Janetta Lee, dikhianati saat mengandung, ditinggalkan di jalan hingga kehilangan buah hatinya, dan harus merelakan orang tuanya tewas dalam api yang disulut mantan sang suami—hidupnya hancur dalam sekejap.
Rasa cinta berubah menjadi luka, dan luka menjelma dendam.
Ketika darah terbalas darah, ia justru terjerat ke dalam dunia yang lebih gelap. Penjara bukan akhir kisahnya—seorang mafia, Holdes Shen, menyelamatkannya, dengan syarat: ia harus menjadi istrinya.
Antara cinta yang telah mengkhianati, dendam yang belum terbayar, dan pria berbahaya yang menggenggam hatinya… akankah ia menemukan arti cinta yang sesungguhnya, atau justru terjebak lebih dalam pada neraka yang baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Tangan Janetta gemetar, meremas kertas yang baru saja ia baca—hasil laporan DNA. Matanya membesar ketika melihat nama Holdes Shen tertera jelas sebagai ayah biologis dari putranya.
“Kenapa kau melakukan ini?” suara Janetta pecah, nyaris berbisik, namun penuh dengan guncangan.
Holdes menatapnya dalam-dalam, napasnya berat. “Sejak malam itu… aku tidak pernah berhenti mencarimu. Sampai akhirnya aku menemukanku lagi. Aku melihatmu hidup bersama bajingan itu—seolah perselingkuhannya tak pernah ada. Seolah ia pria sempurna. Aku tidak terima. Aku tidak bisa membiarkan seorang wanita seperti dirimu berada di sisi pria yang hanya pandai bermain wanita.”
Ia mengepalkan tangannya, menahan emosi. “Aku menyelidikinya lebih jauh. Dan akhirnya aku tahu… dia masih menjalin hubungan dengan Anna, mantannya. Aku menunggu… menunggu saat semuanya terbongkar. Karena hanya dengan begitu, aku bisa membawamu pergi dari sisinya.”
Janetta menatapnya tajam. “Selama ini… kau mengikutiku?”
“Lebih tepatnya… aku ingin melindungimu.” Holdes menunduk sebentar, suaranya merendah. “Aku menyesal karena datang terlambat, di saat kau ditinggalkan begitu saja. Untungnya, kau dan anak kita selamat. Kalau tidak…” ia terdiam, tak sanggup melanjutkan.
Janetta menahan air matanya. “Jadi alasanmu menyelamatkan anakku… karena kau sudah tahu kalau dia adalah darah dagingmu?”
Holdes menggeleng. “Tidak. Saat itu aku tidak tahu. Aku hanya tahu aku ingin melindungimu… dan anak yang kau kandung, tidak peduli dia anakku atau bukan. Bagiku, itu tidak penting. Aku akan tetap melindunginya. Penyesalanku hanya satu—aku tidak pernah menduga kalau orang tuamu menjadi korban dari wanita itu. Itu kelalaianku. Aku benar-benar menyesal.”
“Lalu… laporan ini?” Janetta mengangkat kertas DNA yang bergetar di tangannya.
“Aku melakukannya setelah membawa bayi itu pulang. Karena… aku menyadari, dia terlalu mirip denganku saat kecil,” jawab Holdes lirih, matanya menatap putranya dengan penuh emosi.
Janetta menggeleng lemah. Dadanya sesak, pikirannya kalut. "Walau Holdes pria brengsek yang meniduriku malam itu… tanpa dia, aku mungkin sudah kehilangan anakku. Aku bahkan mungkin sudah mati di dalam kebakaran dan penjara. Yang lebih hina dan tak bisa dimaafkan adalah Alex Yang, suamiku yang ternyata sudah berbohong sejak tahun lalu. Bukan hanya Anna… ternyata masih ada wanita lain."
“Janetta…” suara Holdes pelan, kali ini penuh penyesalan. “Aku minta maaf. Malam itu… aku tidak pernah punya kesempatan untuk meminta maaf padamu. Sejak saat itu aku berjanji… asalkan kau bahagia bersama suamimu, aku tidak akan pernah mengganggu. Tapi Alex bukan pria yang setia. Karena itu, aku harus memastikan… apakah kau bisa bergantung padanya dan hidup bahagia?”
Janetta mengepalkan tangannya, air mata jatuh di pipinya. “Selama ini… aku hidup dengan seorang pembohong. Apa yang mereka lakukan… tidak akan pernah aku maafkan.”
Holdes menatap Janetta lama, seolah ingin memastikan setiap kata yang keluar dari bibirnya benar-benar sampai ke hati wanita itu. Ia lalu menggenggam tangan istrinya erat.
“Janetta, aku gagal menyelamatkan kedua orang tuamu… aku juga membiarkanmu menderita sendirian. Tapi malam ini, beri aku kesempatan. Biarkan aku menjadi suami dan ayah yang baik untukmu dan anak kita,” ucap Holdes dengan suara bergetar, tulus.
