NovelToon NovelToon
Istri Yang Ternistakan

Istri Yang Ternistakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Penyesalan Suami
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: F A N A

Menjadi istri tapi sama sekali tak di anggap? Bahkan dijual untuk mempermudah karir suaminya? Awalnya Aiza berusaha patuh, namun ketidakadilan yang ia dapatkan dari suaminya—Bachtiar membuat Aiza memutuskan kabur dari pernikahannya. Tapi sepertinya hal itu tidak mudah, Bachtiar tak semudah itu melepaskannya. Bachtiar seperti sosok yang berbeda. Perawakan lembut, santun, manis, serta penuh kasih sayang yang dulu terpancar dari wajahnya, mendadak berubah penuh kebencian. Aiza tak mengerti, namun yang pasti sikap Bachtiar membuat Aiza menyerah.

Akankah Aiza bisa lepas dari pernikahannya. Atau malah sebaliknya? Ada rahasia apa sebenarnya sehingga membuat sikap Bachtiar mendadak berubah? Penasaran? Yuk ikuti kisah selengkapnya hanya di NovelToon!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F A N A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter—29

Aiza baru saja menghidupkan ponselnya. Lalu ketika sinyal sudah mulai stabil, tiba-tiba saja ia mendapatkan banyak sekali pesan masuk di ponselnya.

Beberapa dari Ausal. Beberapa juga dari Intan. Namun, yang tak kalah menghebohkan adalah, beberapa lagi ada dari Ningsih.

Aiza mengernyit. Menyipitkan mata ketika melihat nama kontak yang tertera di layar. Ningsih mengiriminya pesan? Ada apa? Mungkinkah ini menyangkut tentang pembayaran iuran tunggakan dari rumah yang digadaikan Nasir?

Buru-buru Aiza membuka pesan dari Kamariah terlebih dahulu. Namun, yang membuatnya tertegun adalah pertanyaan dari ibu angkatnya itu yang minta dikenalkan dengan Tuan Muda?

‘Apa maksud, Ibu? Kenapa tiba-tiba bertanya tentang, Tuan Muda? Aneh!’

Akan tetapi keterkejutan Aiza tak hanya disitu. Karena kali ini ketika ia membuka pesan dari Kakaknya Intan, Aiza juga mendapatkan pertanyaan yang sama!

[Siapa, Tuan Muda, itu?]

[Dimana kau berkenalan dengannya?]

[Bisakah kau mencarikanku satu, yang sama kaya sepertinya?]

[Ayolah, Aiza … jangan pelit! Tahu diri sedikit karena selama ini kau hidup dari belas kasihan keluargaku!]

Aiza semakin bingung. Sebenarnya apa yang sedang dibicarakan oleh Ibu serta Kakak angkatnya, Intan. Mengapa kedua orang itu mempertanyakan hal yang sama, tentang Tuan Muda?

Menscroll lagi ke atas, pesan dari Ausal yang kini Aiza tekan. Aiza agak takut, mengingat kondisi sang Bapak yang sedang dalam masa bahaya. Ia seakan tak ingin mendengar jika banyaknya pesan dari Ausal mengabarkan hal-hal yang lebih buruk menganai kondisi Nasir.

Tapi Aiza meneguhkan diri, tidak ingin mengabaikan sedikitpun bagian penting dari sang Bapak. Menguatkan hati atas apapun kemungkinan yang terjadi, tak ingin menyesali semua di akhir.

[Aiza, barusan Uwak sadar dan manggil nama kamu.]

[Aiza, boleh nggak pulang lebih cepat? Kasihan, Uwak Nasir, karena Intan dan Ibunya barusan kembali memarahi, Uwak, karena masalah tunggakan rumah.]

[Aiza, Uwak, akan segera masuk ke ruang operasi. Kamu bisa pulang sekarang?]

[Dan satu lagi, tadi saat aku tanya tentang biaya ke pihak administrasi, katanya seluruh biaya semua sudah dibayar lunas sampai, Uwak Nasir, sembuh. Apa itu kamu yang membayarnya?]

[Kamu dapat semua uang itu darimana, Aiza? Kamu tidak sedang melakukan hal yang aneh-aneh ‘kan?]

[Kenapa kamu tidak membalas satu pun pesanku, Aiza? Sebenarnya kamu sedang ada dimana?]

[Operasi, Uwak Nasir, alhamdulillah berjalan dengan lancar. Beliau ditangani oleh Dokter spesialis jantung ternama di negara ini. Aiza … kapan kamu pulang? Uwak dan aku membutuhkanmu, Aiza… terutama aku.]

[Aiza … jawab panggilanku. Aku ingin bicara denganmu.]

[Aiza … apa kau sedang dalam bahaya?]

[Astaga … kenapa aku membiarkanmu pergi!]

Terakhir Aiza melihat begitu banyak panggilan masuk dari Ausal. Seratus panggilan tak terjawab, yang mana hal tersebut semakin memperlebar pupil mata Aiza.

“Astaga … apa aku sudah lama berada di sini?!”

Tiba-tiba saja Aiza berteriak histeris. Suaranya terdengar oleh seorang pelayan yang baru saja masuk ke dalam kamarnya. Pelayan itu mendekat.

“Alhamudillah … akhirnya, Nona, sudah sadar.” Pelayan itu tersenyum saat mendapati Aiza yang sedang duduk di atas ranjang, sembari memegang ponselnya yang sedang di charge.

