kenapa dia membenciku, Ayah? Dia selalu menyalahkan ku atas peristiwa delapan tahun lalu. Dia tidak mau memaafkan ku,"

"Kita harus memakluminya, Bunda. Hal yang Hana alami itu tidak mudah. Apalagi dia anak baik-baik. Sebelumnya tidak pernah pacaran. Dia anak rumahan. Dia sudah khatam Al-Quran berkali-kali. Mondok sejak SD. Sekolahnya berprestasi. Lalu tiba-tiba seseorang melakukan hal tercela itu padanya. Wajar dia mengalami trauma dan menyalahkan bunda karena bunda yang memaksanya untuk ikut Pesantren Tafzid saat itu,"

"Tapi aku mana tahu malam itu akan ada iblis yang akan merenggut kesucian anakku. Niat ku kan baik biar dia lebih menguasai Al-Qur'an," suara Ratna Dewi bergetar.

Dokter Farid mengulurkan tangannya menyentuh tangan istrinya yang sedari tadi belum menyentuh sarapannya.

"Walaupun butuh waktu lama tapi Ayah yakin Hana pasti bisa sembuh dan berdamai dengan masa lalunya, termasuk dengan bunda. Bersabarlah,"

Setetes air mata jatuh di pipi Ratna Dewi.

1
Fitra Sari
lanjuttt thorrr
Fitra Sari
lanjutt thorrr
Caeli
iya.. bikin greget nih Mahes ya kak🤭🤗
puji hastuti
mau tidak mau...bukan dari hati nurani
puji hastuti
bikin mahes taubatab nashuka dulu...tersiksa dulu,rajin ibadah dulu...baru bisa dekatkan dengan hana
Caeli: Menarik komennya kakak 😍ikuti terus ya hingga akhir biar kita sama-sama tahu endingnya🤗 makasih supportnya kak🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto: ok, mantap👍
total 2 replies
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Caeli: Sudah ada up nya ya kak😍 makasih support nya🙏 Ikuti hingga akhir ya🤗
total 1 replies
Wiwi Mulkay
up lagi dong
Caeli: Sudah ada up nya ya kak😍 makasih support nya🙏 Ikuti hingga akhir ya🤗
total 1 replies
Dewi Widiawati
karya yang sangat bagus🙏🙏🙏
Caeli: makasih supportnya kak Dewi😍🙏
ikuti hingga akhir ya🙏
total 1 replies
Dewi Widiawati
sepetinya ayra ini anak nya Hana hasil dari rudapaksa🤔🤔
Caeli: Hmmm, menarik komennya kakak😍 ikuti terus yah biar bisa membuka semua rahasia ttg Hana😍🙏
total 1 replies
ANDERSON AGUDELO SALAZAR
Jujur aja, cerita ini salah satu yang paling seru yang pernah gue baca!
Caeli: terima kasih dukungannya kak🙏 Ikuti hingga akhir ya😍🙏
total 1 replies
Kevin Wowor
Buatku melek sepanjang malam.
Caeli: terimakasih atas dukungan nya kak🙏 Ikuti hingga akhir ya😍🙏
total 1 replies
charista
ide ceritanya keren kak😍
psikologi mix religi💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!