"Kau mengundang suami sah mu untuk menyaksikan istrinya dinikahi pria lain? lelucon apa yang sedang kau buat?. Dirimu, tubuhmu, bagian terdalam mu, hanya milikku. Ariana Raj Wallace." (Caesar Castillo Grayson).
Hawaii, tempat indah yang menghantarkan Ariana pada kehidupan baru. Ia mengalami kejadian apes yang membuatnya mendadak jadi istri seorang pria asing bernama Caesar selama 21 hari.
Setelah semuanya selesai, Ariana pergi tanpa memikirkan bahwa dirinya masih seorang istri dari seorang Caesar. Seiring berjalannya waktu, keduanya dipertemukan kembali. namun status pernikahannya harus disembunyikan.
.
.
Penasaran?
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>>
Note: Dilarang mencomot karya orang/plagiasi, silahkan keluar dengan aman!.
HAPPY READING^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
Hari ke 21..
Pagi pukul 05.00.
Terlihat Caesar sedang bicara melalui telepon nya di balkon kamar. Percakapannya nampak serius, pagi buta ia telah bangun untuk mengurus hal penting yang berkaitan dengan tugasnya sebagai instruktur di lapangan.
Setelah selesai berbincang, Caesar mengakhiri panggilan. Pria itu kembali melangkah memasuki kamar. Terlihat Ariana masih terlelap dalam tidurnya, nafas lembut yang teratur dan wajah cantiknya yang tenang.. Caesar sangat berat meninggalkan wanita itu.
Sebelum pergi Caesar duduk di tepi ranjang. Ia menatap seksama setiap inci kecantikan Ariana. Melihatnya yang damai terlelap, Caesar sangat tak mungkin membangunkan nya.
Sudut bibir pria itu terangkat. Melihat bawah telinga dan leher jenjang Ariana yang merah-merah akan ulahnya, rasanya Caesar ingin kembali mencumbu menikmati apa yang ada pada diri istrinya.
"Sial.. Ini masih pagi, tapi kau sudah mengacaukan pikiran ku."
Jemari Caesar mengelus lembut wajah cantik Ariana. Sepertinya setelah menghabiskan waktu bersama, di pesta malam kemarin, Ariana cukup kelelahan.
"Mhmm.." Gumam Ariana saat merasakan sentuhan Caesar. Tetapi matanya tetap terpejam.
"Hei.." Lirih Caesar.
"Aku harus pergi dulu, istirahat lah dengan nyenyak." Bisik Caesar terpaksa.
Diciumnya bibir sexy itu cukup lama, Caesar tak tahan untuk tak meraihnya. Sangat lembut dan menggoda..
Setelah selesai ia meraih jaket dan kunci mobil. Caesar pun berlalu pergi meninggalkan apartemen menuju tempat tujuan untuk mengurus hal penting diakhir tugasnya.
Waktu terus berjalan...
Ariana menggeliatkan tubuhnya saat sinar mentari pagi menyilaukan mata. Tangannya meraba-raba bantal sebelah yang kosong. Menyadari sesuatu, Ariana lekas membuka matanya mencari keberadaan seseorang.
Kosong, tidak ada siapa-siapa.
"Apa sudah pergi?."
"Kenapa tidak membangunkan ku dulu?." Dengus Ariana sedikit kesal. Entah ini karena efek datang bulan ataupun karena perasaannya, Ariana merasa sensitif saat keinginannya tak terlaksana. Ia ingin melihat pemandangan Caesar saat terbangun.
Namun di samping itu ia mengerti, bahwa Caesar pergi untuk menyelesaikan sesuatu.
"Come on Ariana!." Wanita cantik itu menepuk-nepuk pipinya, Caesar benar-benar telah mengambil kewarasannya.
Setelah bergelut dengan pikiran sendiri, Ariana turun dari atas kasur, wanita itu melangkah menuju kamar mandi untuk cuci muka. Sambil menunggu Caesar kembali ia juga perlu menyelesaikan pekerjaan dan membuat sarapan.
