NovelToon NovelToon
Usia Bukan Masalah

Usia Bukan Masalah

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Tante
Popularitas:284
Nilai: 5
Nama Author: abbylu

"Dia, seorang wanita yang bercerai berusia 40 tahun...
Dia, seorang bintang rock berusia 26 tahun...
Cinta ini seharusnya tidak terjadi,
Namun hal itu membuat keduanya rela melawan seluruh dunia."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon abbylu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 19

Saat itu hari Minggu sore. Matahari mulai terbenam dan angin sepoi-sepoi hangat masuk melalui jendela apartemen yang terbuka. Madeline berjalan mondar-mandir di lorong dengan tangan bertautan. Liam duduk di sofa, melihat ponselnya, tetapi tidak membaca apa pun. Keduanya gugup.

Valentina berada di kamarnya, menonton film di tabletnya. Dia tidak tahu bahwa hari Minggu itu akan berbeda.

"Bagaimana kalau kita tunda sampai besok?" kata Madeline, berhenti di depan Liam.

Liam mengangkat wajahnya.

"Gimana kalau jangan? Kita sudah bahas ini. Kita sepakat akan menyampaikannya bersama."

Madeline menggigit bibirnya. Ia mengangguk pelan.

"Kamu benar. Aku tidak ingin terus merasa cemas seperti ini... Tapi kalau dia marah, kalau dia menangis, kalau dia membenciku..."

"Maka kita peluk dia, kita dengarkan dia. Kita nggak bisa mengontrol reaksinya. Tapi kita bisa jujur."

Madeline menarik napas dalam-dalam. Dia berjalan menuju pintu kamar Valentina dan mengetuk pelan.

"Boleh aku masuk?"

"Ya, Ma," jawab gadis itu dari dalam.

Dia masuk dengan senyum yang agak dipaksakan. Liam muncul di belakangnya, berdiri di ambang pintu.

"Bolehkah kami berbicara denganmu sebentar?"

Valentina menjeda filmnya dan menatap mereka dengan rasa penasaran.

"Berdua? Ada apa?"

Madeline duduk di tepi ranjang. Liam tetap berdiri, tetapi dekat.

"Tidak ada yang buruk, sayang. Kami hanya ingin memberitahumu sesuatu yang penting," Madeline memulai, dan meraih tangannya, "Sesuatu yang melibatkan kita bertiga."

Ekspresi Valentina sedikit berubah. Dia tahu bahwa ketika orang dewasa berbicara seperti itu, berarti ada sesuatu yang serius akan terjadi.

"Apa yang kalian lakukan?" tanyanya, curiga.

Liam tertawa kecil.

"Tidak ada yang buruk. Tapi ini sesuatu yang... tak terduga."

"Kalian balikan, ya? Jadi pacaran lagi?" tebak Valentina, langsung dan tanpa basa-basi.

Madeline terdiam sejenak, terkejut dengan ketepatannya. Liam menaikkan satu alis.

"Kenapa kamu pikir begitu?"

"Soalnya kalian berdua aneh beberapa hari ini… dan karena Om Liam nginep, kan?"

Pipi Madeline sedikit memerah. Liam menunduk, tersenyum kecil.

"Kamu benar, Val," kata Madeline akhirnya. "Hubungan kami memang sedang berubah. Tapi itu bukan satu-satunya hal yang ingin kami bicarakan."

"Ada sesuatu lagi yang ingin kami beritahumu," tambah Liam, "Sesuatu yang penting bagi semua orang."

Valentina mengerutkan kening.

"Apa itu?"

Madeline menelan ludah, lalu menggenggam tangan putrinya lebih erat.

"Mama… sedang mengandung, Valen."

Gadis itu berkedip beberapa kali. Dia terdiam, tidak tahu bagaimana harus bereaksi.

"Apa?"

"Mama hamil," ulang Madeline lebih lembut. "Mama baru tahu beberapa hari lalu, dan Mama tahu ini bukan sesuatu yang kamu harapkan. Tapi kami ingin kamu dengar langsung dari kami. Karena kamu bagian dari ini semua."

Valentina menunduk. Bibirnya sedikit mengerut, dan ekspresinya dengan cepat berubah dari terkejut menjadi bingung.

