NovelToon NovelToon
AFTER MARRIAGE

AFTER MARRIAGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Single Mom / Selingkuh / Pengganti / Cerai
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Ana_nanresje

Terkejut. Itulah yang dialami oleh gadis cantik nan jelita saat mengetahui jika dia bukan lagi berada di kamarnya. Bahkan sampai saat ini dia masih ingat, jika semalam dia tidur di kamarnya. Namun apa yang terjadi? Kedua matanya membulat sempurna saat dia terbangun di ruangan lain dengan gaun pengantin yang sudah melekat pada tubuh mungilnya.

Di culik?

Atau

Mimpi?


Yang dia cemaskan adalah dia merasakan sakit saat mencubit pipinya, memberitahukan jika saat ini dia tidak sedang bermimpi. Ini nyata!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33_Karena Putri

Saat Aya keluar dari kamar matanya disuguhkan oleh pemandangan yang membuat dadanya sesak. Di bawah sana Zahra, Putri dan Ramon terlihat serasi saat berinteraksi. Gadis kecil itu selalu menempel pada Ramon, tersenyum merekah memamerkan barisan gigi putihnya. Zahra pun tak luput dari pandangan Aya, wajahnya berseri saat melihat Ramon dan Putri tengah bercanda " sebenarnya apa yang Ramon inginkan? Bukankah dia sangat egois?" Aya menekan dada kirinya, sepertinya dia sudah tidak bisa berlama-lama di mansion itu. Hatinya terlalu baik jika terus tinggal disana, membiarkan hatinya terluka menyaksikan mereka.

" Perasaan ini membuatku ingin menyingkirkannya." Entah kenapa tiba-tiba rasa itu melintas dalam benaknya. Aya adalah wanita yang baik dan lemah lembut tapi melihat interaksi mereka tadi membuat sesuatu dalam hatinya merasa tidak rela melihat mereka bahagia.

Aya segera menepis pikirannya jauh-jauh, ini bukanlah dirinya " Raya!" Aya memanggilnya " Apa kamu mengendalikan ku?" Tapi rasanya berbeda. Aya masih menguasai tubuhnya tapi kenapa emosi itu menghampirinya?

" Kak Azka apa yang terjadi pada Aya?" Aya meremas sisi ranjangnya, dia merasa gelisah dengan emosinya yang tiba-tiba berubah seperti saat ini. Pintu terbuka memperlihatkan sosok Ramon dengan setelan jasnya. Aya diam, dia enggan untuk menoleh pada pria itu.

Ramon memejamkan matanya cukup lama saat melihat sarapan Aya kembali tidak di sentuh oleh Aya. Dia melangkah mengikis jarak antara dia dengan Aya " Kamu pengen pake apa sarapannya Ay biar saya ganti."

" Saya lagi ngomong. Kamu dengerin saya nggak sih?" Aya menepis tangan Ramon yang ingin menyentuhnya. Aya bangkit lalu berjalan menuju jendela kamarnya.

" Aku nggak mau liat muka kamu. Silahkan kamu keluar dari sini!"Aya Tetap pada posisinya membelaku Ramon yang tengah memperhatikannya.

" Atau aku yang keluar dari sini?" Aya memutar tumitnya melipat tangan di dada dengan sorot mata yang tajam.

" Kamu nggak perlu keluar dari sini. Biar saya saja yang keluar." Ramon tidak ingin berdebat dan tidak ingin membuat mood Aya semakin hancur. Maka dari itu lebih baik dia yang mengalah " tapi saya akan kembali lagi dengan sarapan yang baru. Dan mau tidak mau kamu harus memakannya."

Aya tidak memperdulikannya. Dia kembali melihat kearah jendela membiarkan Ramon keluar. Cukup membosankan untuk Aya jika terus berada di dalam kamar, Zain dan Mian kedua kakaknya itu belum juga datang untuk menjenguknya. Suara nyaring milik Putri membuat Aya penasaran untuk melangkahkan kakinya keluar, dia mengintip melalui pintu yang sedikit terbuka, lagi Putri tengah bercanda dengan Zahra.

