Setelah hubungannya tidak mendapat kejelasan dari sang kekasih. Kapten Prayoda, memutuskan untuk menyerah. Ia berlalu dengan kecewa. Empat tahun menunggu, hanyalah kekosongan yang ia dapatkan.
Lantas, ke dermaga mana akan ia labuhkan cinta yang selama ini sudah berusaha ia simpan dengan setia untuk sang kekasih yang lebih memilih karir.
Dalam pikiran yang kalut, Kapten Yoda tidak sengaja menciprat genangan air di bahu jalan pada seorang gadis yang sedang memarkirkan motornya di sana.
"Sialan," umpatnya. Ketika menoleh, gadis itu mendapati seorang pria dewasa tampan dan gagah bertubuh atletis memakai baret hijau, berdiri resah dan bersalah. Gadis itu melotot tidak senang.
Pertemuan tidak sengaja itu membuat hari-hari Kapten Prayoda tidak biasa, sebab bayang-bayang gadis itu selalu muncul di kepalanya.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Ikuti juga ya FB Lina Zascia Amandia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Kekasih Dapat Maksa
Yoda dan Amira sudah berada di dalam mobil. Mobil itu melaju dengan perlahan tak tentu arah. Tangan dan pikiran Yoda tidak selaras. Yoda masih kepikiran mengenai pertemuan tadi dengan Lahat dan Aika.
Bukan pertemuannya yang menjadi masalah. Melainkan hubungan Amira dengan Lahat dan Aika. Yoda melihat keakraban antara ketiganya sudah sangat dekat.
"Amira bilang, Bang Lahat dan Aika adalah saudara angkatnya. Lalu kalau mereka tahu aku menjalin kasih dengan Amira, bukan tidak mungkin Aika maupun Bang Lahat akan mengintervensi, atau bahkan memberi provokasi agar jangan berhubungan denganku," batin Lahat negatif.
"Kak Yoda, sebenarnya kita mau ke mana, kenapa tak tentu arah begini? Jangan bilang mau bawa Amira ke hutan yang gelap, Amira takut." Amira bersuara, menghentak Yoda yang menyetir tidak tentu arah.
Yoda segera sadar, lamunannya tentang Lahat dan Aika sampai membuat kebersamaan dengan Amira di dalam mobil terlupakan.
"Ya ampun, Amira. Tenang saja, kakak akan bawa kamu ke sebuah tempat."
"Sebuah tempat?"
Yoda mengangguk. Untuk sejenak dia harus melupakan pikiran buruk tentang Lahat dan Aika. Sekarang yang harus dia lakukan adalah melanjutkan niatnya tadi di kafe, yang terpaksa buyar gara-gara kedatangan Aika dan Lahat.
Mobil Yoda memasuki sebuah tanah lapang yang luas, yang di bawahnya terdapat rumah-rumah penduduk.
Yoda membawa Amira keluar dari mobil. Tangan Amira digenggamnya, kemudian dia dudukan di depan kap mobil. Amira sempat terkejut saat kedua tangan kekar Yoda meraih pinggangnya lalu mendudukannya di atas kap mobil.
"Kak Yoda apa-apaan?" kejutnya. Yoda tidak menyahut. Dia segera meraih kembali kotak cincin yang dia simpan di dalam saku celananya.
"Amira lihatlah, kalau malam hari rumah-rumah penduduk di bawah bukit ini, persis pohon-pohon lampu yang tergantung. Rumahnya tidak kelihatan, tapi lampunya yang menggantung yang kelihatan. Sehingga kakak sering menamakan pohon lampu," cerita Yoda.
"Oh ya? Berarti Kak Yoda sering ke sini? Jangan-jangan sama pacarnya."
"Hemmm. Dulu iya. Sama mantan pacar bukan pacar, sebab sampai hari ini kakak belum pacaran lagi. Kecuali, kalau ...."
"Mantan pacar? Dokter Serelia?" potong Amira menebak.
Yoda menggeleng, dia langsung tersadar, jika kenangan itu diungkit kembali, maka dia akan kembali bersedih dan penyesalan itu akan menghampirinya kembali.
"Tapi, aku bersyukur. Aika kini sudah menemukan kebahagiaan bersama Bang Lahat." Yoda membatin.
"Lalu?" Amira masih penasaran.
"Sudahlah. Tidak perlu membahas masa lalu kakak. Sekarang di hadapan kakak ada masa depan yang masih perlu diperjuangkan." Yoda mengalihkan perhatian Amira, supaya tidak membahas lagi tentang masa lalunya.