"Ya ampun!." Alangkah terkejutnya Ariana saat memandangi pantulan diri dari cermin besar. Tanda merah yang terlihat pekat menghiasi leher jenjangnya. Jika diingat-ingat, bekas waktu di sofa saja belum hilang sama sekali, ini tambah lagi hingga ke bagian atas?.
Ariana syok menutup mulut. Pasti jika orang-orang melihatnya, mereka akan beranggapan bahwa keduanya telah melakukan penyatuan panas begitu panjang di setiap malam.
Malam kemarin bekas itu belum ada, berarti Caesar melakukannya saat Ariana tertidur pulas.
Menyadari itu Ariana menunduk, pipinya merona berusaha untuk tak memarahi suaminya. "Caesar kau!.. Bagaimana aku menutupi ini?."
Walaupun ada sedikit kekesalan, tetapi Ariana tak bisa bohong bahwa hatinya merasa menyukai hal itu juga. Ia mengakui perubahannya dan hanya pada Caesar seorang.
Setelah selesai cuci muka, Ariana membuat sarapan dan lanjut menyelesaikan pekerjaan. Jadwalnya sendiri akhir-akhir ini terasa begitu padat, tak jarang daddy-nya Liam sering menghubungi untuk membahas hal penting.
Ting tong!.
Ariana menoleh saat bel apartemen bunyi, ia mengerutkan kening tampak berpikir keras. "Caesar? Apa pekerjaannya selesai begitu cepat?."
Ting tong!.
Di letakkannya iPad, Ariana melangkah menuju pintu utama. Terlihat dari dalam, bahwa yang datang adalah Lovita. Ariana bergegas membuka pintu saat mengetahui kedatangan temannya.
Pintu apartemen terbuka, keduanya saling tatap.
Senyum Ariana seketika berubah saat mendapati raut wajah Lovita.
"Ariana.. Maafkan aku." Lirih Lovita berat.
"Ada ap...
Deg.
Belum sempat Ariana melanjutkan ucapannya ia terdiam membeku saat sosok pria yang paling ia hindari muncul tepat di hadapannya.
"Apa kabar, calon istriku.." Ujar Diego dengan tatapan penuh maksud.
"Kau!.."
Ariana melirik ke arah Lovita, kenapa ia sampai bisa memberitahukan keberadaannya?. Lovita sudah berjanji, kecuali jika hal mendesak.
"Jadi di sini kau tinggal dengan pria baru mu itu? Hm?." Ucap Diego penuh intimidasi. Banyak sekali amarah dan rasa tak terima nya yang terpendam.
"Kau datang hanya untuk itu?." Sindir Ariana. "Aku tak punya tenaga untuk meladeni omong kosong mu lagi."
"Ariana..." Diego meraih tangan wanita yang dicintainya itu. Sangat erat, rahangnya terlihat mengeras. "Bagaimana pun tetap saja aku tak terima, bukan masalah kau menjalin hubungan nya dengan pria lain. Tetapi... Apa kau sengaja melakukan ini dengan sosok pria keturunan Grayson?.."
"Kau lupa akan sesuatu?.. Bagaimana jika om Liam tahu hal ini dan mengetahui putrinya sendiri melanggar aturan!?." Lanjut Diego penuh penekanan.
Deg.
Pupil mata Ariana membesar mendengar ucapan Diego, jantungnya mulai tak karuan saat pikirannya kemana-mana. Ia memang teringat aturan keluarganya untuk tak memiliki hubungan dengan keluarga Grayson. Selama ini Ariana tak mengindahkan itu karena sangat mustahil tentunya dan pertemuan mereka tidak pernah terbayangkan.
Maka dari itu saat Ariana mengetahui gelar bangsawan keluarga Caesar, ia tak terlalu ambil pusing karena ia merasa bahwa bukan keluarga itulah yang dimaksud. Terlebih karena itu kesepakatan yang akan berlalu, jadi Ariana benar-benar tak memikirkan apa-apa. Namun kini semua telah berbanding terbalik, ia malah terikat perasaan dengan Caesar.
Jadi Caesar adalah orangnya?.
Kenapa Ariana sampai melupakan hal penting itu?.