Gadis itu bersembunyi dari mommynya mereka tengah memainkan permainan petak umpet. Kaki kecil Putri berlari mendekat kearah kamar Aya lalu bersembunyi pada lemari kecil yang berada dekat di samping pintu kamar Aya. Putri tidak memperdulikan Aya yang tengah memperhatikannya, dengan berani dia malah balik menatap Aya.

Suara Zahra yang meneriaki nama Putri terdengar dengan jelas. Putri semakin merapatkan tubuhnya pada lemari kecil itu berharap bisa lolos dari pencarian mommy nya " Putri, kamu sembunyi dimana nak?"

Aya masih berdiri di depan pintu dengan tubuh yang bersandar pada kusen. Dia terus memperhatikan anak kecil itu melihat tindakan apa yang akan dia lakukan untuk bersembunyi dari mommynya. Suara Zahra terdengar semakin dekat, Putri yang mendengarnya pun segera berdiri berusaha untuk mencari tempat persembunyian lainnya.

Ketika hendak berlari tangannya tidak sengaja menyenggol Vase bunga sehingga terjatuh dan pecah berserakan. Aya terlambat menahan tangan Putri untuk menyentuh serpihan itu alhasil tangannya terluka dan membuatnya menangis kesakitan.

" Mangkannya jangan so bisa. Jadi kena tangankan? Coba sini aku liat!?" Meskipun kesal tapi saat melihat Putri terisak Aya tidak bisa membiarkannya begitu saja. Dia melihat dengan baik-baik lalu mengambil sisa serpihan beling yang tertinggal pada luka Putri.

Putri menjerit kesakitan meskipun Aya berusaha mengambilnya dengan hati-hati. Mendengar teriakan Putri Ramon yang berada di lantai dasar dan Zahra yang berada di kamarnya mencari Putri berlari kesumber suara.

" Putri!" Zahra segera membawa Putri kedalam dekapannya. Matanya membulat melihat tangan anaknya terluka.

" Kamu apakan Putri?" Dengan berusaha menenangkan sang anak Zahra bertanya pada Aya dengan penuh amarah. Apalagi dia melihat serpihan beling berdarah itu berada di tangan Aya, dia berfikir jika Aya lah yang membuat anaknya terluka.

Karena malas berdebat Aya membuang serpihan Vase bunga tadi lalu masuk kedalam kamarnya. Tapi langkahnya tertahan saat Zahra mencekal lengannya " Mau pergi huh? Jawab dulu pertanyaan ku!" Zahra menyeret Aya keluar membuat Aya mau tidak mau kembali pada posisinya tadi.

" Cepat ngaku kamu apakan Putri?"

" Aku nggak ngapa-ngapain dia!" Jawabnya sembari menghentakkan lengan Zahra yang menahan pergelangan tangannya " tangannya luka sendiri gara-gara nyentuh serpihan Vase bunga itu. Jika kamu nggak percaya tanya aja sendiri sama orangnya."

" Enggak. Aku yakin kamu kan pelakunya? Kamu ingin melukai Putri untuk anak dalam perutmu itukan?" Aya yang terpancing mengepal kedua tangannya membuat dress abunya kusut karena kepalan tangannya.

" Jangan asal bicara kamu. Aku nggak pernah ada niatan untuk kesitu!"

" Munafik," Aya tertawa sumbang saat Zahra berani menarik rambutnya. Tumit Aya berputar sorot matanya berubah menjadi lebih tajam.

" Ngerti bahasa Indonesia nggak sih? Kamu di sekolahin nggak? Kata aku nggak ya enggak! Bukannya cepet diobatin malah nuduh orang. Luka Putri harus segera diobatin biar nggak infeksi, bahaya kalo telat di tanganin bisa diamputasi tuh jarinya."

" KYAAA!" Zahra berteriak tidak terima. Amarah berhasil menguasai dirinya. Setelah menurunkan Putri dari gendongannya, Zahra berjalan mendekat kearah Aya tanpa ragu dia menjambak rambut Aya membuat wanita itu teriak kesakitan.

" Berani kamu bicara seperti itu tentang putriku huh?! Siapa kamu yang berani menasehatiku? Dasar benalu, parasit wanita murahan!"

