Menyukai Theresia yang sering tidak dianggap dalam keluarga gadis itu, sementara Bhaskar sendiri belum melupakan masa lalunya. Pikiran Bhaskar selalu terbayang-bayang gadis di masa lalunya. Kemudian kini ia mendekati Theresia. Alasannya cukup sederhana, karena gadis itu mirip dengan cinta pertamanya di masa lalu.
"Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Aku yang bodoh telah menyamakan dia dengan masa laluku yang jelas-jelas bukan masa depanku."
_Bhaskara Jasver_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elok Dwi Anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kereta
Angin malam yang dingin, perasaan kebahagiaan yang dirasakan, dan rasa kerinduan kepada orang-orang yang telah mendukungnya hingga sekarang.
Theresia membuka tasnya dan mengeluarkan baju berwarna putihnya yang pernah ia kenakan di saat akan bunuh diri di jembatan. Ia jadi mengingat aksi heroik Bhaskar yang menyelamatkannya dan akhirnya dapat merasakan sebuah kebahagiaan sekarang walaupun tidak selalu ada.
Ia pun menyiapkan pakaiannya yang akan Theresia kenakan besok pagi sebelum berangkat ke stasiun kereta.
Malam ini akan menjadi malam ia bisa tertidur dengan perasaan tenang. Meskipun tidak tahu keadaan Mamanya dan Linsi, tetapi Theresia berusaha untuk tidak memikirkan mereka yang hanya menjadikannya sampah hingga tidak dianggap.
Ia sudah tidak peduli dengan mereka. Yang selalu menyiksanya melakukan berbagai hal dengan dijadikan layaknya seorang babu di dalam rumah. Apalagi itulah yang Theresia rasakan sejak kecil yang membuat hatinya tertekan.
Ketika matahari mulai terlihat, ia bersiap bersama Bu Rifa yang sedang memasang wajah senang dengan melakukan panggilan suara bersama suami dan anaknya di rumah. Wanita itu tampak bahagia dengan hasil pelatihan muridnya dan sekarang sangat merindukan keluarganya yang berada di rumah menunggu.
Gerbong khusus wanita paling depan ternyata penuh dengan penumpang. Meskipun Theresia mendapatkan bangku penumpang, dia memilih berdiri sambil memegang gantungan tangan yang terletak di belakang pintu masinis. Karena ingin memberikan bangkunya kepada seorang mahasiswi yang sepertinya sangat kelelahan dengan mata yang kurang tidur.
Kemudian hari sudah memasuki siang dan Bhaskar serta Erga yang baru saja sampai di stasiun langsung menunggu kedatangan Theresia yang tidak akan lama lagi.
Namun, terjadi sesuatu di perlintasan kereta yang menyebabkan adanya suara ledakan terdengar jelas dan seketika seluruh penumpang panik dengan melihat keluar jendela.
Theresia yang berdiri menghadap jendela langsung terkejut melihat asap yang disusul dengan kobaran api. Tidak tertinggal Bu Rifa juga ketakutan dan memegangi tangan muridnya agar tidak ketakutan juga.
"Jangan khawatir," kata Bu Rifa dengan senyuman yang dipaksakan.
Tetapi tidak bisa, Theresia sudah panik juga dan tangisan penumpang itu langsung menjerit dengan melihat keluar jendela.
Karena penumpangnya bisa terbilang hampir penuh, mereka semua saling dorong-dorongan dengan genggaman Bu Rifa dan Theresia yang langsung terlepas karena dikerumuni banyak orang.
Mengejutkannya, kereta itu kini terguling keluar rel. Kemudian beberapa dari mereka terinjak-injak sebab ingin menyelamatkan diri. Tidak hanya itu, Theresia tersandung kakinya sendiri dan kepalanya terbentur saat kereta itu terguling.
Kakinya terinjak-injak oleh orang-orang yang berusaha mendekati jendela dengan teriakkan ketakutan yang keras. Theresia juga akan kehilangan kesadarannya karena kepalanya terbentur sangat keras, benar-benar keras hingga sisi kepalanya mengeluarkan darah.