"Aku, kan pengen tahu," rajuknya menggemaskan.
Tanpa mau mengulur waktu, Yoda segera meraih kotak cincin di dalam saku celananya.
"Amira, maukah kamu menjadi kekasihku?" Yoda menyodorkan kotak cincin itu ke hadapan Amira.
Amira kembali tersentak seperti saat tadi di kafe. Dia tidak benar-benar menanggapi niat Yoda tadi serius.
"Apa-apaan sih Kak? Memangnya Kak Yoda mau melamar aku?" Amira menatap Yoda tidak yakin.
"Tentu saja Amira. Setelah cincin ini tersemat dan kamu menerima pernyataan kakak, maka kakak akan segera melamar Amira. Lebih cepat lebih baik."
"Tidak mungkin, Kak. Sebaiknya Kak Yoda tahan dulu niatnya. Amira tidak pantas jadi kekasih Kak Yoda," tampik Amira. Yoda mengerutkan dahinya dalam.
"Tidak ada yang tidak mungkin, kakak menyukai kamu sejak pertama bertemu. Kamu sederhana, polos, ceplas-ceplos dan tidak jaim. Kakak menyukainya. Dan kakak butuh perempuan sebagai pendamping seperti Amira," tutur Yoda sangat berapi-api, berharap Amira akan menerima pernyataannya.
"Tapi, aku ini makannya banyak, Kak. Aku suka pesan makan tidak cukup satu porsi saat diajak jalan. Kakak nanti bakal malu kalau dapat pasangan seperti Amira," jelas Amira sedikit sensitif, karena ia teringat kembali sikap risih yang diperlihatkan Iqbal padanya saat dia makan.
"Tidak apa-apa, itu tidak jadi masalah buat kakak. Kakak suka cara makan kamu yang cepat dan banyak. Kamu tidak jaim dan apa adanya. Justru kakak beruntung mendapatkan perempuan seperti kamu, kalau diajak ke mana-mana tidak akan menunggu makannya yang lama." Yoda membalas dengan harapan Amira akan menerimanya.
Amira terdiam, dia masih ragu untuk menerima Yoda. Sebetulnya sisi hatinya memang lebih klik pada Yoda ketimbang Iqbal. Namun, Amira juga masih ragu apakah Yoda benar-benar serius padanya atau hanya sekedar pelarian semata setelah memutuskan hubungan dengan dokter Serelia.
"Amira, tolong terima kakak. Kakak serius." Mata Yoda berkilat penuh harap.
"Tapi, jujur aku masih ragu dengan Kak Yoda. Jangan-jangan aku hanya pelarian saja."
"Ya ampun Amira. Tidak dong. Kakak memilihmu bukan karena pelarian dari dokter itu. Sama sekali bukan. Kakak benar-benar menyukai Amira dan ingin serius dengan Amira.
Amira menghela napas. Untuk sejenak dia berpikir. "Hemmmm."
"Amira, cepatlah. Sebentar lagi hujan. Lihat, awan hitam itu." Yoda menunjuk awan hitam di ufuk timur yang bergelayut manja, seperti sudah tidak tahan lagi ingin mencurahkan cucuran air matanya, sambil menyematkan cincin itu di jari manis Amira, tanpa memberi Amira kesempatan bicara lebih dulu.
"Kak Yoda, kenapa ini dipakein?" Amira terhenyak. Kini cincin itu sudah tersemat di jari manisnya.
"Karena mulai sekarang, Amira adalah kekasih kakak. Jangan bilang ragu atau menolak lagi."
"Ihhh, Kak Yoda. Kalau kaya gini, ini namanya maksa," tukas Amira.
Yoda tidak peduli, ia segera meraih lengan Amira dan membawanya ke dalam mobil. Lalu dia buru-buru masuk juga karena hujan sudah mulai turun.
"Ini namanya kekasih dapat maksa," protes Amira. Yoda tidak menyahut, karena ia fokus dengan setirnya. Bibirnya tersenyum bahagia. Dia tersenyum geli dengan caranya yang kata Amira maksa barusan, karena kalau tidak begini, Yoda takut Amira akan menunda-nunda lagi.
semoga amira yoda lolos babak 40🤲🤲🤲🤲🤲
Semoga dokter Serelia gak buat ulah ya 😡🙏🏻
bisa bahaya