NovelToon NovelToon
Blind Girl And Cold Mafia

Blind Girl And Cold Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Pengantin Pengganti / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Roman-Angst Mafia
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: La-Rayya

Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa ibunya dan membuatnya buta karena melindungi adiknya, pernikahan Intan dibatalkan, dan tunangannya memutuskan untuk menikahi Hilda, adik perempuannya. Putus asa dan tak tahu harus berbuat apa, dia mencoba bunuh diri, tapi diselamatkan oleh ayahnya.

Hilda yang ingin menyingkirkan Intan, bercerita kepada ayahnya tentang seorang lelaki misterius yang mencari calon istri dan lelaki itu akan memberi bayaran yang sangat tinggi kepada siapa saja yang bersedia. Ayah Hilda tentu saja mau agar bisa mendapat kekayaan yang akan membantu meningkatkan perusahaannya dan memaksa Intan untuk menikah tanpa mengetahui seperti apa rupa calon suaminya itu.

Sean sedang mencari seorang istri untuk menyembunyikan identitasnya sebagai seorang mafia. Saat dia tahu Intan buta, dia sangat marah dan ingin membatalkan pernikahan. Tapi Intan bersikeras dan mengatakan akan melakukan apapun asal Sean mau menikahinya dan membalaskan dendamnya pada orang yang sudah menyakiti

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Vina

Dokter menatap Vina yang memegang tangannya.

"Ada apa?" Tanya Dokter.

Vina dan Dokter berbicara dan ketika Dokter meninggalkan ruangan itu, dia pergi untuk berbicara dengan Sean.

"Apakah Anda ayah dari bayi yang dikandung pasien itu?" Tanya Dokter.

"Itulah yang dikatakannya." Jawab Sean tenang.

"Percaya atau tidak, Anda harus berhati-hati dengan apa yang Anda katakan kepadanya. Kondisi pasien serius, dan dia bisa saja kehilangan bayinya. Dia perlu berada di rumah yang nyaman, dekat dengan keluarga dan teman-temannya. Itu akan sangat membantu kondisinya." Ujar Dokter.

"Dia tidak punya keluarga, dan percayalah, teman-temannya hanya akan memperburuk keadaannya." Balas Sean.

"Kalau begitu, bawa saja dia ke rumah Anda." Ucap Dokter itu.

Sean menatap dokter itu dengan serius.

"Tidak mungkin!" Seru Sean.

"Baiklah, kalau begitu Anda harus membiasakan diri dengan kenyataan bahwa bayi dalam kandungannya itu akan mati karena Anda." Ucap Dokter.

"Kau kan seorang dokter, rawatlah dia dengan baik." Ucap Sean mulai kesal.

"Di rumah sakit? Itu sama sekali tidak membantu. Seperti yang saya katakan, dia harus di rawat di rumah yang penuh dengan perhatian. Bukan di rumah sakit yang penuh dengan orang-orang dimana akan membuatnya stres dan bisa mempengaruhi kesehatan janin dalam kandungannya itu." Ucap Dokter lagi.

"Baiklah, begini yang akan kita lakukan. Jika bayi itu mati, maka kau juga akan mati, Dokter!" Seru Sean semakin kesal.

"Apa? Saya hanya memberi tahu Anda kalau dia perlu merasa diperhatikan dan dicintai. Itu akan sangat membantu untuk pertumbuhan janinnya. Jika Ibu bahagia, maka bayi dalam kandungannya juga akan ikut merasa bahagia dan nyaman di dalam kandungan. Jadi, apa masalahnya kalau dia tinggal di rumah Anda sampai bayinya lahir? Atau sampai Anda yakin bayi itu adalah anak Anda? Dan kalau pada akhirnya nanti bayi itu meninggal, dan Anda tahu jika dia benar-benar anak Anda, maka Anda sendirilah yang akan menanggung beban itu seumur hidupmu." Ujar Dokter panjang lebar.

Sean berpikir sejenak dan kemudian mengingat sesuatu.

"Baiklah, dia bisa pergi ke rumahku, dan begitu juga denganmu. Kau akan memastikan bayi itu baik-baik saja, sampai aku yakin dia anakku. Kalau terjadi apa-apa padanya, kau yang akan menanggung akibatnya." Ancam Sean.

"Saya hanya seorang dokter." Balas Dokter itu sedikit gugup.

"Apakah dia bisa pulang sekarang?" Tanya Sean.

"Ya, kondisinya sudah stabil." Jawab Dokter.

"Meskipun dia berteriak kesakitan seperti itu? Aneh, bukan?" Ucap Sean penuh selidik.

"Dia hanya butuh banyak istirahat, dan itu tidak harus di rumah sakit." Balas Dokter.

"Bagus, kalau begitu kemasi barang-barangmu dan barang miliknya. Kita berangkat sekarang." Ucap Sean.

Dokter itu pergi dan menuju kamar Vina.

"Dengar, aku tidak tahu apa yang telah kulakukan, tapi pria itu menakutkan. Kuharap uang yang kau berikan sepadan dengan apa yang akan aku hadapi, atau aku akan menyeret mu bersamaku jika aku terkena masalah." Ucap Dokter itu.