Terdapat suara seseorang dari luar yang berteriak juga untuk menolong orang-orang yang berada di dalam kereta dan suara pecahnya kaca jendela karena warga sekitar ingin menolong para korban.
Kini, Theresia tidak bisa berdiri karena kakinya terinjak-injak dan punggungnya bersandar dengan keadaan kepalanya yang mengeluarkan darah. Penglihatannya memburam seiring rasa pusing yang luar biasa. Ia hanya memeluk tas yang ia bawa dengan meneteskan air mata karena merasakan rasa sakit yang menjalar di tubuhnya.
Tas tersebut juga sangat berharga karena terdapat hadiah-hadiah perlombaan, sertifikat, serta piala yang sangat Theresia sayangi dari jerih payahnya.
Sebenarnya yang terjadi di luar sana adalah kereta yang menabrak truk tangki BBM di perlintasan palang pintu kereta api yang mencegah kendaraan atau orang lewat saat kereta api akan melintas.
Truk BBM itu terseret dari tempat kecelakaan. Suara ledakan pun terdengar berkali-kali dan asap hitam naik ke udara. Tabrakan berakibat ledakan yang terdengar hingga tiga kali dan kebakaran yang menghanguskan gerbong paling depan khusus wanita.
Bu Rifa yang keluar terlebih dahulu karena terpisah dengan Theresia dan ikut pada kerumunan perempuan lainnya langsung mencari muridnya di gerombolan korban yang sedang luka-luka, tetapi tidak ada. Theresia tidak terlihat sama sekali.
Sementara itu, Bhaskar dan Erga hanya saling diam-diaman hingga seorang pria berlari di depan mereka dengan terburu-buru bersama orang-orang lain di belakang.
"Kapan terjadinya?"
"Masih beberapa menit yang lalu, kereta terguling dan bagian depannya hangus, Pak."
Sontak Erga dan Bhaskar berdiri dan saling bertatapan dengan perasaan yang tidak enak.
"Perasaan gua nggak enak," ucap Bhaskar yang langsung menelpon Theresia.
"Sama, gua juga."
Tidak ada jawaban dari panggilan tersebut. Memang sedang berdering, tetapi tidak Theresia angkat karena gadis itu sudah kehilangan kesadarannya.
"There? Theresia!" Bu Rifa masih berusaha mencari muridnya dengan air mata yang kini turun dengan deras.
Beliau akhirnya nekat mendekati salah satu pemadaman kebakaran yang berusaha menghentikan kobaran api di bagian depan kereta dengan isakan tangisannya.
"Pak, apa lihat murid saya yang pakai baju putih sama bawa paper bag di tangannya?" tanya Bu Rifa yang langsung ditarik orang lain untuk menjauh.
"Mohon maaf, Bu. Jangan mengganggu para pemadam yang sedang berusaha memadamkan api. Silakan menunggu di sana untuk melihat kondisi setelahnya."
"Tapi saya tidak menemukan murid saya, Pak. Saya mohon carikan dia, dia pake baju putih dan rok lilac di gerbong depan. Saya mohon, Pak." Bu Rifa memohon-mohon dengan tangisannya yang semakin deras.
"Baik, Bu. Silakan ditunggu setelah api telah berhasil dipadamkan. Para tugas juga sedang mencari korban lainnya di sana." Pria itu langsung menjauh menghampiri sopir truk yang terduduk di tanah.
"Kejadiannya tadi bagaimana?"
"Ada dua sepeda motor di depan yang menyebabkan truk tertahan ditengah rel kereta api, Pak. Permukaan jalan yang nggak rata juga salah satu penyebab truk tangki tidak bisa bergerak menghindari kereta yang datang. Beruntung saya bisa langsung keluar sebelum kereta menabrak," jawab sopir truk yang selamat dari kecelakaan tersebut.
...••••...
Setelah pemadaman api, Bu Rifa menghampiri para petugas yang memindahkan korban yang ditemukan di dalam sambil kesana-kemari dengan rasa ketakutan yang membuat tangannya bergetar.
"Bu Rifa!"
