My Way

"Mau kemana?" Tuan Darent terlihat menahan sang istri yang hampir berlalu.

"Bukan urusanmu!"

"Freya! kondisi mu sedang tidak stabil! aku tak ingin jika kesehatan mu semakin memburuk sayang!"

"Lepaskan aku Darent! aku ingin mencari putri ku!" Nyonya Freya berucap dengan menghentak kasar lengan sang suami.

Tuan Darent seketika menghela nafas dalam, pria itu memandangi sang istri sebelum akhirnya membuka suara.

"Dengarkan aku Freya, aku memang salah! aku minta maaf karena telah egois hingga membuat Lona meninggalkan rumah ini! tapi seharusnya dia juga tahu diri-,"

"Apa kau bilang? kau meminta putriku untuk tahu diri? bukankah selama ini justru putri mu yang tak tahu diri Darent?" wanita paruh baya itu kembali memotong perkataan sang suami dengan berteriak dan seketika menumpahkan air mata.

"Freya!"

"Kenapa? apa kau masih ingin menutupi semuanya? kau pasti telah mengetahui hubungan antara Logan juga Bella sebelum pria itu menikahi putri ku bukan? tapi demi membela putri dari mantan kekasih mu itu, kau mengorbankan nama baik Lona dan memutar balikkan fakta saat memberikan keterangan pada media! kau menyuap mereka demi bisa menjatuhkan putri kesayangan ku! kenapa kau tega sekali Darent? aku membencimu!"

"Aku menyesal! sungguh! bisa-bisanya diriku memilih jalan untuk bersama pria seperti mu! aku sungguh menyesalinya sekarang!"

Nyonya Freya mendorong kasar tubuh sang suami yang sempat mematung dihadapan nya.

Sementara itu,

Benedict yang memperhatikan perdebatan antara kedua orang tuanya membuat tubuh pria muda itu turut gemetar.

Isak tangis Nyonya Freya yang begitu dalam selalu membuat hati Benedict terasa di remas karena rasa kasih sayangnya pada sang ibu.

*****

Jangan sakit Nona, aku merindukan wajah dingin serta sikap ketus mu itu!

Pria tampan yang juga merupakan seorang model papan atas itu tampak melepas celemek dari tubuh tegap nya sebelum akhirnya meraih mangkuk juga nampan.

Cekleeek,

Pintu ruangan terbuka,

Rafayel tersenyum lembut saat mendapati Bellona Ghelsi yang kini telah duduk sembari memegangi kepala dan menyipitkan mata.

"Kau sudah bangun Nona?"

Ghelsi pun mengangguk ragu,

"Tenang lah! kau ada di kamar ku sekarang! aku sengaja membawa mu kemari."

"Tak bisakah kau mengantar ku kembali ke apartemen ku, Raf-," Ghelsi berucap lemah tatapan Rafayel terus membuat ia sedikit merasa bersalah.

"Maaf, tapi aku ingin kau tinggal bersama ku untuk beberapa hari ke depan. Aku hanya tak ingin melihat mu kembali kesakitan seorang diri, Nona!"

Lembut namun juga cukup tegas, itu yang Ghelsi rasakan dari perkataan sang bintang.

Bellona tampak tertegun sesaat,

"A-apa diriku tertidur cukup lama?"

"Tertidur? kau menyebut itu tertidur Nona? dirimu pingsan di apartemen seorang diri entah berapa jam lamanya-," kalimat Rafayel tampak terjeda, suara pria itu bergetar. "Dan kau membuat ku sangat ketakutan saat diriku tiba disana!"

Rafayel tertunduk, ia menghela nafas dalam sebelum akhirnya berpaling demi menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.

"Maaf, jika diriku selalu membuat repot dirimu Raf-,"

Tak ada jawaban, Rafayel tampak bungkam meski jemarinya kini tampak sibuk memainkan sendok dan menyuapkan bubur pada gadis dihadapannya.

Apa dia marah? apa jadwal pemotretan nya berantakan karena diriku?

Ghelsi pun turut hening, matanya terus tertuju pada Rafayel meskipun mulut mungilnya tampak mencoba untuk menikmati nasi lembek buatan pria yang telah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

Lima belas menit berlalu,

Rafayel memastikan semua perintah dokter telah ia lakukan untuk merawat Bellona Ghelsi.

"Tidur lah Nona! dirimu harus banyak beristirahat, itu pesan dokter! jangan memikirkan apapun! dan cobalah untuk sedikit membuka hatimu untuk pria dibawah umur seperti ku! aku mungkin tak akan berjanji untuk tak menyakiti mu, tapi ku pastikan kau akan selalu tersenyum serta merasa nyaman saat bersama ku!"

Apa maksudnya? kenapa sikap Rafayel berubah serius seperti ini? dia hanya bercanda bukan? semua perkataan nya barusan, kenapa diriku tak mampu memahami nya?

*****

Berdiri sembari melayangkan tatapan yang cukup jauh ke arah jalan masuk dari hotel penginapan, Bella masih belum putus asa dalam menanti kehadiran Logan.

"Kenapa masih disini? lebih baik kau masuk dan beristirahat Bell!"

"Max! apa Logan sudah kembali?"

"Dia mungkin tak akan kembali ke penginapan ini!"

"A-apa?"

"Kau yang memberikan informasi tentang keberadaan mantan istrinya, bukan? Logan memutuskan untuk bermalam di Blue Sea Hotel untuk beberapa hari,"

"Apa? jadi langsung check out tadi pagi?" Bella berucap dengan wajah tak percaya.

Maxim mengangguk sembari memperhatikan ekspresi sang sahabat.

"Kupikir dia telah mengirim pesan untuk mu!"

"Tidak Max! dia sama sekali tak ingin berbicara padaku sekarang! itu sungguh menyedihkan bukan?"