NovelToon NovelToon
Pengantin Bayangan Jadi Tawanan

Pengantin Bayangan Jadi Tawanan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Konflik etika / Pengantin Pengganti / Angst / Roman-Angst Mafia
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kinamira

Ellena dijual ibu tirinya kepada seseorang sebagai pengantin yang diperkenalkan di muka umum, agar istri sah tetap aman.
Namun, di hari pengantin ia diculik sesuai dugaan pria itu, dan disanalah awal penderitaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinamira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Maxim dan Ellena telah keluar dari balik air terjun. Maxim saat ini penuh dengan banyak pikiran.

Ia percaya atas apa yang disampaikan Ellena, karena semua masuk akal. Namun, masih ada perasaan yang tidak percaya.

Di depan air terjun itu, sebelum naik ke darat. Maxim menarik tangan Ellena dan mencengkeramnya dengan kuat.

"Aww sakit," keluh Ellena.

"Aku tidak sepenuhnya percaya denganmu Ellena. Tapi, aku akan tetap menjemput adikmu hari ini juga dan kau harus memberitahuku apa yang kamu tau!"

"Iya aku janji, sekarang lepaskan ini sakit," sahut Ellena meringis kesakitan, namun Maxim belum melepaskan.

Maxim nyuruh menarik Ellena semakin rapat dengannya, cekramannya pun semakin kuat.

"Dan jika kau menipuku. Jika terbukti itu bukan anakku! Kau akan merasakan hidup di neraka, jauh lebih menyakitkan atas apa yang sudah kamu alami sebelumnya!" Ancamnya dengan penuh penekanan.

Ellena menggelengkan kepalanya. "Felix sangat mencintai istrinya, dia tidak mungkin menyentuhku."

"Aku tidak akan percaya begitu saja!" tekan Maxim.

"Kita bisa cek ke dokter, dan melihat usia kandungannya. Jika melebihi satu bulan, maka akan terbukti kan?"

Maxim tertawa sinis. "Belum tentu bodoh! Kehamilan itu tidak terhitung dari hari pertama berhubungan!" Ia lalu menghempaskan tangan Ellena, membuat wanita itu hampir kehilangan keseimbangan.

"Jalan!" sentaknya, menyuruh Ellena jalan di depannya.

Ellena menghela nafas kasar. Dengan sisa tenaga yang dimiliki. Ia bertahan melewati derasnya air sungai, menuju daratan. Sedangkan Maxim mengikutinya dari belakang.

Ia tidak tau jalan pulang, namun ia seolah pemandu.

"Kau mau ke mana bodoh! Jalan ke kanan!" sentak Maxim sejak tadi memarahinya dari belakang.

Tangan Ellena mengepal. Tiba-tiba merasa kesal mendengar cacian Maxim yang tiada henti.

"Cepat, kenapa lelet sekali! Seperti belum makan saja, padahal kau sudah mencuri makananku!" sentak Maxim mengomel.

Ellena menghentikan langkah, membalikkan tubuh, dan menatap tajam pada Maxim. "Heh, kau itu laki-laki, tapi kenapa suka sekali mengomel seperti perempuan!" bentak Ellena.

Maxim tersentak kaget. Sangat kaget dengan sikap wanita itu yang tiba-tiba berani, bahkan sampai memarahinya.

"Kau!" Bola mata Maxim melebar tajam. Namun, tidak membuat Ellena melunturkan tatapan galaknya. Ia membalas lebih galak, yang membuat Maxim semakin kaget.

Ellena membalikkan tubuh melanjutkan langkahnya.

"Sepertinya wanita ini benar-benar hamil anakku, dan beraninya itu karena anakku," batinnya pede sembari menahan senyum karena pikirannya sendiri.

Namun, dalam sekejap benaknya memikirkan hal lain. "Tapi kalau benar, bagaimana dengan Rose?" batinnya kembali teringat dengan mantan istrinya yang sudah dialam lain.

Jika benar Ellena hamil anaknya, bukannya itu menjadi pengkhianatan cintanya?

Maxim mendongak, menatap langit yang mulai cerah. "Maafkan aku sayang. Maaf belum bisa membalas dendam kamu, maaf atas pengkhianatan yang aku lakukan. Maaf ...."

Menyangkut hal istrinya membuat pria itu jadi mudah menangis. Pria yang selama lima tahun diselimuti dendam dan kesepian.

Maxim menghela nafas kasar, menurunkan pandangannya, dan melihat Ellena sudah cukup jauh di depannya. "Rose, jika dia benar bukan istri orang itu, dan malah mengandung anakku. Apa aku harus tanggung jawab?" batinnya sembari melangkah menyusul Ellena.

"Dia ..., sepertinya wanita yang benar-benar tidak tau apa-apa. Dan lagi, aku merenggut kehormatannya."

Setelah beberapa menit berjalan. Kini mereka sampai di ujung hutan, dan kini bangunan mewah itu sudah di depan mata.

Ellena menghentikan langkah, menatap rumah yang menatapnya saja membuatnya merinding. Bayangan bagaimana penyiksaan Maxim di sana, masih terekam jelas setiap detiknya dalam benaknya.

"Kenapa diam? Jalan cepat!" sahut Maxim mendorong Ellena untuk jalan.

Ellena diam, ia berjalan sangat pelan, membuat Maxim menggeram kesal. "Kenapa lambat sekali, apa mau kakimu ku patahkan saja. Biar sekalian tidak bisa berjalan!" bentak Maxim, ia meraih tangan Ellena dan menariknya sembari berjalan cepat, membuatnya terlihat menyeret Ellena.

"Tuan, anda sudah kembali." Seorang penjaga menyambut, dengan menunduk hormat.

Ellena menatapnya sekilas ke arahnya, "dia juga," gumamnya.

