Setelah kepergian Papaku, aku diasingkan oleh Mama tiriku dan Kakak tiriku.
Aku dibuang kesebuah pulau yang tak berpenghuni, disana aku harus bertahan hidup seorang diri, aku selalu berharap, akankah ada seseorang yang membawaku kembali ke kota ku ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Tiba Didarat
Setelah saling bercerita, Tuan Bagas meminta Buk Romlah untuk melihat atau menerawang tentang Anaknya yang hilang dalam kecelakaan pesawat yaitu bernama Devan.
Seperti permintaan Tuan Bagas, Buk Romlah langsung menerawang, penerawangan itu terjadi beberapa saat.
"Menurut saya menerawang, semoga tidak salah, Putra Tuan sepertinya masih hidup, namun saya tidak bisa melihat dimana dia berada sekarang, tapi Tuan boleh percaya atau tidak, karena ini namanya menerawang, hidup mati seseorang hanyalah sang pencipta yang menentukan, jika Tuan yakin yang saya katakan, Tuan boleh mencarinya, itu terserah Tuan dan Nyonya." Ujar Buk Romlah setelah menerawang.
Tuan Bagas biasa saja, dia masih bimbang antara benar atau salah, namun lain halnya dengan Nyonya Reisa, dia terperanjat kaget saat Buk Romlah mengatakan kalau Putranya masih hidup.
"Pa, Mungkinkah Devan masih hidup, aku sangat rindu, Buk, apakah Buk Romlah benar-benar tidak bisa melihat dimana Anak saya berada sekarang ?" tanya Nyonya Reisa, seperti tidak sabar ingin bertemu Devan setelah Buk Romlah mengatakan kalau Devan masih hidup.
Buk Romlah menggeleng, karena memang dia tidak bisa melihat Devan dimana, dia hanya bisa merasakan kalau Devan masih hidup.
"Pa, tolong, tolong cari Devan lagi, Mama sejak itu tidak yakin kalau Devan sudah tiada karena Mama belum melihat jasadnya." Desak Nyonya Reisa bergelayut dilengan Tuan Bagas.
Tuan Bagas yang masih percaya atau tidak akhirnya membuka suara, dia juga kasihan melihat istrinya yang sangat merindukan Putranya.
"Baiklah, kalau begitu saya akan mencari ke seluruh Negara ini, terimakasih Bik Romlah, Oh ya, kalau Mbak Nuri pulang, katakan padanya, kalau mau bekerja suruh datang kerumah saya." Tuan Bagas, memutuskan untuk mencari Devan lagi, dan tidak lupa juga dia ingin memperkerjakan Bik Nuri dirumahnya.
"Iya Tuan, insya Allah, akan saya sampaikan kalau Nuri pulang." Jawab Buk Romlah.
"Kalau begitu kami permisi, assalamualaikum." Ucap Tuan Bagas bangkit dari duduknya.
"Waalaikumsalam," jawab Buk Romlah mengiring Tuan Bagas dan Nyonya Reisa hingga kepintu.
Ditempat lain, Devan dan cindy ditarik oleh nelayan kedarat, tiba didarat, ramai penduduk setempat menghampiri mereka.
Ditempat itu, sudah jadi tradisi masyarakat ramai-ramai melihat setiap ada skoci atau perahu yang ditemukan oleh nelayan, apa lagi kali ini bukan hanya skoci saja, tapi beserta orangnya.
Devan dan Cindy bersyukur, dia sudah sampai kedarat, Cindy sendiri menitikkan air mata antara sedih dan terharu,setelah beberapa tahun terjebak di pulau yang jauh dari daratan,kini dia kembali menginjakkan kakinya di darat.
Devan yang melihat Cindy menangis,dia mendekap Cindy dalam pelukannya.
"sudah jangan menangis ini semua sudah takdir,kita berdua bersyukur berkat bantuan nelayan kita sudah sampai di darat." Ujar Devan mengusap-usap punggung Cindy.
Cindy mendongak, dia menatap Devan dan tersenyum bersama sisa air matanya.
Devan membalas senyuman Cindy, dan menghapus sisa air mata Cindy dengan kedua ibu jarinya.
"Terimakasih, mas sudah membawaku kedarat." Ujar Cindy masih menatap lekat Devan.
"Bukan mas, tapi kita, kita yang berjuang untuk sampai kedarat." Jawab Devan.
"Mas, Mbak, sebaiknya mas kerumah saya dulu, mas pasti lelah dan kepanasan, lama di laut, mari kerumah, mas dan Mbaknya bisa beristirahat sebentar disana." Ajak Bapak nelayan yang menolong mereka tadi.
Devan dan Cindy mengangguk, dan kemudian mengikuti langkah kaki nelayan itu.