“Mbak … sejak kapan aku ada di sini? Kenapa tidak ada yang membangunkanku?!” Pertanyaan itu terlontar dengan cukup keras. Membuat pelayan yang sudah cukup kenal dengan Aiza bergegas menghampirinya.

Rautnya terlihat santai. Meski saat ini tergurat jelas kepanikan dari wajah cantik calon Nona Mudanya. Namun, pelayan tersebut berusaha menjelaskan dengan sabar tentang mengapa Aiza bisa berada di dalam kamar tersebut.

“Kemarin, Nona, dalam keadaan pingsan saat, Tuan Muda, membawa, Nona, masuk ke dalam rumah. Kondisi badan, Nona, basah kuyup. Tuan Muda, menyuruh kami untuk mengganti pakaian, Nona. Dan tak berselang lama, Nona, sempat bangun namun mengeluh sakit kepala. Tepat saat itu, Nona, kembali kehilangan kesadaran dan baru bangun sekarang.”

“Tapi, Nona, tidak perlu khawatir karena kemarin, Dokter Romy, sudah menyuntikkan obat. Sekarang, Nona, sudah tidak demam lagi dan rasa sakit di kepala, Nona, pasti juga sudah membaik,” ujar pelayan tersebut.

Lalu pelayan itu meletakkan sebuah nampan di atas nakas berisikan bubur ayam.

“Sekarang, Nona, makan dulu ya. Bubur ayamnya masih hangat. Setelah ini, Nona, bisa minum obat yang diberikan, Dokter Romy, agar sakit kepala, Nona, bisa semakin membaik.” Pelayan itu kemudian meletakkan obat yang barusan ia ambil dari laci nakas disamping mangkuk bubur ayam yang dibawanya.

Aiza bergeming. Ia masih belum bisa mencerna tentang apa yang barusan dijelaskan oleh pelayan tersebut. Mencoba mengingat-ingat apa yang sudah terjadi, sampai sebuah memori tentang dimana ia berlutut di depan pintu gerbang kediaman Felix ditengah hujan deras membuat ia kembali sadar akan semuanya.

Ya, terakhir setelah kekalutan yang melanda dirinya akan segala biaya perawatan Nasir yang harus ia keluarkan, Aiza memantapkan hatinya untuk mendatangi Felix.

Keinginan sebenarnya ingin kembali menjumpai Bachtiar untuk menagih apa yang seharusnya ia dapatkan atas janji yang telah lelaki itu ucap. Namun, saat ke rumah Bachtiar, ia malah di usir oleh satpam rumah. Begitupula saat mendatangi kantor Bachtiar, ia juga tidak bisa menemui lelaki itu.

Alhasil karena keputus-asaannya. Aiza nekat mendatangi kediaman Felix. Bertekad mau melakukan apa saja selama lelaki itu mau membantunya membiayai seluruh biaya rumah sakit atas penyakit yang di derita oleh Nasir.

Ceklek!

Pintu kamar kembali terbuka tepat beberapa saat setelah pelayan berlalu dari kamar tersebut. Mencuri atensi Aiza yang sedang memikirkan runut kejadian yang telah wanita itu lalui. Memaling ke arah pintu kamar dan mendapati seorang pria penuh kharisma bertubuh tegap sedang berjalan ke arahnya.

Pria itu memegang sebuah map. Lalu dilempar ke arah Aiza. Aiza mengernyitkan dahi menatap pada dokumen berupa map tersebut, lalu melirik pada pria itu.

“Apa ini?”

“Surat perjanjian jika kau bersedia menjadi wanitaku seutuhnya,” ucap Felix dingin dengan ekspresi datar menatap tajam pada Aiza.

Aiza bergeming. Namun, tak berapa lama ia memberanikan diri membuka isi map yang ada di dalamnya. Membaca setiap bait yang tertuliskan dengan seksama di sana, sebelum akhirnya kembali menengadah menatap wajah Felix.

“Apa maksudnya dengan kalimat ‘istri’?” Aiza memang belum membaca sepenuhnya isi dari dokument yang ada di tangannya. Namun, sebuah kalimat ‘istri’ mencuri atensinya—membuat ia langsung bertanya pada Felix.

“Kita akan menikah siri saat masa iddah mu telah selesai. Dan selama hari-hari itu kau tidak diperkenankan keluar dari rumah ini,” ucap Felix lugas dan tegas.

Sontak saja hal tersebut membuat Aiza tertegun. Menghabiskan hari-harinya di rumah itu, tentu saja tidak bisa! Ia masih belum bertemu Nasir, dan tentang pernikahan….

“K- kenapa harus menikah siri—”

“Lalu kau mau apa?” timpal Felix menyela ucapan Aiza. “Harusnya kau bersyukur karena aku masih mau menikahimu. Ingat Aiza, kau itu hanya barang bekas. Belum lagi statusmu yang pernah bekerja di kelab malam membuatmu harusnya bersyukur masih ada pria yang mau menikahi. Andai saja waktu itu kau langsung menerima tawaranku untuk bersama, mungkin aku masih bisa mempertimbangkannya lagi. Sekarang semua sudah terlambat, meski kau masih terselamatkan cemar para lelaki itu, tetap saja hal itu tidak bisa mengubah image-mu yang pernah menjadi penari ero tis!”

Bersambung.

1
Aisyatul Munawaroh
Bagus sih. Alurnya nggak terlalu pasaran
Aisyatul Munawaroh
Bab pertama udah bikin mood naik turun
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!