Setelah kemenangannya melawan keluarga Ashcroft, Xander menyadari bahwa kejayaan hanyalah gerbang menuju badai yang lebih besar.
Musuh-musuh lama bangkit dengan kekuatan baru, sekutu berpotensi menjadi pengkhianat, dan ancaman dari masa lalu muncul lewat nama misterius: Evan Krest, prajurit rahasia dari negara Vistoria yang memegang kunci pelatihan paling mematikan.
Di saat Xander berlomba dengan waktu untuk memperkuat diri demi melindungi keluarganya, para musuh juga membentuk aliansi gelap. Caesar, pemimpin keluarga Graham, turun langsung ke medan pertempuran demi membalas kehinaan anaknya, Edward.
Di sisi lain, Ruby membawa rahasia yang bisa mengguncang keseimbangan dua dinasti.
Antara dendam, cinta, dan takdir pewaris… siapa yang benar-benar akan bertahan di puncak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Sialan!" pekik Franklin sembari menggebrak meja hingga terbelah dua. Ia melihat dengan jelas nama ayahnya tertulis di sana. "Tanpa kau pinta pun, aku akan menghabisi Evan Krest. Sudah berpuluh-puluh tahun lamanya aku mencari pembunuh ayahku. Aku sampai pindah ke Lytora karena berpikir bahwa pembunuhnya adalah warga negara Lytora.
Ternyata pembunuhnya tidak lain adalah militer Vistoria sendiri."
"Dalam peperangan antara negara Vistoria dan Lytora empat puluh tahun lalu, Evan Krest melakukan pembantaian terhadap prajurit Vistoria yang dianggap sebagai pengkhianat dari negara Lytora dan negara Havreland. Karena itulah meski Vistoria memenangkan peperangan, tapi korban yang jatuh di negara Vistoria lebih banyak dibandingkan negara Lytora."
"Karena negara Havreland kalah dalam peperangan dari negara Vistoria sebelumnya, negara Vistoria diam-diam melakukan kerja sama dengan negara Lytora dan membentuk sebuah aliansi. Aliansi kedua negara itu menemui seorang petinggi militer Vistoria dan menawarkan hadiah besar pada sosok itu untuk berkhianat pada Vistoria dan militernya. Sosok Militer itu berhasil mengumpulkan pasukan cukup besar."
"Saat pertarungan antara Vistoria dan Lytora berlangsung, terjadi sebuah pemberontakan dari dalam. Evan Krest dan beberapa petinggi militer saat itu mengambil tindakan tegas dengan menghabisi hampir setengah dari pasukannya sendiri, termasuk petinggi militer yang berkhianat. Sayangnya, 'pembersihkan' itu juga menyasar pada prajurit yang sama sekali tidak bersalah. Evan Krest dan petinggi militer saat itu 'membersihkan' siapapun yang pernah berkontak langsung dengan sosok petinggi militer pembelot itu."
"Pembantaian itu hanya diketahui oleh beberapa saksi yang merupakan petinggi militer saat itu. Militer negara Vistoria berusaha menutup rapat hal itu sampai tiga dekade lamanya. Tapi informasi itu akhirnya bocor ketika pemerintah negara Vistoria menemukan sebuah catatan lama dari mantan anggota militer yang sudah meninggal dunia."
"Dari informasi itu juga, diketahui fakta bahwa Evan Krest masih hidup. Kabar terbunuhnya Evan Krest sengaja dihembuskan oleh para petinggi militer saat itu bersamaan dengan peristiwa pembantaian itu. Pemerintah negara Vistoria dan militer yang sudah sepenuhnya bersih dari pengaruh Evan Krest akhirnya membongkar makam Evan Krest dan menemukan fakta jika jasad yang dikebumikan bukanlah Evan Krest."
"Tak lama setelahnya, kabar itu diketahui oleh pemerintah negara Havreland dan negara Lytora. Saat ini, pemerintah negara Vistoria, Havreland, dan Lytora sedang berlomba-lomba untuk mencari Evan Krest dan menjanjikan pada siapa pun yang bisa membawa Evan Krest dalam keadaan hidup dan mati hadiah yang sangat besar. Karena kabar itulah hubungan ketiga negara kembali memanas."
Franklin menggertakkan gigi. "Ayahku meninggal dengan keadaan tragis di medan perang. Meski begitu, pihak militer Vistoria saat itu seolah membuang ayahku seperti hewan. Keluargaku bahkan tidak mendapatkan apapun dari kematian ayahku selain kesengsaran. Setelah kematian ayahku, aku dan keluargaku mengalami penderitaan yang sangat panjang hingga aku yang berhasil bertahan hidup dan berakhir sebagai pembunuh bayaran. Aku tidak peduli dengan jumlah uangnya. Aku hanya menginginkan Evan Krest."
"Meski Evan Krest sudah sangat tua sekarang, tapi tidak menutup kemungkinan jika dia memiliki penerus yang mewarisi kehebatannya. Kita harus bekerja sama untuk bisa menemukan Evan Krest dan menghabisinya," ujar Caesar.
Suasana menjadi hening untuk sesaat.
Caesar menghembuskan asap cerutunya ke atas, menatap langit-langit ruangan. "Banyak kelompok pembunuh bayaran bahkan di luar tiga negara yang mulai bergerak. Tak sedikit dari mereka yang membentuk aliansi. Selain mereka, kita juga harus bersaing dengan pemerintah negara Vistoria, Havreland, dan Lytora, atau mungkin dengan pemerintah negara lain."
