VRAMUS yang tidak sengaja bisa naik daun. Tapi ketika sudah sampai di puncaknya. Mereka tidak benar-benar menginginkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Everywhere Studio
Setelah pertemuan mereka yang pertama kali dan tercetuslah kesepakatan. Setiap hari Jumat dan Sabtu band baru yang digawangi oleh Toni drummer, Jansen bermain bass dan Billy bermain gitar akan rutin mengusahakan untuk latihan.
Alice yang juga ada di sana akan berperan sebagai band manager.
Studio musik terdekat,
Banyak studio musik di Angel City. Hari itu Toni, Jansen dan Billy mulai berlatih. Mereka mulai dengan memainkan lagu-lagu yang sudah terbiasa mereka bawakan. Lagu-lagu familiar bagi ketiga personil.
Chemistry adalah hal yang paling penting. Koneksi energi diantara para pemain. Barulah setelah itu kekompakan dan skill.
Karena belum ada vokalis mereka memaksa Alice untuk bernyanyi meskipun satu-satunya perempuan di band itu sangat tidak pede dengan suara nya.
Latihan pertama yang berdurasi satu jam itu sudah dirasa cukup untuk perkenalan mereka ketika berbicara melalui instrumen musik. Toni yang masih aktif bermain drum bisa menjaga tempo teman-temannya dengan baik. Jansen sudah terdengar enak bermain bass. Dan Billy yang sudah cukup lama tidak memegang gitar elektrik kembali menemukan sentuhannya meski masih tertatih-tatih.
Billy agak tertinggal ketika mereka mulai memainkan lagu-lagu milik band Toni sebelumnya yang selalu dibawakan setiap minggunya di Show Bar. Baik Jansen dan Billy perlu waktu untuk mempelajari lagu-lagu itu.
Syarat untuk main di Show Bar adalah membawakan lagu dan musik original. Untuk itu mereka tidak bisa langsung tampil di jantung nya anak-anak band baru Angel City unjuk gigi.
Toni dan Alice mencari tempat lain untuk band baru mereka bisa tampil secara live di depan orang-orang.
Dan untuk itu mereka juga memerlukan nama. Toni enggan memakai nama bandnya yang lama. Untuk harapan dan orang-orang yang baru Toni juga mau punya nama yang baru.
Selesai latian mereka nongkrong di pinggir sungai di bawah jembatan yang ada di Angel City. Jembatan itu menghubungkan Angel City dengan kota Business. Dimana di seberang sana adalah kota dengan gedung-gedung tinggi tempat nya para pekerja kantoran dan manusia-manusia peniti karir di perusahaan-perusahaan besar.
Sedangkan Angel City sendiri adalah kotanya para seniman-seniman yang tidak memakai hitung-hitungan dalam berkarya.
Di depan sungai malam yang begitu tenang yang menjadi saksi.
"Apa kalian sudah memikirkan tentang nama band ini?",
"Jangan kalian bertanya tentang nama padaku",
Jansen sama sekali tidak tahu nama-nama musisi atau pun band-band yang sudah legend dari dulu.
"Kenapa tidak kamu pakai saja nama band yang sebelumnya?",
"Bukankah nama itu kamu juga yang mengusulkannya Toni?",
"Aku rasa nama itu tidak cocok dengan band kita yang sekarang Alice",
"Maksud ku lihatlah Billy dan Jansen",
"Tampang mereka seperti anak baik-baik",
"Nama band ku yang kemarin adalah untuk penggambaran anak-anak pembangkang", ungkap Toni.
Billy dan Jansen memang terlihat seperti bukan anak band.
Billy selalu berpenampilan rapi dan bersih. Rambut pirang nya ia sisir miring. Meskipun agak sedikit panjang tapi sama sekali tidak terlihat urakan.
Jansen juga begitu. Meskipun Jansen punya gaya rambut cepak ala petugas militer tapi wajah Jansen yang masih tujuh belas tahun itu seperti bayi malaikat yang baik hati.
Jika Billy dan Jansen tidak memegang gitar dan bass orang-orang tidak akan tahu kalau mereka adalah anak band yang piawai bermain musik. Mereka akan mengira Billy dan Jansen adalah para kutu buku.
Yang tampangnya benar-benar seperti anak musik hanya lah Toni. Toni yang rambutnya panjang dan ikal. Toni selalu memakai celana jeans ketat yang sobek-sobek dan kaos hitam yang lengannya sudah buntung.
