Delia Aurelie Gionardo hanya ingin mengakhiri pernikahan kontraknya dengan Devano Alessandro Henderson. Setelah satu tahun penuh sandiwara, ia datang membawa surat cerai untuk memutus semua ikatan.
Namun malam yang seharusnya menjadi perpisahan berubah jadi titik balik. Devano yang biasanya dingin mendadak kehilangan kendali, membuat Delia terjebak dalam situasi yang tak pernah ia bayangkan.
Sejak malam itu, hidup Delia tak lagi sama—benih kebencian, dendam, dan rasa bersalah mulai tumbuh, mengikatnya kembali pada pria yang seharusnya menjadi "mantan" suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia_Ava02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBMS - Bab 28 Kebohongan Yang Terbongkar
Mereka masih berada diruang tengah, kini Dev dan Delia duduk sejajar di kursi panjang itu. Dev sedikit memiringkan tubuhnya, condong ke arah Delia. Sikapnya menunjukkan seakan jarak di antara mereka tak pernah ada, seolah ia berusaha merengkuh kembali ruang yang dulu pernah jadi miliknya.
Pandangannya tak pernah lepas pada wajah Delia dan juga perut besarnya. Rasanya ingin sekali Dev mengusapnya. Ia juga ingin merasakan denyutan sang anak diperut Delia.
Tapi sikap Delia yang masih dingin, membuat Dev sulit untuk menembusnya.
"Delia," panggil Dev lembut, suaranya mengandung ketegasan yang tak terbantahkan. "Aku ingin kamu dan anak kita pulang bersamaku hari ini juga,"
Sementara Delia tampak masih enggan untuk menatap wajah Devano. Meskipun hatinya telah memaafkan sejak lama, tapi untuk kembali lagi mengingat sikap dinginnya pada Delia dulu, sulit bagi Delia untuk kembali.
"Tidak bisa, Dev! Aku sudah menikah! Lagipula aku sudah bilang, ini bukan anakmu Dev!" ucap Delia dengan tegas, mencoba terdengar meyakinkan, karena Dev terus saja membujuknya.
"Bohong!" balas Dev cepat, suaranya penuh keyakinan.
"Apa perlu kita melakukannya sekali lagi, agar kamu bisa jujur jika itu adalah anakku, darah dagingku?!" tekan Dev, tubuhnya condong mengunci tubuh Delia dari depan.
'Astaga,' batin Delia semakin terpojok. wanita itu benar-benar takut jika Dev akan kembali memaksanya mengulang lagi penyatuan mereka malam itu.
Delia bahkan masih ingat betul rasa sakitnya saat Dev memaksa memasukinya dengan kasar.
"Jadi, kita lakukan sekali lagi.. Atau, pulang bersamaku sekarang," bisik Dev tepat di depan wajah Delia. Nadanya mengandung sebuah ancaman.
Tatapan mata Delia langsung melebar, seketika ia langsung mendorong dada Dev dengan keras.
"Kita bukan suami istri, jadi mana boleh melakukannya!" kata Delia.
"Kalau begitu, jadilah istriku lagi! berikan hakku untuk menebus kesalahanku pada kalian," ujar Devano.
Delia mendengus kesal, memalingkan wajahnya sambil mengusap perutnya. 'Haiiss! Dasar keras kepala!' batinnya.
Semua kata-kata yang Delia lontarkan seolah kini menjadi bumerang bagi Dev untuk menekan posisinya saat ini.
"Aku sudah menikah, jadi mana bisa menikah lagi," kilah Delia.
Dengan cepat, Dev meraih tangan Delia dan mengangkatnya didepan wajahnya, memperlihatkan jari-jari tangan Delia.
"Kalau kamu memang sudah menikah, mana cincinmu?" tanyanya dengan suara lirih tapi tegas.
Wajah Delia berbalik, menatap mata Devano yang penuh ketegasan. Untuk sesaat ia hanya terdiam, seolah napasnya tercekat di tenggorokan. Matanya membelalak, jantungnya berdetak cepat, dan jemari lainnya tanpa sadar meremas ujung gaunnya. Ia tak pernah menyangka kebohongan yang terucap begitu spontan tadi akan membuatnya terpojok seperti ini.
"A-ada..." jawabnya gugup, "Aku simpan."
Alis Dev terangkat. "Kalau begitu, tunjukkan," tantang Devano.
Delia menggigit bibir bawahnya, berusaha mencari jawaban. Tapi sebelum sempat bicara, Dev mencondongkan tubuhnya, menatap lurus ke matanya.
"Jika tidak bisa, Itu artinya... sampai sekarang, tidak ada yang bisa menggantikan posisiku di hatimu, Del." tegasnya.
Delia terperangah. Kata-kata itu menembus pertahanannya. Ia ingin berteriak menyangkal, ingin lari dari tatapan itu, tapi tubuhnya tak mampu bergerak.
Delia menarik tangannya dengan kasar. "Sudah cukup!" kesalnya. "Kamu tidak pernah berubah, selalu saja bersikap egois!"
"Maka dari itu, ikut bersamaku. Ubah aku menjadi apapun yang kamu mau," pinta Dev.
Pria itu sungguh tak berhenti membujuk Delia sampai membuat kepalanya pusing.
Dev menyandarkan punggungnya. "Lagipula, sepertinya kamu juga sudah lupa dengan suami pura-puramu itu," ucap Dev sambil melipat kedua tangannya dan tersenyum tipis.