"Aku pikir dengan kekuatan pasukan kita berdua sekarang, kita tidak akan bisa bersaing dengan kelompok lain, terutama pihak pemerintah sendiri." Franklin menghidupkan cerutu, menghembuskan asapnya ke atas. Tatapannya tertuju pada langit-langit ruangan dengan ekspresi yang lebih tenang.
Franklin menatap Caesar. "Aku mengerti kenapa pemerintah negara Vistoria mencari keberadaan Evan Krest, tapi aku belum mengetahui alasan pasti pemerintah Havreland dan Lytora juga mencarinya."
"Ada dua kemungkinan yang aku pikirkan. Pertama, pemerintah negara Havreland dan negara Lytora ingin mendapatkan informasi dari Evan Krest. Kedua, merekrutnya sebagai pelatih prajurit mereka. Ketiga, pemerintah dua negara itu ingin menghabisinya karena membuat mereka kalah perang. Keempat, Mereka ingin menjual Evan Krest dan mendapatkan keuntungan dari negara Vistoria."
Franklin mematikan cerutu di asbak, terdiam sesaat. "Kita harus merekrut kelompok lain untuk bergabung."
"Kita harus bisa memastikan kalau kelompok yang bergabung dengan kita adalah kelompok yang bisa dipercaya, bukan hanya soal kekuatan mereka, tapi juga sikap mereka. Tidak menutup kemungkinan jika suatu saat aliansi kita saling menyerang satu sama lain karena pembagian hadiah yang dirasa tidak adil. Untuk sekarang, aku berpikir kalau aliansi kita tidak terlalu membutuhkan banyak kelompok. Jika perlu, aliansi ini hanya antara kita berdua."
Caesar terdiam sesaat. "Kita bisa merekrut satu kelompok lagi."
"Satu kelompok lagi? Siapa yang kau maksud?"
"Keluarga Ashcroft." Caesar tersenyum. "Mereka bisa menjadi sumber dana kita dalam melakukan pencarian Evan Krest, apalagi sekarang hubunganku dengan mereka menjadi lebih dekat dari sebelumnya.”
"Keluarga Ashcroft, keluarga yang paling kaya di Vistoria?"
"Kau benar." Caesar tersenyum.
"Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi antara kau dan keluarga Ashcroft, tapi aku setuju untuk menjadikan mereka bagian dari kelompok kita selama mereka tidak macam-macam. Jadi kapan kita akan mulai?"
"Kita bisa memulainya dari sekarang."
Sementara itu, Noah Blair tengah duduk di kursi roda menghadap kaca jendela kamarnya.
Seorang pengawal kepercayaannya baru saja keluar dari kamarnya setelah menyerahkan sebuah surat.
"Jadi Alexander berhasil menemui Evan dan berlatih di bawah arahannya." Noah Blair tersenyum, menatap surat di tangannya yang belum sempat dibuka. Ia membaca tulisan nama rumah sakit beserta alamatnya yang digunakan sebagai samaran. "Alexander lebih tangguh dari yang kukira."
Noah Blair membuka surat, membaca isi dengan cepat. "Tuhan memberikan umur panjang padamu pasti karena sebuah alasan, Evan. Tapi syukurlah kau dan keluargamu baik-baik saja sekarang. Sayangnya, aku justru tidak dalam keadaan baik sekarang."
Noah Blair menekan sebuah tombol di bagian kursi rodanya. Sebuah layar besar tiba-tiba muncul di dinding. Beberapa mobil tampak hilir mudik di dekat kediamannya. "Pemerintah Vistoria mengawasiku dengan sangat ketat menyusul ditemukan catatan salah satu teman kita yang sudah tiada. Selain itu, aku mendengar selentingan kabar dari orang-orang kepercayaanku di pemerintahan negara Vistoria jika pemerintah negara Havreland dan negara Lytora juga mulai mencarimu. Di usiaku yang sudah setua sekarang, aku justru harus disibukkan dengan masa lalu yang belum sepenuhnya usai."
Noah Blair menutup layar, bergerak ke kasur dengan bantuan kursi roda. "Mau tidak mau Alexander dan keluarga Ashcroft akan ikut terseret dalam masalah ini. Alexander mungkin saja bisa menghadapi pemerintah negara Ashcroft, tapi dia tidak mungkin bisa bertahan dari aliansi Havreland dan Lytora atau mungkin aliansi ketiga negara."
Di tempat berbeda, Marcus tengah terbaring di ranjang, menatap jendela di mana cahaya matahari tampak berusaha menerobos masuk. Suara seseorang tiba-tiba terdengar dari balik pintu kamar.
"Masuklah." Marcus tidak mengubah posisinya.
Seorang pengawal memasuki ruangan, kembali menutup pintu. "Tuan Marcus, aku ingin melaporkan jika ada utusan pemerintah yang ingin bertemu dengan Anda."
"Untuk apa mereka ingin menemuiku? Bukankah pemilu masih cukup lama?"
"Menurut informasi dari tim kita, orang-orang itu berasal dari militer, Tuan."
"Militer?" Marcus dengan cepat duduk di kasur. "Apa yang mereka inginkan dariku?”