Sesampainya dirumah nelayan, Devan dan Cindy disambut hangat oleh istri Hamid, yaitu Buk Zahra, istri Pak Hamid nelayan yang menolongnya.
Keduanya dipersilahkan masuk, kedalam rumah sederhana itu, rumah yang hanya berlantai semen tanpa keramik.
"Mbak, mandi dulu, biar segar, Ibuk ada baju ganti, tapi maaf hanya daster saja." Ujar Buk Zahra ramah dan penuh senyum.
"Iya Buk, tidak apa-apa, terimakasih Buk." Jawab Cindy sopan. Ditemani Buk Zahra Cindy pergi ke sumur di belakang rumah, karena sumur dirumah itu berada diluar rumah.
Sedangkan Devan, masih duduk bersama Pak Hamid, Devan harus menunggu Cindy selesai mandi terlebih dahulu, setelah itu barulah giliran dia.
Hari hampir menjelang sore, Devan dan Cindy sudah terlihat fresh walaupun kulit wajah keduanya sedikit kusam karena paparan matahari waktu dilaut.
Devan dan Cindy diminta tinggal semalam dirumahnya Pak Hamid, karena keduanya masih terlihat lelah.
"Mas dan Mbak, sebaiknya menginap disini semalam, besok baru pulang, tapi maaf, kami hanya bisa menyediakan makanan dan tempat seadanya." Ujar Pak Hamid.
"Terimakasih Pak, kami sangat bersyukur bertemu dengan Bapak, selain Bapak menolong kami, Bapak sangat baik sudah mau memberi tumpangan malam ini untuk kami." Jawab Devan sangat bersyukur, dalam hati Devan tidak akan pernah melupakan jasa Pak Hamid, suatu hari dia akan datang dan membantu Pak Hamid sebagai ucapan terimakasih pada orang yang sudah menolongnya.
Malam telah tiba, Pak Hamid, memberikan satu kamar untuk Devan dan Cindy, karena Pak Hamid berpikir kalau Cindy dan Devan adalah pasangan suami istri seperti yang Devan bilang dilaut tadi siang.
Cindy dan Devan saling pandang karena Pak Hamid menunjukkan satu kamar untuk mereka berdua.
Namun Devan segera mengedipkan matanya pada Cindy, agar tidak mengatakan kalau mereka bukan pasangan suami istri.
Cindy yang paham kedipan mata Devan, dia hanya diam, biarlah satu kamar, karena sampai didalam kamar nanti keduanya akan memikirkan cara, untuk tidur terpisah.
Cindy tidak perlu takut, karena berdua dengan Devan sudah terbiasa waktu dipulau, dan Devan juga Tidka pernah melakukan apapun padanya selain pelukan dan ciuman.
"Bapak tinggal dulu, kalian masuklah dan istirahat !" ujar Pak Hamid.
"Iya Pak, terimakasih." Jawab Devan segera mengajak Cindy masuk kekamar.
"Sayang, kamu tidur diranjang, aku akan tidur dibawah." Ujar Devan ketika sampai didalam kamar.
Cindy tidak menjawab, dia melihat, di seluruh kamar, tidak ada tikar apapun untuk dijadikan alas Devan tidur.
Devan mengambil satu bantal, dan selimut, dia hendak tidur dilantai, namun tangan Devan di cengkram oleh Cindy.
"Mas, tidur disini aja, jangan dilantai, disana dingin, apalagi tidak ada alas." Ujar Cindy mencegah Devan tidur dilantai.
"Tapi, kamu--"
Cindy menggeleng, dia tidak masalah, dia percaya Devan bukan lelaki yang mengambil kesempatan dalam kesempitan.
"Tidak apa-apa mas, aku percaya mas bisa menahan dan menjagaku hingga kita sah nanti." Jawab Cindy yang paham apa yang akan hendak Devan katakan.
"Iya sayang, aku pasti akan menahan, dan aku janji sekali lagi, besok setelah tiba dirumah, aku akan menikahi mu, agar kita sah dan halal." Ujar Devan, sembari berbaring disebelah Cindy.
"Mas, tidak boleh melewati garis ini ." Ujar Cindy lagi, membuat pembatas bantal guling sebagai garis.
Devan terkekeh, ada-ada saja Cindy. "Iya, iya, mas, tidak akan melewatinya," Jawab Devan membuat jarinya membentuk huruf V.
Bersambung.
Selamat hari raya idul Adha, jika ada kata-kata author yang kurang berkenan, mohon dimaafkan.
Author pelangi senja 11, mengucapkan selamat hari raya idul Adha, mohon maaf lahir dan batin.
jangan lupa, vote, like, coment, dan subscribe agar author semangat updatenya. Terimakasih.
Semoga cindy cepat ketemu