Alya, mahasiswi tingkat akhir yang cerdas dan mandiri, tengah berjuang menyelesaikan skripsinya di tengah tekanan keluarga yang ingin ia segera menikah. Tak disangka, dosen pembimbingnya yang terkenal dingin dan perfeksionis, Dr. Reihan Alfarezi, menawarkan solusi yang mengejutkan: sebuah pernikahan kontrak demi menolong satu sama lain.
Reihan butuh istri untuk menyelamatkan reputasinya dari ancaman perjodohan keluarga, sedangkan Alya butuh waktu agar bisa lulus tanpa terus diburu untuk menikah. Keduanya sepakat menjalani pernikahan semu dengan aturan ketat. Tapi apa jadinya ketika batas-batas profesional mulai terkikis oleh perasaan yang tak terduga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanela cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Sudah lebih seminggu Alya disibukkan dengan pekerjaannya sekarang, menjadi salah satu staff keuangan menurutnya tidak terlalu sulit apalagi manager nya yang baik dan juga rekan satu timnya yg selalu mendukung satu sama lain.
Tapi seperti biasa Alya dan Reihan akan berangkat masing-masing, Reihan belum tahu dimana Alya bekerja dan begitu juga sebaliknya. Untuk urusan rumah tangga selalu di bantu sama mbok Mina sesekali Alya ikut andil.
Pagi menjelang siang ini Reihan tengah berada di ruangannya bersama dengan ketiga sahabatnya.
" ngapain kalian datang ke sini" tanya Reihan
Yang ditanya malah melihat satu sama lain sebelum akhirnya langit menjawabnya " “Kami mau ngajak lo keluar, Han. Malem ini.”
Reihan menaikkan alis, menutup sebentar file laporan di tangannya. “Keluar? Kemana?”
“Ke club lah,” jawab arka cepat, sambil menyeringai lebar. “Udah lama banget kita nggak nongkrong bareng. Masa tiap ketemu lo selalu sibuk kerjaan terus?”
Arga menambahkan dengan nada menggoda, “Iya, bro. Jangan bilang lo udah jadi suami rumahan, lagian bentar lagi si Dio mau nikah tuh. Puas-puasin aja dulu”
Reihan menyandarkan punggung ke kursi kerjanya, kedua tangannya bersedekap. Pandangannya tajam menilai mereka satu per satu. “Kalian nggak ada kerjaan lain apa?”
"udalahlah Han, yang kemarin aja Lo ngga jadi ikut kan, masa ini juga ngga Lo terima sih"
"liat nanti aja" putus Reihan
*
Di kantor barunya, Alya sedang sibuk merapikan beberapa dokumen di meja kerjanya. Hari itu suasana tim keuangan cukup padat karena laporan bulanan harus segera diserahkan.
Pak Bima, manajer sekaligus atasannya yang terkenal ramah namun tegas, mendekat ke meja Alya sambil membawa satu map tebal.
“Alya,” panggilnya pelan tapi jelas.
Alya langsung berdiri. “Iya, Pak?”
“Laporan keuangan ini sudah final, tinggal diserahkan ke CEO. Biasanya saya sendiri yang mengantar, tapi hari ini saya ada meeting mendadak dengan direksi lain. Jadi, saya minta kamu saja yang bawa. Sekalian biar CEO tahu staf baru kita ini siapa.”
Mata Alya membesar sedikit. “S-saya, Pak? Ke CEO langsung?”
Pak Bima mengangguk sambil tersenyum tipis." iya, sekretaris saya sedang mengambil cuti. Jadi kamu saja ya, saya lihat cara bekerja kamu baik"
Alya menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. “Baik, Pak. Saya akan antar sekarang.”
“Bagus,” kata Pak Bima, menyerahkan map tebal itu padanya. “Ruangan CEO ada di lantai paling atas. Kamu tinggal bilang ke resepsionis di sana, nanti mereka yang mengantar.”
“Baik, Pak. Terima kasih atas kepercayaannya.”
Sambil membawa map itu, Alya melangkah menuju lift. Hatinya berdegup kencang. Ini pertama kalinya ia akan bertemu langsung dengan CEO perusahaan besar tersebut. Ia tak tahu seperti apa sosoknya, hanya mendengar dari rekan-rekan bahwa CEO mereka adalah orang yang sangat disiplin dan berwibawa.
Langkah Alya terasa berat. Jantungnya berdegup makin kencang. Ia menarik napas panjang, lalu berdiri di depan pintu besar dengan tulisan CEO Office.
Tangannya terangkat, mengetuk pelan.
Tok… tok… tok…
Suara berat dari dalam ruangan terdengar jelas. “Masuk.”
Dengan hati-hati Alya memutar gagang pintu, lalu melangkah masuk…
Deg.
Dan pandangannya langsung bertemu dengan sepasang mata yang sama sekali tak pernah ia duga ada di sana.
Kedua bola matanya melebar. “Mas… Reihan?” suaranya nyaris tercekat.
Reihan, yang baru saja menutup laptopnya, terperangah sama kagetnya. “Alya?”
Langit, Arka, dan Dio yang masih duduk santai di sofa ruang CEO itu langsung menoleh bersamaan. Tatapan mereka bergantian antara Reihan dan Alya.
Alya cepat-cepat menunduk, berusaha menguasai diri. Ia melangkah maju, meletakkan map di meja kerja Reihan dengan tangan sedikit bergetar. “Ini, Pak… laporan keuangan dari tim kami. Titipan dari Pak Bima.”
Reihan menatapnya beberapa detik , sebelum akhirnya ia berdeham pelan, mencoba menutupi keterkejutannya. “Baik. Terima kasih.”
Alya buru-buru membungkuk kecil. “Kalau begitu, saya permisi, Pak.”
Ia berbalik, berniat cepat-cepat keluar sebelum suasana makin canggung. Tapi Langit keburu berdiri, melangkah santai ke arahnya.
“Tunggu sebentar, Mbak… Alya, ya?” tanyanya sambil melihat pada name tag nya. “Boleh kenalan dulu nggak? Temannya Reihan jarang-jarang ada cewek cantik mampir ke sini.”
Alya tersenyum tipis, menjaga sikap profesional. “Iya, saya Alya. Staf baru di bagian keuangan. Senang bertemu, pak .”
Langit melirik ke arah Reihan dengan tatapan menggoda, seolah ingin memancing sesuatu. “Pantesan tadi Han diem aja pas ditawarin ke klub. Rupanya udah ada staf cantik yang bikin dia sibuk, ya.”
Arka dan Dio tertawa kecil. Sementara Reihan menatap Langit tajam, memberi kode agar tidak sembarangan bicara.
Alya yang semakin kikuk langsung membungkuk sekali lagi. “Permisi, . Masih ada pekerjaan.”
Tanpa menunggu balasan, ia melangkah cepat keluar dari ruangan itu.
Begitu pintu tertutup, suasana di ruangan hening sesaat. Lalu tawa kecil dari Langit kembali pecah.
" cantik juga tuh kariawan lu Han, boleh lah kenalin ke gw yang jomblo ini" ucap langit.
Arka melempar bantal sofa yang ada di sampingnya ke arah langit " giliran yang cantik semua mau lu embat, tobat noh umur Lo udah ngga muda lagi"
" lu ngga bercermin. Lu juga sama kyak gua kali, tapi kali ini gw pengen serius sama dia deh. Han lu punya nomornya ngga "
Reihan langsung menatap tajam " jangan coba-coba lu dekatin dia, dia udah nikah"
"wihh, jarang banget nih si Reihan peduli sana kariawannya" ejek dio