Akibat ditikung saudara kembarnya, Darren memilih keluar dari rumah mewah orang tuanya, melepas semua fasilitas termasuk nama keluarganya.
Suatu hari salah seorang pelanggan bengkelnya datang, bermaksud menjodohkan Darren dengan salah satu putrinya, dan tanpa pikir panjang, Darren menerimanya.
Sayangnya Darren harus menelan kecewa karena sang istri kabur meninggalkannya.
Bagaimana nasib pernikahan Darren selanjutnya?
Apakah dia akan membatalkan pernikahannya dan mencari pengantin penganti?
Temukan jawabannya hanya di sini
"Dikira Montir Ternyata Sultan" di karya Moms TZ, bukan yang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Kedatangan Ajeng
Ajeng merasa penasaran dengan apa yang diberikan oleh Panji. Ia segera membuka bungkusan tersebut dan menemukan sebuah kotak perhiasan kecil. Dengan hati yang berdebar, Ajeng membuka kotak itu dan terkejut melihat sebuah cincin cantik di dalamnya.
"Mas Panji, apa maksudnya ini?" tanya Ajeng, dengan suara yang bergetar.
Panji tersenyum lantas memegang tangan Ajeng. "Aku sangat mencintaimu, Ajeng. Maukah kamu menikah denganku?"
Ajeng terkejut, tetapi kemudian tersenyum bahagia. "Ya, Mas! Aku mau!" Seruan bahagia itu langsung keluar dari bibir Ajeng, dan ia langsung memeluk Panji dengan erat.
Senyum bahagia masih terukir di wajah Ajeng saat berada dalam pelukan Panji. "Aku senang sekali, Mas," bisiknya, suaranya terdengar sangat emosional.
Panji membalas pelukan itu dengan erat, merasa bahagia karena Ajeng menerima tawarannya. Mereka berdua menikmati momen spesial itu, tidak peduli lagi tentang masalah yang sedang mereka hadapi. Yang penting sekarang adalah kebahagiaan mereka berdua.
Namun, kemudian Ajeng melepaskan diri dari pelukan. Ia menatap Panji dalam-dalam seolah berusaha menyelami keseriusan pria di hadapannya. Wajah Ajeng mendadak murung mengingat kenyataan bahwa dirinya masih berstatus istri Darren.
"Tapi, Mas... bagaimana dengan statusku? Aku masih terikat dengan Mas Darren," kata Ajeng, suaranya lirih tampak ada keraguan.
Panji menatap Ajeng dengan tatapan penuh keyakinan. "Jangan khawatir, Sayang. Kita akan selesaikan masalah itu bersama. Kamu tidak perlu memikirkan itu sendirian," ujarnya lembut, sambil menyentuh pipi Ajeng.
"Kita akan buat semuanya menjadi mudah dan baik-baik saja, aku janji," tambahnya, mencoba meyakinkan Ajeng.
*
Sementara itu, setelah lama menunggu dan tak menemukan apa yang ia cari, Niken masuk ke dalam minimarket untuk membeli sesuatu sebagai alibi jika nanti di rumah orangtuanya bertanya.
Selesai membayar, Niken memutuskan untuk pulang ke rumah. Dan benar saja, begitu motornya memasuki halaman rumahnya, sang ibu keluar dari dalam. Wanita paruh baya itu tampak heran melihat Niken.
"Kamu dari mana, Ken?" tanyanya ingin tahu.
Niken langsung mengambil kantong plastik belanjaannya yang menggantung di motor dan menunjukkannya pada sang ibu.
"Beli gula dan sabun, Bu. Kayaknya stoknya hampir habis," jawabnya dengan santai, sambil tersenyum.
"Makanya Niken ke minimarket sebentar," tambahnya, berusaha terlihat biasa saja dan langsung masuk ke dalam rumah setelah menyalimi ibunya.
Bu Hasna diam tak bertanya lagi, tetapi wajahnya tampak murung. Bayangan kesedihan masih menghantui dirinya. Semenjak kepergian Ajeng, wajah Bu Hasna memang nyaris tak pernah tersenyum.
Niken keluar dari dalam rumah, lalu duduk di samping sang ibu. "Ibu dan Bapak sudah makan?" tanyanya seraya menatap wajah ibunya dengan khawatir.
Bu Hasna menggeleng pelan. "Ibu rasanya tidak bisa menelan makanan, Nak." Mata Bu Hasna mulai berkaca-kaca, dan setetes airmata meluncur dari sudut matanya.
Niken segera memeluk sang ibu erat-erat. "Bu, jangan begini. Ibu harus kuat dan jangan menyiksa diri sendiri. Ibu masih punya Niken, Bu," bisiknya, mencoba menenangkan.
"Niken ada di sini, Bu. Kita akan melewati ini bersama-sama," tambahnya, sambil membelai punggung ibunya dengan lembut.
Niken merasakan kesedihan yang mendalam melihat keadaan orangtuanya. Rumah yang dulu penuh dengan tawa dan kebahagiaan kini terasa begitu sunyi. Dia ingin berteriak, mengungkapkan semua kekesalan dan kesedihan yang dipendamnya selama ini. Sejak kecil, Ajeng selalu menjadi prioritas utama orangtua mereka. Apapun yang diinginkan Ajeng, ibu dan bapaknya selalu berusaha memenuhinya, seolah-olah Ajeng adalah anak yang paling berharga.