Lovita menatap berat sahabatnya, inilah tujuannya yang pada akhirnya mengijinkan Diego menemui Ariana.
"Rupanya kau melupakan hal itu dan diam-diam menjalin hubungan dengan pria gila sepertinya." Ujar Diego yang kecewa tak menyangka juga.
Ariana yang cukup terguncang, ia mengepalkan tangannya kuat. Jadi itu semua benar?.
Bagaimana ia melalui ini? Apa Caesar mengetahui identitas aslinya juga? Kenapa mereka baik-baik saja seperti tak terjadi apa-apa?.
Tidak, bukan itu masalahnya. Hati Ariana bergemuruh, rasanya begitu sesak saat mengetahui fakta bahwa ia telah mencintai Caesar akan tetapi harus kembali mengubur perasaan itu karena aturan besar keluarga.
"Pulanglah dan kembali bersamaku..." Ujar Diego. Ia akan meraih wanitanya kembali dari genggaman pria manapun termasuk Caesar.
Ariana yang masih terguncang mundur beberapa langkah. "Biarkan aku mencerna ini semua."
"Tidak!." Diego tak ingin kehilangan Ariana lagi. "Kau sudah tahu ini salah kenapa malah berulah??."
"Aku tidak berulah Diego!! Aku hanya butuh waktu." Sergah Ariana, dadanya terasa sesak.
Diego meraih kedua tangan Ariana. "Tatap aku! Jika kau tak pulang maka masalah besar akan terjadi, kau tahu resikonya Ariana. Dan aku tentu tak akan tinggal diam, aku calon suamimu yang sesungguhnya tentu tidak akan membiarkanmu jatuh ke tangan pria lain apalagi keturunan Grayson!."
"Pilihan ada pada dirimu.. Bagaimana jika om Liam mengetahui ini? Apa kau akan siap menghadapinya?." Ancam Diego, dan itu memang faktanya.
Bibir Ariana gemetar, menelan pun rasanya begitu tercekat. Rasanya menyakitkan sekali.. Ini pilihan yang cukup berat, sementara Caesar telah berhasil mengambil alih dirinya.
"Ariana..." Lirih Lovita. "Sebelum terlalu jauh, jangan menghancurkan dirimu terlalu dalam."
Tidak ada jawaban dari Ariana, ia menunduk dengan perasaan tak karuan. Hidupnya seolah terbalik. Masalah telah menghampirinya, tetapi jika ia tak pergi dari sini masalah lebih besar akan menanti.
Ini sangat sulut. Butiran air bening membasahi pipi Ariana, ia harus meninggalkan setiap sudut kenangan yang dibangun selama di Hawaii, termasuk perasaannya terhadap Caesar. Dan sepertinya ia harus melakukan itu untuk menjaga semuanya agar tetap baik-baik saja, ada pengorbanan untuk membayar semua.
"Maafkan aku.."
.
.
Sore pukul 17.00.
Acara penutupan penting telah selesai dilakukan, setiap anggota agen menunjukkan rasa hormat dan terimakasih nya kepada instruktur mereka. Pelatihan berjalan lancar dan membuahkan hasil dari awal hingga akhir.
Caesar sangat berjasa penting untuk negara dengan didampingi Luke di sampingnya.
Setelah acara selesai, semuanya pamit untuk kembali ke tempat masing-masing. Begitu pun Caesar yang masuk mobil untuk pulang.
Luke duduk di depan, ia melajukan mobilnya membelah jalanan raya.
Hampir seharian Caesar tak memegang handphone, ia ingin tahu kabar istrinya. Caesar akan membelikan sesuatu jika ada yang diinginkan Ariana.
"Luke, apa dia keluar apartemen?." Tanya Caesar memastikan.
"Ya, penjaga apartemen melaporkannya. Dan itu atas kemauan Ariana." Balas Luke.
Mendengar itu Caesar mengerutkan kening, Ariana akan bicara kepadanya jika pergi keluar, tapi tidak ada pesan masuk sama sekali. Caesar segera menghubungi nomor istrinya, namun berapa kali pun panggilan di lakukan Ariana tetap tak menjawab.