Janetta terdiam sejenak, lalu melangkah mendekat dan memeluknya erat. Ia memejamkan mata, membiarkan dirinya larut dalam pelukan yang terasa asing tapi menenangkan.
“Aku tidak mengenalmu… tidak tahu latar belakangmu, bahkan siapa saja orang terdekatmu. Tapi aku tahu satu hal—kau sudah melakukan banyak hal untukku dan anakku. Untuk itu… aku berterima kasih,” bisik Janetta pelan di bahunya.
Holdes menahan napas sesaat, kemudian membalas pelukan itu lebih erat. Ia mengusap kepala istrinya dengan lembut.
“Aku berjanji, tidak akan ada seorang pun yang bisa menyakitimu lagi. Kau dan anak kita… akan selalu berada di bawah perlindunganku.”
Tanpa berkata lagi, Holdes mengangkat tubuh Janetta ke dalam gendongannya. Janetta terkejut, namun tidak melawan. Dengan langkah mantap, pria itu membawanya ke kamar pengantin mereka.
Sesampainya di sana, Holdes membaringkan Janetta di atas ranjang besar yang dipenuhi cahaya lembut lampu malam. Ia menunduk, mengecup bibir istrinya perlahan—sebuah ciuman penuh perasaan, bukan sekadar hasrat. Janetta pun menutup matanya, membalas ciuman itu dengan ragu namun tulus, tangannya melingkar di leher pria yang kini resmi menjadi suaminya.
Ciuman mereka semakin dalam. Jemari Holdes bergerak membuka kancing gaun Janetta perlahan, berhati-hati seakan setiap sentuhan adalah permintaan izin. Janetta, dengan napas terengah, balas membuka kancing kemeja Holdes. Tangannya menyentuh dada bidang suaminya, merasakan kehangatan kulit dan detak jantung yang berdentum cepat.
“Holdes…” suara Janetta bergetar, setengah malu.
Holdes berhenti sejenak, menatap mata istrinya dengan lembut. “Kalau kau merasa belum siap, aku akan berhenti di sini.”
Janetta menggeleng pelan, lalu menarik wajah pria itu kembali mendekat. “Jangan lepaskan aku malam ini. Aku ingin percaya padamu…”
Mendengar itu, Holdes menutup bibirnya di bibir Janetta sekali lagi. Ciumannya menurun ke leher, meninggalkan jejak lembut di kulit halus istrinya, sementara tangannya menyingkirkan sisa pakaian dengan penuh kehati-hatian.
Janetta memejamkan mata, tubuhnya bergetar, namun kali ini bukan karena takut—melainkan karena hatinya perlahan luluh. Ia merangkul suaminya erat, menerima kehangatan dan janji yang pria itu wujudkan lewat setiap sentuhan.
Malam itu, luka lama dan rasa sakit perlahan tertutup oleh keintiman yang baru. Untuk pertama kalinya, Janetta merasa dirinya tidak lagi sendirian.
Holdes menatapnya dalam-dalam, seolah ingin memastikan bahwa istrinya benar-benar rela. “Janetta… mulai malam ini, aku ingin kau tahu kalau kau bukan hanya wanita yang harus kulindungi, tapi juga satu-satunya yang aku cintai.”
Janetta menahan air mata yang hampir jatuh, lalu mengangguk pelan. Tangannya terulur, menyentuh pipi Holdes dengan lembut. “Kalau begitu… buktikan padaku, bahwa aku tidak salah mempercayaimu."
"Aku akan membuktikannya," jawab Holdes.
"Bagaimana caranya, Alex Yang juga pernah berjanji padaku. Pada akhirnya dia juga melanggar janjinya," jawab Janetta.
"Dia adalah dia, aku adalah aku. Aku bukan tipe pria yang tidak pegang janji. Aku seorang mafia yang memegang kendali di kelompok besar keluarga Shen. Menjadi seorang bos mafia, aku telah bersumpah pada langit dan bumi. Akan setia pada semua saudara seperjuanganku dan keluargaku. Dan... kalau aku melukaimu, kau bisa memberitahu ayah angkatku yang juga tertua mafia, beliau akan menghukumku sesuai peraturan dunia bawah tanah," jawab Holdes
"Sesuai dunia bawah tanah?" tanya Janetta.
"Benar! Perselingkuhan, hukumannya adalah membutakan mata sendiri. Melakukan tindakan kekerasan terhadap pasangan, hukumannya adalah harus kehilangan kedua tangannya. Seorang mafia tidak diperbolehkan mengkhianati pasangannya. Demi menjaga harga diri kami," jawab Holdes.
Plotwist nya dah di spill meski sedikit, tp gk pp 🤗