"Tenang saja. Aku akan melindungi mu, seperti yang ku janjikan. Dan kau akan menerima lebih banyak uang daripada yang kukatakan jika aku berhasil memenangkan hati Sean lagi." Balas Vina.

"Dia bilang dia akan membunuhku kalau terjadi apa-apa pada bayi itu sebelum dia tahu itu bayinya atau bukan. Apa kau setidaknya tahu pasti apakah bayi itu miliknya?" Tanya Dokter.

"Tentu saja bayi itu miliknya. Aku tidak sebodoh itu untuk dihamili orang lain. Sean sangat pendendam kalau dia mau, jadi dia tidak bisa curiga kita berbohong tentang risiko keguguran, setidaknya sampai kita mendapatkan hasil tesnya. Dan ketika dia tahu aku ibu dari anaknya, semuanya akan berubah. Dia akan memperlakukanku seperti ratu." Ujar Vina.

"Semoga saja. Ayo pergi." Ucap Dokter.

Mereka bersiap-siap dan menunggu administrasi Vina karena sudah keluar dari rumah sakit yang ternyata lebih lama dari perkiraan. Setelah semuanya siap, mereka berdua turun dan masuk ke mobil. Sean tidak berkata sepatah kata pun selama perjalanan.

Sesampainya di rumah, Sean meninggalkan Vina di sana dan hendak pergi.

"Tunggu, kau mau ke mana? Apa kau tidak akan mengenalkan ku pada istrimu?" Tanya Vina.

"Apakah kau benar-benar berpikir aku akan menempatkan mu serumah dengan istriku? Kau gila?" Ucap Sean.

"Apa maksudmu? Ini rumahmu, bukankah dia tinggal bersamamu?" Tanya Vina.

"Itu bukan urusanmu." Jawab Sean.

Vina tersenyum tipis. Dia berpikir kalau saja Sean tidak tinggal serumah dengan istrinya, maka akan mudah baginya untuk merebut hati Sean lagi.

"Kau benar, aku tidak peduli. Mana pembantunya? Aku kelaparan. Kau mau makan siang denganku?" Tanya Vina.

"Aku akan mempekerjakan seseorang, tapi untuk saat ini, kau harus mengurus dirimu sendiri." Jawab Sean.

Sean lalu melihat arlojinya dan ingat bahwa dia telah berencana untuk menjemput Intan untuk makan siang.

"Sial!" Seru Sean.

Dia membuka pintu dan bergegas keluar, meninggalkan rumah itu. Saat Vina hendak mengikutinya, dua petugas keamanan menghalangi jalannya di pintu.

"Siapa kalian? Minggir." Teriak Vina.

"Kalian berdua tidak punya izin untuk meninggalkan rumah ini." Jawab petugas keamanan itu.

"Apa? Aku harus pergi. Aku harus bekerja." Balas Dokter itu.

"Ini perintah Pak Sean. Jangan pergi sebelum Pak Sean yang memutuskan untuk membiarkan Anda pergi." Ucap petugas keamanan.

"Bagus sekali, Sean, tapi aku akan tetap meluluhkan hatimu yang sedingin batu itu." Ucap Vina.

"Apa maksudnya semua ini. Aku tidak bisa terjebak di sini." Ucap Dokter.

"Diam lah! Bukan hanya kau yang terjebak disini aku juga. Tapi setidaknya kau lebih beruntung dariku, karena kau tetap akan menerima upah dariku. Sekarang aku lapar. Sana pergilah ke dapur dan buatkan aku makanan." Ucap Vina.

"Aku bukan pembantu!" Balas Dokter itu.

"Tugasmu adalah mengurusku, dan memastikan bayi ini sehat. Jadi memasak makanan sehat untukku juga sudah termasuk dari tugasmu. Lagi pula kau ingin uang yang banyak atau tidak?" Ucap Vina.

Dokter itu tak bicara lagi. Meski dongkol, dia tetap berjalan menuju dapur untuk memasak makanan untuk Vina.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Disisi lain...

Sean tiba di rumah. Dia masuk dengan begitu tergesa-gesa dan mendapati Intan sudah menunggunya di ruang tamu.

Intan yang menyadari kedatangan Sean seolah tengah menatapnya dengan sedikit kekecewaan di matanya.

"Aku hanya bisa bertanya-tanya. Rasanya kehadiranku tak berarti apa-apa bagimu, seolah aku ini hanyalah pengganti orang lain." Ucap Intan.

Sean segera menyadari beratnya kata-kata Intan dan mengulurkan tangan untuk memegang tangan Intan.

"Tidak, sayangku, kau bukan sekadar pengganti. Kaulah wanita yang ingin ku habiskan hidupku bersamamu. Aku tak bisa membayangkan hari-hariku tanpamu di sisiku. Maafkan aku karena telah mengabaikan mu hari ini." Ucap Sean.

Mata Intan melembut, dan dia mendekat pada Sean.

"Aku ingin percaya padamu, Sean. Tapi tindakan lebih berarti daripada kata-kata." Ucap Intan.

Sean mengangguk, menyadari betapa pentingnya tindakannya bagi hubungan mereka.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!