NovelToon NovelToon
Istrimu, Tapi Tak Pernah Jadi Pilihanmu

Istrimu, Tapi Tak Pernah Jadi Pilihanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Pernikahan Kilat
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Yullia Widi

Aku pernah percaya bahwa cinta itu cukup.

Bahwa selama kita mencintai seseorang dengan sepenuh hati, ia akan tinggal. Bahwa kesetiaan akan dibalas dengan kesetiaan. Bahwa pengorbanan akan membuka jalan menuju kebahagiaan. Aku percaya, sampai kenyataan memaksaku membuka mata: tidak semua cinta menemukan jalannya, dan tidak semua istri benar-benar menjadi pilihan.

Namaku Nayla. Seorang istri di atas kertas. Di kehidupan nyata? Aku lebih sering merasa seperti tamu dalam rumahku sendiri. Aku memasak, mencuci, merapikan rumah, menyiapkan segala kebutuhan suamiku. Tapi tak sekalipun aku merasa dipandang sebagai seseorang yang ia banggakan. Tak pernah aku lihat binar di matanya ketika menatapku. Tidak seperti saat ia menatap layar ponselnya, tersenyum kecil, membalas pesan yang tak pernah kutahu isinya.

Aku dan Raka menikah karena keadaan. Aku menyukainya sejak lama, dan saat kami dipertemukan dalam sebuah kesempatan yang kelihatannya takdir, aku langsung mengiyakan tanpa banyak berpikir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yullia Widi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 : Surat yang Tak Pernah Selesai

Malam itu, setelah percakapan terakhir dengan Arvan, aku duduk lama di kamar. Satu koper besar sudah kusiapkan. Beberapa pakaian, buku harian, dan flashdisk yang berisi kumpulan tulisanku, semua sudah tertata. Anehnya, tak ada air mata kali ini. Tidak juga kemarahan. Yang tersisa hanya keheningan yang menyesakkan, dan keputusan yang sudah tak bisa ditarik kembali.

Namun sebelum benar-benar pergi, ada satu hal yang ingin kulakukan: menulis surat. Bukan untuk Arvan, bukan pula untuk seseorang yang mungkin membacanya. Surat itu untukku sendiri. Untuk Nayla yang sudah terlalu lama diam.

"Untuk diriku sendiri..."

"Hari ini aku memutuskan untuk berhenti. Bukan karena aku lemah, tapi karena aku tahu ini bukan lagi tempatku. Selama ini, aku bertahan karena janji. Tapi janji itu pun akhirnya hanya tinggal suara yang menguap di udara. Aku mencintainya, terlalu mencintainya. Sampai-sampai aku lupa mencintai diriku sendiri."

"Aku bukan korban. Aku juga bukan pahlawan. Aku hanya seorang perempuan yang terlalu sering memaklumi. Terlalu banyak menunda tangis. Dan terlalu sering menipu diri dengan kata 'baik-baik saja'."

"Jika suatu saat aku ragu akan keputusan ini, aku harap aku membaca surat ini lagi. Agar aku tahu bahwa kepergian ini bukan tanda menyerah, melainkan bentuk terakhir dari keberanian."

"Terima kasih untuk semua luka. Tanpanya, aku mungkin tak akan pernah benar-benar melihat siapa diriku sebenarnya."

Kupandangi surat itu cukup lama sebelum kulipat dan kusimpan dalam dompet. Entah kapan akan kubuka lagi. Mungkin suatu hari, saat aku sudah cukup kuat untuk benar-benar melupakan.

Pagi hari, aku keluar dari rumah dengan langkah pelan. Arvan tidak menahanku. Ia hanya berdiri di ambang pintu, diam, dengan mata merah yang tak bisa menyembunyikan rasa bersalah. Tapi kami berdua tahu, tak ada kata yang cukup untuk memperbaiki semuanya. Kadang, cinta yang tak pernah dipilih memang harus dibiarkan pergi.

“Terima kasih sudah pernah berusaha,” kataku lirih sebelum naik ke mobil sewa yang menjemputku.

Ia hanya mengangguk.

Mobil melaju perlahan meninggalkan rumah yang pernah kami tempati bersama. Rumah yang menyimpan begitu banyak kenangan, tangis, dan keheningan yang saling menenggelamkan.

Tujuanku bukan tempat yang jauh. Aku memutuskan tinggal sementara di rumah sahabatku, Vira, yang tinggal sendiri di apartemen kecilnya. Vira menyambutku dengan pelukan hangat dan air mata yang akhirnya membuatku ikut menangis. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku merasa aman.

Beberapa hari kemudian, aku mulai menata hidup dari awal. Mendaftar kerja freelance sebagai editor, mengisi waktu dengan kelas online, dan mulai kembali menulis cerpen untuk dikirimkan ke media. Rasanya seperti bayi yang baru belajar berjalan. Gemetar, tapi semangat.

Suatu sore, saat aku membuka email, kutemukan sebuah pesan baru dari nama yang tak asing.

“Dari: Rian”

Subjek: Untukmu yang Masih Berani Tersenyum

"Nay, aku tahu kamu sedang dalam fase sulit. Tapi percayalah, kamu lebih kuat dari yang kamu pikirkan. Aku menulis ini bukan untuk menawarkan cinta, tapi sebagai teman yang dulu pernah membuatmu tertawa di bawah hujan."

"Kalau kamu butuh tempat untuk menulis, aku sedang buka ruang kolaborasi. Beberapa teman bikin komunitas penulis dan kami butuh orang sepertimu. Orang yang punya luka, tapi tetap memilih bertahan."

"Aku tunggu kabarmu. Bukan karena aku ingin merebutmu dari siapa pun. Tapi karena aku tahu, kamu pantas punya ruang untuk hidup."

Surat itu membuat mataku berkaca. Mungkin ini bukan akhir. Mungkin ini adalah babak baru. Dan mungkin, meski aku tak lagi menjadi istri yang dipilih, aku bisa menjadi perempuan yang akhirnya memilih dirinya sendiri.

1
Mamah dini
raka atau arvan
Mamah dini
mudah2an pilihanmu yg sekarang ada benarnya nay, jgn diam kalau GK di anggap
Mamah dini
mampir thor, kasian kmu nay , semoga kedepan nya kmu bisa bahagia sm orang yg benar2 mencintaimu menghargaimu dn melindungimu, semangat terus nay .
yuliaw widi: Aamiin, Makasih Mamah dini 🤍 sudah mampir dan ikut merasakan luka Nay.
yuliaw widi: Aamiin, Makasih Mamah dini 🤍 sudah mampir dan ikut merasakan luka Nay.
total 2 replies
Dâu tây
Baca ceritamu bikin nagih thor, update aja terus dong!
yuliaw widi: Terima kasih! Tenang, update-nya bakal lanjut terus kok 🤍
total 1 replies
Jennifer Impas
Wow, aku gak bisa berhenti baca sampai akhir !
yuliaw widi: Makasih! Senang banget ceritanya bikin kamu terus baca 😍
total 1 replies
mr.browniie
Menggetarkan
yuliaw widi: Terima kasih banyak, senang sekali bisa menyentuh hati pembaca 🖤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!