Maxim mendengarnya, dan ia paham, membuatnya tanpa sadar mencengkram tangan Ellena.

"Aauu sakit!" keluh Ellena.

Maxim membawanya masuk ke dalam rumah. Melewati beberapa lorong di mana beberapa penjaga berjejer di sana.

Ellena menunduk memperhatikan, melihat tangan mereka, sedangkan langkah Maxim pun cukup pelan. Tak ada tuntunan atau percakapan sebelumnya. Tapi, keduanya memikirkan satu hal dan melakukan tugas masing-masing.

"Maxim!"

Suara itu membuat langkah Maxim berhenti. Ia menoleh ke sumber suara, dan melihat seorang wanita paruh baya berjalan ke arahnya.

Ellena turut memperhatikan. Bola matanya melebar melihat wanita itu. "Wow, cantik sekali," gumamnya sangat pelan, tapi masih terdengar di telinga Maxim.

"Ibu di sini? Sejak kapan?" sapa Maxim sedikit menunduk menyambut wanita itu.

Ellena mengerjapkan matanya menatap Maxim dan wanita itu bergantian.

"Jam 4 tadi," jawab wanita itu sembari menatap ke arah Ellena.

"Jadi, dia istri Felix Willson?" tanyanya menatap Ellena tanpa senyum, dan tatapan dingin.

"Terlihat seperti wanita lugu. Kamu tidak boleh terperdaya dengannya," lanjutnya beralih menatap tangan Maxim yang menggandeng Ellena.

"Kamu harus membalas lebih kejam, atas apa yang terjadi pada menantu Ibu!" sahutnya dengan tegas menatap Maxim.

Maxim menghela nafas kasar. "Biar aku urus semuanya Bu. Ibu tenang saja. Istri Felix Willson, pasti akan menuai akibat atas apa yang dilakukan suaminya pada istriku!" ucap Maxim menyakinkan.

"Aku permisi dulu Bu," lanjut Maxim lalu menarik Ellena pergi dari sana.

"Aku tidak akan menceritakan pada siapapun dulu. Aku tidak ingin mengecewakan Ibu, sebelum menyelidiki yang sebenarnya. Karena belum tentu wanita ini mengatakan yang sebenarnya," batinnya sembari membawa Ellena ke ruang yang belum pernah Ellena lihat sebelumnya.

"Kita mau ke mana?" tanya Ellena menyadari mereka memasuki ruang bawah tanah.

"Diamlah!" Sentak Maxim.

Di depan mereka terlihat empat orang yang berjaga di depan sebuah pintu, menoleh serentak ke arahnya.

"Tuan anda di sini." Mereka segera menyambut.

"Buka pintunya!" perintah Maxim.

Salah satu diantara mereka langsung bergerak, menarik pintu besi. "Kalian tidak perlu ikut!" perintah Maxim.

"Baik Tuan," sahut keempatnya serentak.

Maxim segera menarik Ellena memasuki tempat itu, yang membuat bola mata Ellena seketika melebar. Ia melihat sekitar yang seperti sebuah penjara, yang di dalamnya terdapat banyak alat-alat yang tampak digunakan untuk mengeksekusi.

"Kau gila! Kau mau mengurungku di sini?" sahut Ellena sudah merinding merasakan aura dingin mencekam tempat itu.

"Sesuai perjanjian kita. Aku jemput adikmu, dan kau di sini, selama aku menjemput adikmu! Kau harus bertahan!"

Ellena menggelengkan kepala. "Kau pasti sudah membunuh banyak orang kan di sini? Kau keterlaluan jika mengurungku di sini!" sahut Ellena sudah menangis ketakutan.

Maxim berhenti di salah satu Sel yang tak ada alat-alat di dalamnya. "Jika kau ingin bekerja sama, kau harus bertahan!"

"Tapi, kenapa harus di sini?"

"Jika bukan di sini, dan aku malah menempatkan kamu di kamar. Mata-mata yang kamu maksud akan melaporkan pada Felix, dan akan menimbulkan kecurigaan. Karena pastinya, Felix menduga saat ini aku tidak akan mengasihani kamu sedikitpun!" jelas Maxim memberikan pengertian.

Ellena terdiam, memahami maksud Maxim. Dan jika Felix curiga, adiknya bisa langsung dalam bahaya.

"Hanya satu hari Ellena!"

Maxim mendorong pelan Ellena masuk dalam jeruji besi, dan menguncinya.

"Keempat orang di luar itu, sepertinya orang Felix juga, dan sepertinya ada lebih dua puluh orang," sahut Ellena yang membuat Maxim terdiam dalam gerakannya.

1
muznah jenong
lanjutkan
Mia Camelia
lanjut thor, cerita nya makin mendalam nih😄tumben si maxim mau dengeriin elena. nah gitu dong elena bisa ngomong yg jujur k maxim. aduh jd makin penasaran nih....
muznah jenong
lanjut
muznah jenong
suka
muznah jenong
suka suka suka.../Heart//Heart//Heart//Heart/
Mia Camelia
semangat thor..........
aku pembaca setia mu😁
Mia Camelia
lanjut thor...
nah ini baru elena nya ngelawan, jgan diem aja sm maxim atau felix klo lgi di ancam...
update lgi thor....
bikin penasaran nih😁
Mia Camelia
lanjuuut thor, ...
knapa maxim gk peka sih klo elena hamil anaknya ?? jangan felix terus dong yg menang , kasiah maxim😑
muznah jenong
💗💗💗👍👍👍
partini
aduh
Mia Camelia
Ayoo thor update lgi yg banyak. semoga nanti ellena bisa di tangkep lgi sm maxim. lebih cocok sm maxim. tolong chapter nya di panjangiiin thor, biar puas baca nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!