Luke menatap tuannya dari kaca spion, pikiran pria itu kemana-mana. "Tidak mungkin.."
Caesar yang menyadari sesuatu, rahangnya tampak mengeras. "Cepat, gas mobilnya!!."
Tanpa berpikir apa-apa, Luke melajukan gas mobil dengan kecepatan tinggi. Tidak mungkin pengawasan nya gagal, ia hanya akan membebaskan jika Ariana sendiri yang meminta keluar. Lantas kenapa wanita itu jadi sangat susah dihubungi? Luke segera menghubungkan alat pelacak nya untuk mengecek hasil.
BRAK!!..
Sesampainya di apartemen, Caesar langsung membuka pintu masuk mencari keberadaan Ariana.
"Ariana!.." Panggilnya.
Kamar Caesar kosong, bahkan kamar wanita itu pun tidak ada sama sekali.
"Ariana?? Jawab aku!." Caesar beralih mencarinya di balkon, ia berharap menemukannya seperti waktu itu. Tetapi di sana tidak ada, bahkan lampunya mati.
"Ck, Ariana!! Aku tak menerima candaan!." Sergahnya tetap berusaha menepis pikiran buruk yang menguasai. Caesar mencari ke seluruh ruangan tetapi tetap saja ia tak menemukannya.
Pikirannya sudah tak jernih, seolah ada sesuatu yang hilang yang berhasil mengguncang diri..
Cemas, panik, khawatir menjadi satu. Caesar tak pernah se-kalut ini. "Tidak Ariana.."
Nafa Caesar memburu.. Di tengah keputusasaan, sorot mata tajamnya tertuju pada hidangan makanan di atas meja makan. Pria itu segera mendekatinya meraih kertas putih yang terselip di sana. Surat yang ditinggalkan Ariana.
Caesar.. Sudah pulang? Aku membuatkan steak kesukaan mu, di makan ya.
Bagaimana pun aku masih tak mempercayainya. Kenapa kau menyembunyikan ini? Aku rasa kau sudah tahu semuanya, mengenai identitas dan keluarga ku.
Apa yang telah terjadi diantara kita, aku tak menyesalinya. Dulu, aku memang cukup tertekan dengan kesepakatan yang telah kita buat, tapi sekarang? Rasanya jika bisa, aku ingin membeli hari untuk menambah waktu bersama mu. Sayangnya itu keserakahan ku...
Aku pulang.. Aku kembali ke tempat asalku bersamaan dengan kesepakatan kita berakhir..
21 hari yang sangat berharga, terimakasih atas semuanya. Atas rasa aman dan kepedulian mu terhadapku. Dan setelah semua yang terjadi diantara kita, baik itu hubungan dan ikatan rasa.. Mari lupakan..
Aku telah memutuskan nya.
Senang bisa bekerjasama dengan sosok dirimu, aku rasa ini yang terbaik untuk semuanya. Semoga setelah membaca ini kau tidak membenciku.
Maafkan aku..
Itulah isi surat Ariana.
Terlihat kertas suratnya sudah tak rapi, walaupun cukup memudar, tetapi bekas air matanya menghiasi tulisannya.
Caesar terdiam seribu bahasa, ia berusaha mencerna apa yang sedang dialaminya. Ariana telah pergi meninggalkannya, meninggalkan semua kenangan yang telah terjadi bersamanya di Hawaii.. Tanpa berbicara dan mengabarinya dulu.. Ia meninggalkan keheningan, kekosongan, dan tikaman yang amat menusuk diri.
"Melupakan katanya??."
"Luke, kau melihat kalimat 'melupakan' ini!?." Sergah Caesar seperti kehilangan arah.
Luke yang melihat itu menunduk dengan nafas teramat berat. Tuannya terlihat seperti tak mempercayainya.
"Ha..
"Hahaha.."
"Kau sudah membuatku seperti ini. Ariana.. Tidak semudah itu untuk melepaskan semuanya."
Tapi rindu kan.........
pasti ide dari caesar...wah mereka akan bertemu d sana