"Astaga.... Kak Bima!" dengan panik Delia langsung berdiri dan berjalan ke arah pintu rumahnya.
Tapi saat Delia menatap keluar, pria itu sudah tidak ada. Mobilnya juga telah pergi.
'Haiss! Apa yang sudah aku lakukan!' umpat Delia dalam hati, hanya itu yang bisa ia lakukan. Karena kebodohannya sendiri, sekarang semua kebohongan yang ia buat jadi terbongkar.
***
Sementara itu di rumah sakit, kondisi kakek Arthur tak kunjung membaik. Detak mesin monitor jantung terdengar stabil namun lemah, membuat suasana ruangan semakin mencekam. Mama Raisa duduk di samping ranjang, kedua tangannya menggenggam erat tangan sang ayah dengan mata yang sembab. Sementara Papa Bryan mondar-mandir, wajahnya tak kalah pucat.
"Pa… cepat telepon Liam. Bicara padanya, suruh Devano pulang. Astaga… Mama sangat takut kalau terjadi apa-apa pada anak itu," ucap Mama Raisa dengan suara parau, air matanya jatuh tanpa bisa ditahan.
Papa Bryan menatap istrinya, hatinya pun ikut hancur. Ia sudah mencoba menghubungi Dev sejak pagi, tapi ponselnya tetap tak bisa tersambung.
Mama Raisa terisak lebih keras, rasa bersalah menusuk dalam dadanya. "Semua salah Mama, Pa… waktu itu Mama berkata dengan emosi. Mama bilang jangan pernah pulang sebelum Devano mendapat maaf dari Delia. Andai saja Mama tidak mengucapkan itu… pasti Devano sudah ada di sini bersama kita."
Papa Bryan menarik napas panjang, ia mengusap punggung itu dengan lembut, berusaha menenangkan istrinya meski hatinya juga gelisah. Ia tahu ucapan itu yang membuat beban dihati Dev makin bertambah besar.
Kini, bukan hanya Delia yang ingin mereka temukan, tapi juga Devano sendiri. "Kita akan tetap mencari Delia, papa tidak akan menyerah," lirih Papa Bryan, "tapi sekarang yang paling penting adalah Dev harus kembali, ini sudah terlalu lama,"
Mama Raisa mengusap air matanya sambil mengangguk pelan, "Iya pa, mama mau Devano pulang sekarang,"
Yang diinginkannya kini sederhana, bisa memeluk putranya, meminta maaf, dan mengatakan bahwa ia tetaplah anak yang paling Mama cintai, tak peduli apapun yang sudah terjadi.
"Maafkan mama sayang..." gumam sang mama lebih seperti sebuah bisikan.
Papa Bryan segera meraih ponselnya dan menekan nomor Liam untuk segera menghubunginya.
***
Sementara itu, Liam yang baru saja selesai mengantarkan sang dokter, ia langsung pergi ke sebuah restoran untuk membeli makanan tiga porsi untuknya, Dev dan Delia.
Setelah selesai menerima pesanannya, Liam langsung kembali ke mobil dan memutar arah kemudinya menuju ke rumah sewa milik Delia.
Bagaimanapun Liam merasa harus bertanggung jawab atas kesehatan sang tuan mudanya beserta Delia saat ini. Karena ini sudah menjadi bagian dari pekerjaannya, yaitu menyiapkan segala keperluan Devano.
Saat tengah menikmati perjalanan pulang, hari sudah semakin gelap. Tiba-tiba saja ponsel disaku jas-nya berdering. Sebuah panggilan masuk datang dari sang Tuan besar.
Liam segera menepikan mobilnya, lalu mengangkat telfon tersebut.
📱"Halo, selamat malam Tuan," sapa Liam dengan sopan.
📱"Liam, dimana kalian berdua sekarang? bagaimana dengan Devano? Kalian baik-baik saja, kan?" tanya papa Bryan dengan nada cemas dan panik yang bercampur jadi satu.
📱"Kami baik-baik saja Tuan, anda tidak perlu khawatir," balas Liam.
📱"Kalau begitu, aku ingin bicara dengan Devano, berikan ponselnya," titah papa Bryan.
📱"Maaf Tuan, tapi saat ini saya sedang tidak bersama tuan Devano,"
Dev jangan jadi di paksa Delia nya
di bujuk secara halus dunk🤭
kasih maaf aja Del tapi jangan cepat² balikan lagi ma Dev
hukumnya masih kurang 🤣
Akui aja toh kalian kan sudah bercerai
biar Dev berjuang samapi titik darah penghabisan 🤭
semangat ya Dev awal perjuangan baru di mulai
kak sekali² cazy up dunk kak🤭🤭
Biar bisa lihat cicit nya
semua butuh waktu dan perjuangan 🤭🤭
Siksa terus Dev dengan penyesalan 🤗🤗🤗
Makan to rencana mu yg berantakan 😏😏
Ayo Dev Nikmati penyesalan mu yg tak seberapa 😄😄
jangan pakai acara nangis Bombay ya Dev 🤣🤣🤣
biar nyesel to Dev
bila perlu ortu Dev tau kalau mereka sudah cerai dan bantu Delia buat sembunyi
soalnya mereka pasti senang kalau tau bakalan punya cicit sama cucu🤭🤭
tunggu karma buatmu ya Dev 😏😏