Wanita itu langsung menoleh dan mendapati Bhaskar dan Erga yang berlari menghampiri.
Sebelumnya, kedua laki-laki itu juga khawatir karena kereta tidak kunjung-kunjung datang, apalagi mendengar seseorang yang membicarakan penyebab keterlambatan kedatangan kereta yang sangat mengejutkan.
"There mana, Bu?" tanya Erga yang bercucuran keringat.
Bu Rifa menggelengkan kepalanya. "Ibu terpisah sama There dan There belum ditemukan."
Jantung Erga langsung berdegup kencang saat matanya melihat salah satu petugas membawa seseorang dari dalam gerbong yang hangus dengan gadis yang mengenakan baju putih kotor.
Ia berjalan mendekati di mana petugas meletakkan gadis tersebut dan membulatkan matanya saat itu memang benar Theresia. Kepala yang dibanjiri darah, kaki yang berdarah juga, serta keadaan pakaian Theresia yang kotor. Petugas yang membawa Theresia juga kembali lagi karena saat menemukan gadis itu, Theresia sedang memeluk paper bag yang terlihat berharga.
"There? Bangun, Re! Kita mau pulang. Katanya mau tunjukin ini ke orang yang kamu sayang. Bangun, Nak." Bu Rifa menggoyang tubuh Theresia dan memeluk gadis itu yang tubuhnya dingin.
Bhaskar sempat terdiam melihat keadaan Theresia. Pakaian yang gadis itu gunakan sama seperti pertama kali ia menjumpainya yang ingin melakukan bunuh diri. Ia menyentuh pergelangan tangan gadis tersebut dan mengecek denyut nadinya.
Ekspresi wajah Bhaskar yang hanya diam membuat Erga kesal dan menarik kerah baju laki-laki itu. "Gimana? BILANG SAMA GUA!"
Jawaban Bhaskar hanya menggelengkan kepalanya dengan meneteskan air matanya. Sontak Erga mendorong laki-laki itu dan mengecek di leher Theresia. Namun hasilnya sama saja.
"Re, bangun. Lo bilang mau jadi pemenang, sekarang lo udah balik dan menang malah ninggalin gua. Bangun, Re! Bunda juga udah masak di rumah buat elo." Erga memegangi kepala Theresia dan menangis di depan wajah gadis itu.
Bhaskar yang menangis dalam diam hanya bisa menatap gadis itu sembari memegang tangan dingin Theresia yang sudah tidak bernyawa.
"Gua emang pembawa petaka," ucap Bhaskar.
Erga pun langsung melirik Bhaskar yang tertunduk. "Lo udah nyatain ke, There?"
"Enggak, tapi There tahu kalau gua suka sama dia."
"Ini bukan salah lo, tapi memang udah takdirnya. Jangan nyalahin diri lo dari masalah yang nggak berasal dari diri lo sendiri."
"BANGUN, RE!" Bu Rifa masih memeluk tubuh Theresia dan menangis dengan sesenggukan di sana.
Tangan wanita itu bergetar dengan rasa putus asa karena tidak bisa menjaga muridnya di saat-saat terakhir akan pulang dan menunjukkan bahwa ia bisa menjadi guru yang sebenarnya.
Gua... gagal jagain lo, batin Bhaskar dan Erga.
Tangan lentik itu tidak lagi mereka pegang seperti biasanya. Kehangatannya menghilangkan bersamaan dengan seseorang yang mereka sayangi.
Wajah kedua laki-laki juga putus asa melihat tubuh Theresia yang tergeletak tanpa nyawa dengan wajah yang sangat pucat.
Sekarang, tidak ada lagi sepupu yang bisa ia ajari lagi. Sekarang, tidak ada gadis yang akan menjadi teman menggambar dengan wajah kesalnya menatap Bhaskar.
Semua seakan-akan telah hilang, hampa, dan dadanya terdapat lubang yang menyebabkan ada rasa kekosongan di sana. Semuanya benar-benar seolah-olah tertelan dengan kenangan yang tidak bisa terulang.
...••••...
...Bersambung....