Sementara dirinya, harus belajar mandiri sejak kecil, menghadapi segala kesulitan sendirian tanpa banyak bantuan. Ia bahkan selalu menerima barang-barang bekas milik Ajeng yang sudah tidak terpakai.
Meskipun begitu, Niken tidak pernah merasa iri atau dendam pada Ajeng. Yang ia inginkan hanyalah kehangatan dan perhatian yang sama dari orangtua mereka. Namun, dengan kepergian Ajeng, Niken juga merasakan kehilangan sosok yang sangat ia sayangi, meskipun hubungan mereka tidak selalu mulus.
*
Di bengkelnya Darren bekerja seperti biasa bersama Bayu. Hari ini Dipa tidak bisa datang karena mendadak dia mendapatkan projek dari kliennya. Jadi, untuk beberapa hari ke depan dia tidak bisa membuat konten siaran langsung di media sosial. Namun, sebelumnya, Dipa sudah memberikan tutorial dan tips kepada Darren dan Bayu tentang cara melakukan siaran langsung dengan baik.
"Nggak masalah, Mas. Bang Dipa kan, sudah ngajarin kita tentang cara membuat konten siaran langsung dan mengeditnya. Sekarang kita bisa mencobanya sendiri," kata Bayu dengan percaya diri.
Darren pun mengangguk setuju, "Ya sudah, ayo kita coba saja. Paling tidak, kalau ada yang gagal, kita bisa belajar dari sana."
Akan tetapi, setelah merekam dan mencoba mengedit videonya, mereka berdua justru tertawa geli sambil melihat hasil editan yang tidak sesuai harapan. "Hahaha, apa ini? Kenapa jadi begini? Kok, nggak bisa kayak yang Dipa bikin!" kata Darren, sambil terus tertawa.
"Iya, Mas. Mungkin kita butuh lebih banyak latihan lagi," ujar Bayu masih dengan tawanya.
Mereka terus mencoba mengedit lagi, meskipun hasilnya masih jauh dari sempurna. Tiba-tiba, Darren mendapat ide. "Kita kirim saja video-nya ke Dipa, Bay. Minta tolong sama dia, supaya dia saja yang mengedit."
Bayu mengangguk, "Iya, Mas. Itu lebih baik, daripada kita capek-capek kayak gini." Dengan senyumnya, Darren mengirimkan pesan ke Dipa, berharap teman mereka bisa membantu keluar dari kesulitan yang mereka hadapi.
Di tengah keseruan Darren dan Bayu yang tidak bisa mengedit video untuk konten, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan bengkel Darren. Lalu seseorang turun dari dalam mobil dan muncullah Ajeng di depan mereka. Darren langsung terkejut, matanya melebar dan tidak percaya. Dia terdiam, tak mampu berkata-kata.
Bayu yang melihat keadaannya langsung mengerti dan berdiri dari bangku yang didudukinya. "Saya pergi dulu ya, Mas," kata Bayu, sambil mengangguk pada Ajeng.
Bayu meninggalkan mereka berdua sendirian, tidak ingin mengganggu pertemuan tersebut. Darren tidak menjawab, pandangannya masih terfokus pada Ajeng yang berdiri di depannya.
Ruangan menjadi sunyi, hanya ada keheningan yang penuh dengan pertanyaan dan rasa penasaran. Darren masih terdiam, menatap Ajeng dengan mata tak berkedip.
Ajeng sendiri terlihat sedikit tidak nyaman, ia tampak gugup, tetapi ia mencoba untuk tidak menundukkan pandangannya dan berusaha tersenyum. "Mas Darren, bisa bicara sebentar?" tanya Ajeng, suaranya terdengar lembut.
Darren tersentak, lantas berusaha menguasai dirinya. Dia mengambil bangku dan memberikannya pada Ajeng.
"Apa yang ingin kamu bicarakan? Apa kamu ingin menjelaskan mengapa kamu pergi di hari pernikahan kita?" tanya Darren dengan datar, tetapi bibirnya tersungging senyuman tipis.
"Tidak! Aku tidak ingin menjelaskan apapun!" jawab Ajeng tanpa rasa bersalah.
"Aku hanya ingin kita bercerai. Tolong, talak aku sekarang juga!"
.
.
Terima kasih atas pengertiannya untuk tidak menumpuk bab dan tidak lompat bab dalam membaca. 🫶🥰
Semoga bisa up lagi nanti kalau tidak malas 🤗
Ajeng nya aja yang ke geer an.
Lagian pinjam uang koq maksa, mana marah2 lagi
Cerita dengan bahasa yang mudah dipahami. Konflik yang enggak terlalu berat, tapi tetep mampu membuat aku kesal karena ulet-ulet bulu yang ada🤭😉
Apa pun masalah yang ada, entah dari Nancy, Ajeng, Monic, atau siapa pun itu. Semoga tetap bisa dilewati bersama-sama oleh Darren dan Niken.
Semoga Darren akan tetap selalu memprioritaskan dan selalu menjaga komunikasi dengan Niken.
Dan suka sama Niken yang tenang, tapi kalau dia sudah berhadapan sama yang menganggu rumah tangganya, mulut dan tangannya nggak ada lawan🤭😁❤❤
Semangat Ibu. Semangat dan sukses selalu💪😍🥰😘❤❤