Mendengar umpatan dan makian Zahra nafas Aya pun memburu tidak terima. Apakah Zahra membicarakan dirinya sendiri? Bukankah dia yang parasit dalam rumah tangganya? " Jadi seperti ini sifat aslimu huh? Jika aku murahan maka kamu wanita rendah yang tidak bernilai. Kamu yang benalu dalam rumah tanggaku dan kamu parasit yang menyebabkan pertengkaran di mansion ini! Jadi siapa yang rendahan huh? Kamu! Kamu yang lebih rendah dariku!" Kedua wanita itu saling jambak dan mengatai satu sama lain. Rasa sakit dikepala mereka tidak ada bandingannya dengan sensasi panas yang membakar hati masing-masing.

Putri menangis semakin menjadi, tangisannya kembali terdengar kelantai bawah. Putri berusaha membantu Zahra memberikan perlawanan pada Aya untuk melepaskan mommynya " menyingkir dariku Putri!" Aya hanya menggunakan sedikit tenaga kakinya untuk melepaskan diri dari perlawanan Putri. Tapi sayangnya gadis kecil itu terdorong sehingga membuatnya terjatuh.

" PUTRI!" Zahra kembali terbelalak melihat Putri yang menjadi korban pertengkaran mereka. Jambakan pada rambut Aya semakin kuat membuat Aya tak ingin kalah darinya.

Ramon segera berlari setelah mendengar keributan. Nyaris tidak percaya dengan apa yang terjadi Ramon terdiam sesaat namun segera sadar saat Putri kembali terjatuh karena Aya kembali tidak sengaja mendorong menggunakan kakinya.

" Dasar nggak berperasaan!"

" Kamu yang munafik!"

" Kamu yang munafik!"

" Dan kamu iblis bermuka dua!"

" Sampah. Ramon seharusnya tidak menikah dengan kamu yang dibuang kakakmu!"

" Apa kamu bilang? Coba sekali lagi?!"

" Sampah. Kamu adalah sampah yang dipungut oleh Ramon!"

" BRENGSEK!" Aya sudah tidak lahan lagi kali ini dia benar-benar di kuasai oleh amarah. Beraninya Zahra memandang rendah dirinya yang sebenarnya Zahra sendiri yang lebih rendah dari Aya.

Aya menggunakan sisa tenaga nya untuk membuat perhitungan pada Zahra. Bahkan Aya tidak segan menggoreskan kukunya yang panjang untuk menggores wajah Zahra. Zahra kesakitan dan berteriak saat Aya berhasil meninggal kan jejak kukunya disana. Dia ingin kembali menyerang Zahra namun Ramon menghalanginya dan memisahkan mereka dengan mendorong mereka secara bersamaan. Ramon menggunakan tenaga nya membuat kedua wanita itu berhasil terpisah. Saat Zahra berhasil menahan keseimbangan tubuhnya dengan kedua kakinya, berbeda dengan Aya yang menginjak serpihan Vase bunga yang Bergenangan air membuat dia terpeleset dan membuat perutnya menghantam sudut lemari kecil itu dengan kuat.

Untuk beberapa detik rasa itu membuat Aya berhenti bernafas sesaat, suaranya tercekat karena rasa yang begitu menyakitkan. Beberapa detik kemudian Aya mulai goyah dari posisinya. Tangan nya bergerak mendarat pada perutnya lalu menekan kuat disana.

Aya kesakitan. Nafasnya memburu. Dia terjatuh tak jauh dari serpihan Vase bunga tadi " Kak Azka. Hiks!" Aya meremas kuat perutnya. Rasanya begitu sakit, seperti ada sesuatu yang mengoyak isi perutnya. Keringat dingin mulai membanjiri wajah Aya air matanya sudah lolos sedari tadi.

Zain, Mian dan Kavin yang baru saja sampai di lantai dua terkejut bukan main. Kavin yang terlebih dulu menghampiri Aya dan menahan bahu Aya agar dia tetap pada posisinya " Sakit. Hiks. Perut Aya sakit. Hiks."

" Brengsek. Kamu apakan Aya Ramon?" Zain yang tersulut emosi menerjang Ramon yang kini tengah membelakangi Aya. Dia terlalu fokus pada Putri kecilnya yang tengah terluka karena serpihan Vase bunga tadi sehingga dia tidak menyadari jika Aya sudah ambruk dengan kaki yang berlumuran darah.

Darah?!

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!