"Jadi Mama mau punya anak lagi?" tanyanya pelan, "Terus aku gimana? Sekarang aku udah nggak penting lagi, ya?"

"Nggak, sayang, nggak begitu," jawab Madeline cepat sambil memeluknya. "Kamu akan selalu jadi anak Mama. Itu nggak akan pernah berubah."

"Ini bukan pengganti apa pun atau siapa pun," sela Liam, "Dan kami nggak mau kamu merasa disisihkan. Ini bukan berarti kami akan sayang ke kamu lebih sedikit. Justru sebaliknya, sekarang kamu akan jadi kakak. Akan ada seseorang yang mengagumimu seperti kami mengagumimu."

Valentina menatap mereka berdua. Dia tidak menangis, tapi matanya basah. Dia terluka, bingung. Tapi ada secercah rasa penasaran mulai muncul.

"Berapa usia bayi itu?"

"Tiga bulan," kata Madeline, "Masih sangat kecil. Kami bahkan belum tahu dia laki-laki atau perempuan."

"Terus kenapa kalian nggak bilang dari awal? Mau disembunyiin, ya?"

"Tidak pernah ada niat seperti itu," kata Liam dengan jujur, "Kami cuma butuh waktu untuk memproses semuanya. Ini juga kejutan buat kami."

Valentina menunduk.

"Aku tidak ingin semuanya berubah..."

Madeline membelai rambutnya dengan lembut.

"Memang akan ada perubahan, sayang. Tapi itu bukan hal buruk. Kadang perubahan justru membawa hal-hal indah, walaupun awalnya menakutkan. Dan kamu akan selalu jadi prioritas kami."

"Kami?" ulang Valentina, menatap Liam.

Liam mendekat, berlutut agar sejajar dengannya.

"Iya. Termasuk aku. Mungkin aku sempat jauh, tapi aku nggak akan pergi lagi. Aku ingin jadi bagian dari ini semua. Menemani kamu. Menjagamu. Kalau kamu mengizinkan."

Valentina menatapnya beberapa detik yang terasa sangat lama.

"Aku tidak yakin apakah aku masih menyukaimu," katanya dengan jujur.

Liam tertawa kecil.

"Tidak apa-apa. Aku senang kalau kamu tidak membenciku."

Valentina tersenyum tipis.

"Tapi kamu harus buktiin kalau kamu benar-benar bakal ada di sini. Nggak boleh muncul cuma pas kamu mau."

"Kamu benar," angguknya, "Dan aku akan buktikan. Aku janji."

Valentina menatap Liam, lalu menatap Madeline.

"Apakah dia akan tidur di sini hari ini?"

Madeline tersipu.

"Ya... untuk hari ini."

"Kalau gitu aku yang milih film nanti malam," putus Valentina sambil menyilangkan tangan. "Kalau dia mau tinggal, harus tahan sama seleraku."

Mereka bertiga tertawa. Ketegangan perlahan memudar seperti mimpi buruk yang mulai sirna saat pagi datang.

"Deal," kata Liam, "Aku jago nonton film aneh."

"Aku peringatin ya, ini film animasi Jepang pakai subtitle," kata Valentina, dengan alis terangkat.

"Aku siap."

Madeline tak percaya semuanya bisa berjalan sebaik ini. Tentu, masih banyak hal yang harus dibicarakan, banyak penyesuaian yang harus dilakukan. Tapi saat itu, melihat putrinya tertawa bersama Liam dan bersandar di antara mereka sambil menyiapkan film, ia merasa mungkin… hanya mungkin… semuanya akan baik-baik saja.

Valentina menyelip di antara mereka di sofa, dan saat film baru mulai, ia berkata tanpa menoleh:

"Tapi kalau bayinya cewek, jangan kasih nama aneh ya. Nggak usah yang kayak “Almendra” atau “Luna Kristal” gitu."

Madeline dan Liam saling memandang, menahan tawa.

"Dicatat," katanya, "Kamu juga akan memiliki suara dalam hal itu."

Dan di situlah mereka. Bertiga. Dengan ketakutan, keraguan, tapi bersama. Sebagai keluarga.

Dan untuk saat ini, itu sudah cukup.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!